Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berani Berbagi Berani Bahagia

12 April 2019   12:49 Diperbarui: 12 April 2019   19:36 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keempat hal yang saya bagikan kepada sesama itu bukanlah sesuatu yang istimewa. Semua orang punya ilmu, semua orang punya harta, semua orang punya buku, dan semua orang punya kata-kata. Hanya kadar atau jumlahnya yang berbeda. Namun, niatlah yang mendasari hasrat berbagi. Tatkala niat berjodoh dengan kesempatan, terjadilah upaya donasi kebaikan itu.

Anda juga pasti punya ilmu, harta, buku, dan kata-kata. Selama Anda terus memupuk niat berbagi di dalam hati, selama itu pula gairah berbagi terus menyala-nyala. Hasilnya luar biasa. Sungguh tidak terperi rasanya ketika melihat kilat bahagia memancar dari mata orang yang menerima uluran tangan kita. Bahagia sekali.

Bagi saya, itulah arti berbagi. Sekalipun bukan uang berlimpah dengan lebih banyak sasaran penerima kebaikan, saya tetap bahagia. Andaikan saya menunggu kaya dulu baru berbagi, saya tidak tahu kapan kesempatan itu tiba. Jadi, saya lakukan sekarang juga.

Menabung Kebaikan Bersama Dompet Dhuafa

Suatu ketika, seorang teman saya tergolek di rumah sakit. Penyakit yang dideritanya membutuhkan biaya hingga ratusan juta. Teman saya itu tidak bisa menunggu, sebab ia mesti selekasnya dioperasi.

Hati saya terketuk. Ingin rasanya turut meringankan beban, tetapi saya juga bukan orang yang punya banyak uang. Lalu, keluarga teman saya tersebut mengajukan permintaan bantuan kepada warganet lewat lembaga donasi. Di sinilah saya melihat peluang untuk membantu. Saya sebarkan kabar penggalangan dana itu lewat media sosial. Saya kirimkan pesan kepada orang-orang tertentu guna turut menyebarkan kabar tersebut. Alhamdulillah, teman saya bisa dioperasi tepat pada waktunya atas bantuan banyak pihak dari seluruh penjuru Nusantara.

Kisah lain yang masih lekat dalam ingatan saya adalah pengalaman teman saya, sebut saja Budi, yang muntah-muntah darah tanpa penyebab yang pasti. Peritiswanya terjadi pada 2010. Saat itu Budi sedang tidak punya uang untuk berobat, tidak ada pula barang yang bisa digadaikan atau dijual. Di sisi lain, penyakitnya harus segera diketahui dan diobati.

Berbekal informasi yang Budi dapat dari internet, ia pun berobat ke sebuah klinik di Ciputat yang didanai oleh Dompet Dhuafa. Setelah diperiksa dengan saksama, Budi harus menjalani pengobatan rutin selama tiga bulan. Seluruh biaya ditanggung oleh Dompet Dhuafa. Termasuk biaya mendatangkan dokter ahli untuk memantau perkembangan penyembuhan. Berkat Dompet Dhuafa, kini Budi sudah segar bugar dan dapat beraktivitas dengan baik.

Pada April 2015, saya tergolek di rumah sakit karena terpapar penyakit. Kala itu saya membutuhkan enam kantong darah. Saya sangat bersyukur karena ada saja orang yang tulus mendonorkan darahnya. Andai kata tidak, tentu penyakit saya yang membutuhkan transfusi darah dalam tempo yang singkat akan sulit terobati. Setetes darah yang Anda sumbangkan memang sangat berarti bagi pasien yang memerlukan. Saya sudah mengalaminya. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan.

Dari tiga kisah di atas, saya mendapat banyak pengetahuan berharga. Tidak semua orang punya uang ketika sakit; tidak semua orang punya uang ketika ingin membayar biaya pendidikan; tidak semua orang punya uang ketika ingin memulai usaha. Di sinilah pentingnya berbagi dan perlunya lembaga filantropi. Ada pihak yang ingin berbagi, ada pihak yang mengelola donasi, dan ada pihak yang membutuhkan bantuan.

Terkait Dompet Dhuafa, lembaga filantropi ini sudah berkhidmat selama 25 tahun dalam upaya pemberdayaan kaum papa. Beberapa program ekonomi ditaja khusus untuk memutus rantai kemiskinan; program kesehatan untuk membantu kaum duafa; program pendidikan demi mencerdaskan anak-anak bangsa; dan program pengembangan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun