Saat ini dunia semakin canggih dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi  menyebabkan perusahaan perlu memikirkan bagaimana agar bisnisnya tetap up to date dan mengikuti perkembangan zaman seiring berkembangnya teknologi dan zaman membuat perusahaan perlu meningkatkan kualitas produknya dengan pemilihan atau pemberian harga yang masih kompetitif, dalam menentukan harga juga perlu menggunakan teknik yang benar agar perusahaan tidak mengalami kerugian (situngkir et al., 2024).Proses pemberian harga pada produk pada suatu perusahaan juga dapat menggunakan metode Activity Based Costing (ABC)
Dengan menggunakan metode ABC memiliki banyak kelebihan salah satunya dapat mengalokasikan biaya yang dikeluarkan sebagai modal dari produk yang akan dibuat menjadi harga jual dari produk. Metode ini juga dapat memasukkan aktivitas produksi yang dapat dikonversi menjadi harga jual barang, sehingga harga jual produk lebih sesuai dengan apa yang dilakukan dan berapa biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (situngkir et al., 2024).
Metode ABC merupakan pendekatan akuntansi biaya kontemporer yang dianggap lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan pedekatan metode tradisionalkeunggulan metode ABC dapat dilihat dari kemampuannya dalam meningkatkan efisiensi biaya melalui identifikasi dan penghapusan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (Hidayat et al., 2021).
Penentuan harga pokok produksi membantu manajemen mengukur efisiensi operasional, mengendalikan biaya, dan menentukan harga jual yang kompetitif. Hasil dari proses ini tidak hanya berupa laporan keuangan yang akurat, namun juga memberikan pandangan yang jelas terkait dengan profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan harga pokok produksi menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan dan kesuksesan perusahaan dalam pasar yang kompetitif (situngkir et al., 2024).
Dengan melaksanakan wawancara dan observasi, diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai penerapan metode ABC di Zifa Collection, serta mengetahui bagaimana metode tersebut dapat membantu UMKM dalam membuat keputusan yang efektif dan terperinci.
Penulis ingin mencari tahu lebih mendalam tentang konveksi Ziva Collection dengan mewawancarai pemiliknya yaitu, Bapak Wakisto dan istrinya Ibu Ratih, yang beroperasi sejak tahun 2019 hingga saat ini. Observasi dan wawancara ini dilaksanakan di lokasi produksi yang beralamat di Gg. Melayu, Kebayan 2, Jetak, Kec. Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah 57213. Dilakukan pada hari Jum'at, 08 November 2024, pukul 11.00-12.00 WIB. Pada identifikasi aktivitas bernilai tambah dalam proses produksi dan evaluasi efisiensi biaya operasional, dengan harapan dapat memberikan solusi bagi Zifa Collection untuk meningkatkan profitabilitas secara berkelanjutan.
Konveksi Zifa Collection menghadapi tantangan dalam mengendalikan harga pokok produksi dan menentukan harga jual yang kompetitif. Dalam proses produksi, terdapat banyak elemen biaya yang harus diperhitungkan, seperti bahan baku utama, bahan penolong, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Namun, cara pengalokasian biaya yang selama ini diterapkan cenderung kurang transparan dan tidak mencerminkan konsumsi setiap aktivitas produksi secara akurat.
Masalah-masalah ini perlu diatasi untuk memastikan Zifa Collection dapat tetap beroperasi dengan efisien dan mengoptimalkan keuntungan. Penerapan metode Activity Based Costing (ABC) diharapkan dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengelola biaya dan memperbaiki proses pengambilan keputusan terkait penentuan harga jual serta pengalokasian biaya produksi.
Berikut data yang telah didapatkan dari hasil wawancara dan observasi secara langsung dengan bertatap muka kepada pemilik usaha konveksi Zifa Collection (Wakisto dan Ratih, komunikasi pribadi, 08 November 2024)
''Biaya produksi yang dikeluarkan selama satu bulan, menunjukkan bahwa Pada bulan Oktober 2024, Konveksi Zifa Collection menghasilkan dua jenis produk utama, yaitu sprei dan gorden, dengan total produksi sebanyak 9.500 unit. Dari jumlah tersebut, produksi sprei mencapai 2.500 unit, sementara produksi gorden mencapai 7.000 unit. Untuk mendukung proses produksi ini, bahan baku langsung yang digunakan untuk masing-masing produk telah dihitung secara rinci,'' ujar Pak Wakisto dan Ibu Ratih.
Bahwa untuk memproduksi sprei dalam sehari membutuhkan 2 roll kain dengan hari produksi 26 hari, sehingga kebutuhan roll dalam sebulan untuk memproduksi sprei sebanyak 52 roll. Harga satuan per rollnya yaitu sebesar Rp 1,700,000 sehingga biaya bahan utama yang diperlukan untuk memproduksi sprei sebanyak Rp 88,400,000 (Rp 1,700,000 52). Kemudian untuk memproduksi gorden dalam sehari membutuhkan 5 roll kain dengan hari produksi 26 hari, sehingga kebutuhan roll dalam sebulan untuk memproduksi gorden sebanyak 130 roll. Harga satuan per roll kainnya sama dengan sprei yaitu sebesar Rp 1,700,000 sehingga biaya bahan utama yang diperlukan untuk memproduksi gorden sebanyak Rp 221,000,000 (Rp 1,700,000 130). Dengan begitu biaya total bahan baku untuk memproduksi sprei dan gorden dalam sebulan pada konveksi Zifa Collection yaitu sebesar Rp 309,400,000.
