Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rehabilitasi Cinta bagi Remaja Pengguna Narkoba

20 Mei 2019   22:07 Diperbarui: 21 Mei 2019   00:13 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditaksir 11.071 orang per tahun atau 30 orang per hari yang meninggal gara-gara narkoba.

Pada 2017, berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) yang bekerja sama dengan Puslitkes UI, jumlah penyalah guna narkotika mencapai 3,3 juta orang atau 1,77% dari penduduk Indonesia. 

Pengguna terbanyak dari kalangan pekerja (57%), disusul pelajar dan mahasiswa (24%), sisanya dari kalangan masyarakat umum. Malahan 2 dari 100 pelajar dan mahasiswa menyalahgunakan narkoba sepanjang 2016.

Hasil kajian tersebut memang dilakukan pada 2017, tetapi nilai datanya tidaklah usang. Alih-alih menurun, jumlah penyalah guna narkoba terus meningkat. 

Yang sangat mengenaskan, target pengedar cenderung merambah kalangan kaum remaja. Padahal, generasi muda adalah tulang punggung bangsa pada masa mendatang. Jika dibiarkan maka masa depan bangsa kita terancam.

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba jelas bukan wewenang negara belaka, melainkan tanggung jawab seluruh komponen bangsa. 

Berdasarkan Pasal 64 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, pemerintah membentuk BNN sebagai lembaga yang bertanggung jawab mencegah dan memberantas peredaran dan penyalahgunaan narkotika. Meski begitu, masyarakat tidak boleh lepas tangan.

Melihat potensi ancaman penyalahgunaan narkoba bagi generasi muda, jelaslah bahwa masyarakat mesti turun tangan melakukan pencegahan.

Pertama, bermula di rumah. Rumah adalah benteng utama dalam menangkal serangan pengedar narkotika. Keluarga yang berselimutkan cinta dengan komunikasi yang terjalin baik dan lancar dapat menjadikan anak sebagai pribadi yang tangguh. 

Patut dicamkan, remaja dari keluarga berekonomi menengah atau lemah juga rentan terpapar narkoba. Pergaulan dapat menjerumuskan mereka. Berawal dari cicip gratis hingga melakukan tindak kriminal demi memenuhi kebutuhan tubuh yang sudah kecanduan.

Kedua, bergiat di sekolah. Di lingkungan sekolah atau kampus, setiap remaja mesti terjauhkan dari sentuhan pengedar. Pihak sekolah mesti sigap mendeteksi orang-orang tidak dikenal yang berperilaku mencurigakan di lingkungan sekolah, termasuk mencurigai kemungkinan peredaran narkotika dari siswa ke siswa.

Ketiga, berteguh di lingkungan. Sekalipun kondisi rumah dan sekolah sudah ideal dalam menangkal peredaran narkotika, lingkungan pergaulan anak atau remaja ternyata belum bersih dari jamahan pengedar. 

Di sinilah perlunya kepedulian masyarakat, tidak apatis, apalagi bersikap masa bodoh. Kepedulian bertolak dari kesadaran, sedangkan kesadaran bermula dari upaya kampanye secara berkesinambungan.

Mengapa Remaja Terpapar Narkoba?

Kadang sebuah rumah yang pagarnya terkunci, seluruh pintu dan jendela juga terkunci, masih saja dibobol pencuri. 

Begitu pula dalam kasus narkoba. Tiada masalah apa-apa di rumah, sekolah bersih dari aroma narkoba, dan lingkungan pun aman dan terkendali, tetap saja potensi terpapar narkoba selalu mengancam kaum remaja kita. Rumah sebatas metafora supaya kita selalu waspada.

Di sinilah perlunya kita mengenali motif seorang remaja hingga terpapar narkoba.

Pertama, karena kesepian. Banyak orangtua yang terpaksa jarang berada di rumah karena tuntutan pekerjaan. Akibatnya, anak-anaknya merasa kesepian dan kehilangan perhatian. 

Anak pun mencari pelampiasan dengan bercengkerama bersama teman-temannya. Jika sang anak keliru memilih teman bergaul, alamat kemungkinan terjerembap ke perangkap narkotika sangat besar. Apalagi kalau orangtua jarang berkomunikasi dengan sang anak.

Kedua, karena kesempatan. Tidak semua remaja yang terpapar narkoba berasal dari kaum elite atau kaya raya. Banyak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Namun, karena teman gaulnya punya jaringan ke pengedar, anak dari keluarga tak mampu dapat terjerumus ke "lumpur narkoba". 

