Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Katanya Sayang, Kok "Body Shaming"?

2 Juli 2020   15:33 Diperbarui: 8 Agustus 2021   06:07 2103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Katanya sayang, kok body shaming (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Apakah kita tahu, atau pura-pura tidak mau tahu, bahwa ada orang yang rela mati-matian meninggalkan nasi demi mengejar tubuh semampai? Orang itu sampai-sampai lupa tekstur dan rasa nasi karena setiap hari hanya menggauli sayur rebus, ikan rebus, dan buah segar.

Semoga Tuhan menjauhkan kita dari sikap sadis semacam itu!

Pidana bagi Pelaku Body Shaming

Perlu kita ketahui bahwa body shaming bisa dikenai hukuman pidana. Jangan anggap remeh!

Menghina atau mengejek fisik orang lain di media sosial dapat didakwa Pasal 27 ayat (3) junto Pasal 45 ayat (3) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Seperti dilansir Tempo, hukumannya bisa enam tahun penjara.

Bagaimana dengan ejekan secara langsung? Menghina atau mengejek fisik orang lain secara langsung atau verbal dapat dituntut dengan Pasal 310 dan 311 KUHP tentang pencemaran nama baik. Acaman hukumannya sembilan bulan penjara.

Delik hukumnya jelas. Masalahnya, korban body shaming lebih sering makan hati daripada menuntut pelaku. Korban hinaan fisik lebih sering memendam perasaan marahnya dan membiarkan pelaku terbebas dari jerat hukum. 

Sialnya lagi, orang-orang yang gemar menghina fisik orang lain kadang kala sengaja menjauhi pertobatan. Jangankan menyesal, mereka malah menjadi-jadi. Mereka bahagia gara-gara menghina orang lain.

Kenikmatan emosional yang diperoleh dari tabiat najis itu membuat pelaku body shaming enggan bertobat. Tiap hari bertambah banyak. Pertumbuhannya jauh lebih pesat dibanding jamur pada musim hujan.

Tata Kelola Hati Seusai Disakiti

Mehrin mengembuskan napas pelan-pelan. Ia tidak mau berteriak sekalipun ia merasa sangat terhina. Ia teringat pada artikel yang pernah ia baca. Belajar mencintai diri sendiri. Malahan, ia rajin mempraktikkan isi artikel itu demi kesehatan batinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun