Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gaduh Revitalisasi Monas dan "Kesaktian" Anies Baswedan

28 Januari 2020   23:22 Diperbarui: 29 Januari 2020   10:57 3290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto sebelum dan sesudah kawasan Monumen Nasional sisi selatan yang pohonnya ditebang.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG, M LUKMAN PABRIYANTO, KOLASE: DINO OKTAVIANO)

Terlepas dari "kemungkinan keliru secara administratif", akibat lalai meminta izin, tampak bahwa komentar-komentar yang ditujukan kepada Jakarta-01 banyak yang sangat menyudutkan. Padahal tidak ada di antara kita yang benar-benar tahu detail rencananya, belum pernah melihat maketnya, atau mengetahui akan seperti apa hasil akhirnya.

Berkaitan dengan fakta tersebut, mestinya kita pasang rem agar tidak nyinyir berlebihan. Jangan sampai memang rancangan perbaikannya keren, kemudian malah pasukan penyinyir yang paling duluan nongkrong di Monas ketika recitalisasi kelar. Kalau itu terjadi, potensi bumerang bisa saja terjadi.

Di sinilah pentingnya "pasang rem" itu. Meskipun pada hakikatnya kita semua paham bahwa Pak Anies butuh kritik, baik dari para pengagumnya maupun dari para pencelanya. Saya percaya, Pak Anies tidak antikritik. Buktinya beliau tetap tersenyum sekalipun kerap menjadi sasaran cemoohan.

Kiranya tiga fakta di atas sudah cukup. 

Sekarang tinggal kebesaran hati Badan Pelaksana untuk tidak sembarangan menebang pohon di kawasan Monas. Artinya, harus ada perhitungan matang apabila Badan Pelaksana mau menebang pohon. Jangankan sepuluh, sebatang pohon saja harus ditimbang masak-masak.

Faktanya mengenaskan. Bukan cuma sebatang, melainkan 205 batang. Angka ini saya pulung dari Kompas.com. Saya memilih angka tersebut karena tercengang. Kompas.com menemukan fakta bahwa nasib ratusan pohon yang ditebang itu tidak ketahuan berada di mana.

Isa Sanuri, Kepala UPT Monas, menegaskan bahwa tidak semua pohon ditebang. Pohon yang masih kuat dan bagus akan dipindahkan. Dipindahkan ke mana? Jejaknya tidak ditemukan. Kalau benar dipindahkan pasti ada jejak pemindahan. Kendatipun akan diganti dengan pohon baru, butuh puluhan tahun untuk menunggu ratusan pohon pengganti itu tumbuh rimbun dan besar.

Kecuali Pak Anies punya kesaktian semacam kedigdayaan Bandung Bondowoso. Jika Bandung Bondowoso sanggup membangun seribu candi dalam semalam, siapa tahu Pak Anies mampu menumbuhkan ratusan pohon yang tingginya puluhan meter hanya dalam satu kedipan mata.

Dalam hal izin, saya masih berharap Pak Anies tidak terlalu menonjolkan kesaktian dengan terus "meledek" aturan. Tinggal menyapa enam menteri anggota Komisi Pengarah. Ajak minum kopi sambil mempresentasikan rancangan revitalisasi. Jangan tanggung-tanggung, enam menteri harus diberi tahu hingga ke bagian paling kecil.

Harapan ini tidak ada kaitannya dengan "gubernur seiman" yang kerap dilontarkan sebagian warganet. Memang benar, Pak Anies terpilih karena yang memilih beliau lebih banyak dibanding yang memilih Pak Ahok. Akan tetapi, warga Jakarta yang tidak memilih beliau punya hak yang sama dan setara untuk didengarkan jeritan hatinya.

Bagi saya, pemimpin wilayah adalah milik seluruh warga di wilayah yang dipimpinnya, baik yang memilih maupun tidak. Pemimpin terpilih tidak boleh main pilih kasih: yang memilih dielus-elus, yang tidak memilih dijauhi. Jika itu terjadi, tiada guna macam-macam pemilukada digelar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun