Tidak heran kalau kepala saya diserang pertanyaan baru. Mengapa hati kita sebegitu tumpul? Pertanyaan ini lantas disusul oleh pertanyaan lain. Apakah hati bisa seperti parang yang setiap tumpul dapat diasah atau ditajamkan? Mari kita cari jawabannya.
Adakah Akademi Sensitivitas Sosial?
Rasa-rasanya kita tidak akan menemukan mata pelajaran Sensitivitas Sosial di sekolah atau di kampus mana pun.
Banyak guru atau dosen yang dapat menjelaskan soal "bagaimana agar kita lebih peka terhadap orang lain", tetapi kita tidak akan menemukan mata pelajaran yang khusus mengulas "how to be caring for other people's feelings".
Bukan cuma mata pelajarannya, kurikulumnya juga mustahil kita temukan. Malahan, uang juga tidak mampu membeli kecakapan untuk peka pada orang lain. Faktanya, peka terhadap orang lain bukan mutlak milik orang kaya atau pasti punya orang miskin.
Kemudian, saya sedikit tertegun. Ternyata ada kampus tempat kita dapat mempelajari teori sekaligus mempraktikkan cara mengasah sensitivitas sosial. Kampus itu bernama Universitas Cinta Kasih.
Lokasinya bertaburan di seantero dunia, tetapi hanya dapat ditemukan oleh siapa saja yang mempunyai hati bening, yakni hati yang dibeningkan oleh cinta. Bisa di rumah kita masing-masing, bisa di lingkungan tempat kita bergaul sehari-hari, bisa di mana saja.
Tulisan ini saya selesaikan empat hari setelah kakek saya, Abdul Razak, meninggalkan anak dan cucu-cucunya untuk selama-lamanya. Saya teringat bagaimana cara beliau mengajari kami mata kuliah "berbagi cinta kasih kepada sesama".Â
Ringan tangan menolong orang yang butuh bantuan. Ini salah satu ajian beliau yang saya simpan baik-baik di dalam ingatan.
Jika tak punya uang, bantulah dengan tenaga. Jika tenaga sedang tidak memungkinkan, bantulah dengan pikiran. Jika masih sulit, bantulah dengan doa. Sederhana, tetapi menghunjam.
Banyak cara lain yang pernah beliau tunjukkan. Dan, saya akan mempraktikkannya. Kalau saya dapat melakukannya, tentu akan "menjadi ilmu yang bermanfaat" bagi beliau. Dengan kata lain, menjadi sungai amal yang air kebajikannya terus mengalir sepanjang masa. Amin.
Amel Widya