Warga Jakarta yang semasa pilgub tidak memilih Pak Anies, tidak perlu juga berkecil hati. Rasa tidak puas pasti ada. Namun, sebaiknya menahan diri dari keinginan mencaci maki. Kritik perlu, pedas boleh, asalkan tidak main fisik. Apalagi sampai membawa-bawa ras asal leluhur Pak Anies.Â
Dengan demikian, patutlah kiranya semua pihak "menyembunyikan kuku dulu". Terutama Pak Anies. Kalau bisa seluruh kesaktian yang dimiliki disimpan dulu, termasuk "kesaktian merangkai kata".
Sebaiknya Pak Anies meluangkan waktu untuk bersantai di sudut-sudut teduh di pelataran Monas dan merenungkan saran-saran warganet. Yang baik diambil, yang berguna diserap.
Salah satu "sodokan" yang patut direnungkan datang dari Walhi, seperti lansiran Kompas.com, terutama dalam hal ruang terbuka hijau. Saya juga berharap, Pak Anies membuka sanubari agar kian peka terhadap situasi Jakarta. Sebab, Pak Anies terkenal sebagai "gubernur rasa presiden".
Amel Widya
Rujukan:
Kepres RI No. 25 Tahun 1995
Revitalisasi Monas Tak Kantongi Izin
Revitaliasi Monas Tak Sesuai Prosedur
205 Pohon di Monas Ada di Mana?
Walhi Desak DPRD DKI Jakarta Bergerak Hentikan Revitalisasi Monas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H