Berawal dari "tawaran narkoba gratis", terus-menerus berlangsung, akhirnya mengalami ketergantungan.

Ketiga, karena ketenangan. Ada pula remaja yang terpapar narkoba karena ingin mencari ketenangan. Akibat di rumah sering menjadi sasaran kemarahan orangtua atau kerabat lainnya, si anak pun mencari ketenangan dan kesenangan di luar rumah. 

Jadilah narkoba sebagai jalan pelampiasan. Si anak merasa bahwa narkobalah satu-satunya yang dapat memulihkan stres, tekanan batin, atau depresi yang dialaminya.

Keempat, karena kepribadian. Ada juga remaja yang kurang percaya diri, merasa tidak bisa bersaing secara akademis dengan remaja lain, atau tidak berprestasi, akhirnya melarikan diri ke pangkuan narkoba. 

Remaja seperti ini biasanya menyangka bahwa hanya narkoba yang dapat mengatrol atau mengungkit rasa percaya dirinya. Akibat sugesti itulah sehingga banyak remaja lebih pede setelah mengonsumsi narkoba.

Dengan mengenal motif maka orangtua atau keluarga dapat mengetahui apa saja alasan yang mendasari seorang anak tergelincir ke "dunia nikmat sesaat". 

Dari keempat motif itu pula, pihak keluarga mengawali upaya pencegahan dengan menumbuhkan dan menambahkan cinta kasih di tengah keluarganya.

Buat Apa Remaja Mencicipi Narkoba?

Dalam laporan National Institute on Drug Abuse yang dilansir pada Oktober 2003 disebutkan bahwa setidaknya ada lima tujuan seorang anak mencicipi narkoba.

Pertama, demi adaptasi. Akibat takut diterima dalam lingkungan gaul yang "doyan mencicip narkoba", seorang anak bisa memaksa dirinya untuk melakukan hal serupa. 

Kedua, demi sensasi gembira. Dari kabar yang diperoleh si anak di dunia informasi digital, si anak mengetahui bahwa narkoba dapat menyuguhkan rasa senang dan tenang, kemudian muncul rasa penasaran untuk mencobanya. 

Ketiga, demi merasa lebih baik. Anak yang menderita tekanan batin atau stres berpaling ke narkoba untuk menyembahkan kegelisahan dan kecemasannya. 

Keempat, demi berbuat lebih baik. Sang anak menyangka bahwa narkoba dapat memacu dan memicu prestasi. 

Kelima, demi eksperimen. Dunia anak atau remaja adalah dunia "menguji nyali". Mencicipi narkoba mereka anggap sebagai bagian dari uji nyali tersebut.

Tujuan tersebut perlu diketahui oleh semua pihak dalam keluarga demi mencegah adanya anggota keluarga yang terpapar narkoba.

Jika Anggota Keluarga Telanjur Terpapar Narkoba

Jika ada anggota keluarga yang menyalahgunakan narkoba, keluarga penuh cinta tidak akan menjauhkan, mengasingkan, apalagi mengucilkan si pelaku.

Hal pertama yang mereka lakukan adalah melapor kepada pihak berwenang. Dengan demikian, upaya rehabilitasi dapat dilakukan dengan segera.

Meski begitu, banyak anggota keluarga yang tidak mengetahui gejala pemakai narkoba, baik pecandu maupun penyalah guna. Secara singkat, gejalanya dapat dilihat pada infografis berikut.

Dokpri
Dokpri
Apabila anak yang terpapar narkoba belum cukup umur, maka orangtuanya wajib lapor. Jika tidak, orangtua terancam pidana penjara sebagaimana tercantum dalam Pasal 128 UU No. 35/2009. 

Dampak lain, si anak akan sulit disembuhkan. Bahkan sudah sembuh pun masih ada peluang kambuh.

Inilah alasan mengapa "cinta" merupakan salah satu obat penyembuh bagi anak yang terpapar narkoba. 

Masalahnya, masih banyak kalangan yang beranggapan bahwa anak yang terpapar narkoba adalah aib bagi keluarga. Kalangan seperti itu biasanya tidak mau tahu mengapa si anak terjerumus.

Amel Widya 


Rujukan:
1. Data penyalah guna narkoba.
2. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Annual Report, 2003, National Institute on Drug Abuse.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun