Trump tersenyum kecut, Merkel tersenyum manis.
Jonas Jonasson dan Petualangan Allan Karlsson
Ketegangan yang konyol sekaligus lucu mewarnai novel setebal 500 halaman ini. Ketegangan itu memaksa saya tidak berhenti membaca hingga halaman terakhir. Rentetan kejutan berpadu dengan kecerdasan pria tua renta. Ledekan atas pemimpin dunia memperkaya lelucon. Politik seperti badut yang ditertawakan ketidaklucuannya.
Selaku pembaca, saya menikmati tualang menegangkan bersama dua pria tua (Allan dan Julius). Menegangkan sekaligus menggelitik. Mengesalkan sekalipun mengesankan.
Pada halaman 496, misalnya, terjalin dialog antara Kim Jong-un dan Vladimir Putin. Pada halaman 498 terpilin kisah cinta antara Meitkini (sopir wisatawan) dan Fredrika (agen rahasia Jerman). Meitkini menyiapkan nama ala Kenya, Uvuvwevwevwe, jika bayinya lelaki. Dan, Fredrika berharap janin di dalam rahimnya adalah perempuan.
Dengan kata lain, novel terjemahan terbitan Bentang ini bukan sekadar meledek elite politik, melainkan sekaligus mengejek anak-anak muda yang mudah dikuasai rasa putus asa.Â
Kisah dalam novel ini berawal dari Indonesia dan berakhir di Kenya. Membaca novel ini juga semacam tualang mengitari bumi. O ya, novel ini sebenarnya merupakan sekuel dari novel The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disapperead.Â
Nah, ulasan saya atas novel seri pertama akan saya sajikan pada tulisan berikutnya. Salam riang dari Allan Karlsson, Jonas Jonasson, dan saya.
Amel Widya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H