Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Hati Makin Tumpul

5 Desember 2019   21:02 Diperbarui: 6 Desember 2019   05:14 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (sumber: pixabay.com/cdd20)

Tidak heran kalau kepala saya diserang pertanyaan baru. Mengapa hati kita sebegitu tumpul? Pertanyaan ini lantas disusul oleh pertanyaan lain. Apakah hati bisa seperti parang yang setiap tumpul dapat diasah atau ditajamkan? Mari kita cari jawabannya.

Adakah Akademi Sensitivitas Sosial?
Rasa-rasanya kita tidak akan menemukan mata pelajaran Sensitivitas Sosial di sekolah atau di kampus mana pun.

Banyak guru atau dosen yang dapat menjelaskan soal "bagaimana agar kita lebih peka terhadap orang lain", tetapi kita tidak akan menemukan mata pelajaran yang khusus mengulas "how to be caring for other people's feelings".

Bukan cuma mata pelajarannya, kurikulumnya juga mustahil kita temukan. Malahan, uang juga tidak mampu membeli kecakapan untuk peka pada orang lain. Faktanya, peka terhadap orang lain bukan mutlak milik orang kaya atau pasti punya orang miskin.

Kemudian, saya sedikit tertegun. Ternyata ada kampus tempat kita dapat mempelajari teori sekaligus mempraktikkan cara mengasah sensitivitas sosial. Kampus itu bernama Universitas Cinta Kasih.

Lokasinya bertaburan di seantero dunia, tetapi hanya dapat ditemukan oleh siapa saja yang mempunyai hati bening, yakni hati yang dibeningkan oleh cinta. Bisa di rumah kita masing-masing, bisa di lingkungan tempat kita bergaul sehari-hari, bisa di mana saja.

Tulisan ini saya selesaikan empat hari setelah kakek saya, Abdul Razak, meninggalkan anak dan cucu-cucunya untuk selama-lamanya. Saya teringat bagaimana cara beliau mengajari kami mata kuliah "berbagi cinta kasih kepada sesama". 

Ringan tangan menolong orang yang butuh bantuan. Ini salah satu ajian beliau yang saya simpan baik-baik di dalam ingatan.

Jika tak punya uang, bantulah dengan tenaga. Jika tenaga sedang tidak memungkinkan, bantulah dengan pikiran. Jika masih sulit, bantulah dengan doa. Sederhana, tetapi menghunjam.

Banyak cara lain yang pernah beliau tunjukkan. Dan, saya akan mempraktikkannya. Kalau saya dapat melakukannya, tentu akan "menjadi ilmu yang bermanfaat" bagi beliau. Dengan kata lain, menjadi sungai amal yang air kebajikannya terus mengalir sepanjang masa. Amin.

Amel Widya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun