Penulis yakin, di luar sana banyak Taufik yang ingin kembali ke kampung. Sekarang saja, Taufik sudah menggandeng puluhan petani jamur di Pangalengan, Jawa Barat. Dengan kata lain, ia sudah berbagi kebaikan di tanah kelahiran. Malahan, ia sedang merintis sekolah jamur berbasis teknologi agrikultur.
Semua bermula dari pikiran. Inilah tantangan sebenar-benarnya dan sebesar-besarnya.
Sebenar-benarnya, karena mengubah pandangan anak milenial terhadap pertanian, apalagi jadi petani, bukan pekerjaan mudah. Aplikasi game berkebun sempat marak dan sangat digandrungi, siapa tahu mereka jatuh cinta pada kebun dan tanaman.
Sebesar-besarnya, karena kita punya lahan yang luas, infrastruktur yang memadai, pasar yang besar, tetapi jumlah petani tradisional jauh lebih dominan. Petani milenial masih kurang, bahkan langka. Padahal, dilansir Warta Ekonomi, Kementerian Pertanian punya rangsangan pinjaman modal bagi para petani milenial.
Aplikasi pertanian cerdas di Indonesia juga kian marak. Berikut beberapa contoh start-up bidang teknologi pertanian yang beroperasi di Indonesia.
Satu: Ci-Agriculture. Anak perusahaan Mediatrac ini mengembangkan sistem manajemen pertanian. Hasilnya adalah analisis komprehensif didasarkan analisis cuaca, informasi sensor tanah, serta pencitraan satelit dan drone yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Dua: Angon.id. Perusahaan rintisan binaan Indigo ini menggabungkan konsep investasi (fintech) dan pertanian (agtech). Angon.id memungkinkan masyarakat untuk investasi beternak tanpa harus memiliki kandang. Melalui layanan aplikasi ini, pengguna menggelontorkan sejumlah dana sesuai dengan kesepakatan. Dana tersebut disalurkan kepada peternak yang sudah menjadi mitra bisnis.
Tiga: 8village. Perusahan ini, bersama East West Seed Indonesia, mengembangkan aplikasi Urban Farming Indonesia. Aplikasi itu didesain untuk mengedukasi masyarakat perkotaan. Kemudian, aplikasi Petani yang dirancang khusus untuk memudahkan petani berkonsultasi dengan para pakar pertanian. Petani bisa meminta bantuan pakar untuk mengetahui kondisi tanaman secara intens dan interaktif.
Nah, ada seorang petani milenial lagi yang ingin penulis sajikan lewat artikel ini.Â
Ia seorang saudagar sayuran. Namanya Yogi Pamungkas. Sayur-mayur yang ia jual berasal dari kebun hidroponik yang ia kelola sendiri. Yogi baru berusia 24 tahun, tetapi penghasilannya mencapai puluhan hingga ratusan juta.Â