Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Petualangan Pria 101 Tahun, Allan Karlsson, dan Politik Omong Kosong

23 Juni 2019   20:30 Diperbarui: 24 Juni 2019   00:34 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya, sang protagonis memiliki panggungnya. Lewat rencana kabur yang ceroboh dan sekadarnya, Allan dan Julius berhasil menyusul Utusan PBB ke Bandara Pyongyang. Tidak sekadar menyusul. Keduanya sukses mengelabui Direktur Nuklir dan menggondol empat kilogram uranium diperkaya. 

Kim Jong-un murka. Sopir pengawal Allan sengaja menabrakkan diri ke truk kontainer, sebab ngeri menghadapi hukuman Pemimpin Tertinggi. Direktur Nuklir menggantung diri di laboratorium, sebab tidak sanggup membayangkan nasibnya setelah dikelabui Allan. 

Senyum Kecut Donald Trump dan Senyum Manis Angela Merkel
Trump mengamuk. Penguasa AS itu tidak ingin melihat Korea Utara berhasil mengembangkan nuklir. Utusan PBB dan ahli nuklir dari Swiss (sebenarnya Swedia) harus menemuinya di New York. Ia bahkan tidak mau tahu bahwa Allan, ahli nuklir tersebut, ternyata pernah menerima dua Medali Kebebasan Kepresidenan dari dua Presiden AS yang berbeda.

Adapun Allan, bertemu dengan Presiden AS bukan lagi peristiwa istimewa. Sebelumnya ia sudah sepeminuman teh dengan Truman dan Nixon. Hanya saja, Trump sosok presiden yang unik. Presiden AS itu rajin mengumbar kata-kata. Ia bisa memicu perang jika diperlukan. Perang sungguhan dan perang kata-kata (hlm. 169). 

Meski begitu, Allan sangat percaya diri. Bagaimanapun, ia bukan lansia biasa. Ia melompat dari jendela kamarnya beberapa sebelum hari lahirnya yang ke-100 dirayakan, dan melarikan diri dengan balon udara ketika ulang tahunnya yang ke-101 dipestakan.

Perang dingin gara-gara nuklir jadi pemicu kemarahan Trump. Menteri Luar Negeri Swedia, Margot Wallstrom, mewanti-wanti Allan agar tidak asal bicara. Adapun Allan, seperti lansia lainnya, peduli setan dengan siapa saja yang berada di depannya. Ia ceramahi Trump. Ia kritik lelaki pemarah yang sering mengumpat di media sosial itu.

Lagi-lagi Allan berhadapan dengan pilihan. Pernyataan Jean Paul Sartre dalam Existentialim and Humanism (1965, 24) benar adanya. Kata Sartre, karena manusia yang memiliki kesadaran maka manusialah yang mendatangkan ke-ada-an dan ke-tidakada-an ke dunia ini.

Bayangkan sekarang betapa sukar pilihan yang mesti dihadapi oleh Allan. Bayangkan juga kemungkinan Perang Dunia III terjadi kalau uranium diperkaya ia serahkan kepada Trump. Bayangkan pula sungguh mustahil bagi Julius apabila terus-terusan menenteng koper berisi uranium diperkaya, sekalipun ia mengantongi paspor Diplomat Khusus Swedia.

Maka kekonyolan baru terjadi. Perang kata-kata antara Allan dan Trump pecah. Kejadiannya berlangsung secepat kilat di lapangan golf. Trump merasa terpojok dan mengusir Allan.

Pria 101 tahun itu dikembalikan ke Markas PBB. Di sana, Allan dan Julius terkulai. Mereka lapar dan tidak punya uang. Mereka baru saja selamat dari terkaman Kim Jong-un dan terdampar di wilayah kegeraman Trump. Mereka menenteng uranium diperkaya yang tidak mudah dibawa ke mana-mana. Dua orang tua renta dengan pilihan hidup yang tidak mudah.

Namun, hidup punya alur sendiri. Alur itu sering tidak tertebak. Pertemuan dengan Duta Besar Jerman untuk PBB menjadi jalan bagi Allan. Empat kilogram uranium diperkaya kini sudah berpindah tangan. Kanselir Jerman, Angela Merkel, dipilih Allan sebagai tuan baru bagi bahan bom nuklir berbahaya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun