Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menangkal Diskon Akal Bulus dan Tragedi Teknologi Finansial

14 Desember 2018   16:38 Diperbarui: 15 Desember 2018   11:09 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penting bagi kita untuk menemukan jawaban atas ketiga pertanyaan itu. Konsumen yang sudah memeras otak saat memilih barang, menguras rekening ketika membayar barang, serta mengeruk kerak-kerak tabah sewaktu menunggu pesanan tiba di rumah, sejatinya berhak mengeluhkan pelayanan pelaku niaga daring.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dikutip dari CNNIndonesia, membeberkan data yang cukup mencengangkan terkait aduan konsumen. Pada 2017, pengadu terbanyak berasal dari konsumen niaga daring. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, yakni sebanyak 101 aduan.

Pelaku niaga daring yang paling sering diadukan konsumen adalah Lazada (18 aduan); Akulaku menempati peringkat kedua (14); disusul Tokopedia (11), Bukalapak (9), Shopee (7), Blibli (5), JD.ID (4), dan dipungkasi Elevania sebanyak 3 aduan.

Apa saja yang dikeluhkan oleh konsumen belanja daring kepada YLKI? Tulus Abadi, Ketua YLKI, mengungkap tiga jenis keluhan yang paling sering dilaporkan oleh konsumen. Pertama, barang yang dikirim tidak sesuai pesanan. Kedua, pengiriman yang telat atau tidak tepat waktu. Ketiga, sukar komplain jika ada masalah atas pesanan.

Di luar paparan Tulus, pelaku niaga daring terkadang--entah sengaja entah tidak--mengecoh konsumen. Kasus terheboh yang masih melekat di benak kita adalah "diskon akal bulus". Pelaku niaga daring menawarkan diskon besar-besaran kepada konsumen, padahal akal-akalan saja.

Diskon akal bulus ini bisa dihindari dengan cara mengecek kewajaran harga di pasaran sebelum memesan barang di lapak daring. Contoh sederhananya begini. Jika harga pasaran sebuah ponsel Rp2.500.000, jangan terkesima pada label diskon 80% ketika ponsel itu dijual Rp2.350.000.

Berkenaan dengan diskon akal bulus, konsumen mestinya memakai "tiga strategi menapis diskon". 

Pertama, bandingkan harga daring yang didiskon dengan harga pasaran. Jika ada indikasi harga barang dinaikkan dulu baru dicantumi diskon, itulah diskon akal bulus. Kedua, jangan mudah terkecoh. Kemaruk gara-gara diskon itu menyakitkan. Ketiga, periksa kredibilitas toko daring. Biasakan membaca dan budayakan mendengar.

Pendek kata, jangan mudah tergoda oleh diskon akal bulus yang dibalut rayuan gombal. Camkan selalu bahwa keluhan atas pesanan sangat sulit disampaikan. Etiket pelaku niaga daring kadang-kadang menjengkelkan: cepat tanggap saat proses pembelian, lambat respons tatkala dikomplain.

Data Diri Berserakan Gara-gara Utang Digital

Sejak memasuki 2018, kisah duka lara konsumen tekfin sudah berkeliaran di media sosial. Bahkan bukan cuma pengutang, melainkan keluhan dan sungutan juga disampaikan oleh teman kerja atau keluarga dekat si pengutang. Tagihan "salah kamar" gara-garanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun