Mohon tunggu...
Amalia Hasanati
Amalia Hasanati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Lambung Mangkurat

FKIP ULM

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Guru Multikultural: Kompotensi dan Keterampilan yang Diperlukan

23 Juni 2024   22:41 Diperbarui: 23 Juni 2024   23:30 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Istilah “multikultural” sebenarnya merupakan kata dasar yang diawali dengan awalan. Akar kata Kultur artinya kebudayaan, kesopanan, pelestarian, dan awalan Multi artinya banyak, beragam, beragam Multikultural berarti keberagaman budaya, keberagaman, kesopanan, dan keberagaman, Namun dalam artikel ini, alih-alih menerapkan keberagaman latar belakang individu, hal tersebut dimaknai sebagai keberagaman budaya (Widiyono, 2018).

Peran guru dalam terwujudnya pendidikan multikultural sangat diperlukan, karena pendidikan multikultural tidak dapat terlaksana secara maksimal tanpa campur tangan guru. Pendidikan multikultural harus diajarkan kepada siswa oleh guru sedini mungkin dan Guru merupakan unsur terpenting dalam sistem pendidikan. Dia adalah ujung tombak Pembelajaran siswa sangat dipengaruhi oleh cara siswa memandang gurunya, Kepribadian guru dapat mencakup hal-hal berikut: Perhatian, kehangatan, dan dukungan (dorongan) memberikan motivasi, sehingga meningkatkan prestasi akademik siswa. Ketika seorang guru berempati dengan siswa secara tepat, hal itu memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan prestasi akademik siswa. Guru juga perlu membangun citra positif pada dirinya jika ingin siswa merespons dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Selain itu, rasa hormat dan kasih sayang guru adalah syarat terpenting bagi keberhasilan siswa Sama seperti orang dewasa, mempertimbangkan aspek psikologis akan membantu siswa menampilkan potensi terbaiknya dan otomatis meningkatkan pembelajarannya (Widiyono, 2018).

Sebagai negara majemuk dengan keberagaman dan kekayaan budaya, Indonesia menghadapi tantangan dalam membangun generasi masa depan yang penuh toleransi dan hidup berdampingan. Dalam hal ini peran guru sangatlah penting. Guru multikultural, yaitu mereka yang memiliki kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan untuk mengajar secara efektif dalam lingkungan multikultural adalah kunci untuk menciptakan generasi penerus yang toleran. Kenyataannya masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi dan keterampilan yang memadai untuk menjadi guru multikultural (Banks, 2015).

Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya kejadian intoleransi dan diskriminasi di lingkungan sekolah. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), terdapat 63 kejadian intoleransi dan diskriminasi di sekolah pada tahun 2021. Memahami pentingnya peran guru multikultural dalam membangun generasi toleran, menjadikannya isu yang krusial untuk dibahas. Oleh karena itu, essay ini bertujuan untuk membahas kompetensi dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi guru multikultural (Sleeter, 2017).

PEMBAHASAN

A. Kesadaran budaya ( Cultural Awareness )
Kesadaran budaya adalah kemampuan mengenali dan memahami pengaruh budaya terhadap nilai dan perilaku kemanusiaan. Hal ini memungkinkan individu untuk  melihat melampaui dirinya sendiri dan menyadari nilai-nilai budaya serta adat istiadat yang berasal dari luar budayanya sendiri Melalui kesadaran budaya, seseorang mampu menentukan apakah sesuatu itu dapat diterima dalam budayanya atau budaya orang lain, ataukah sesuatu itu dianggap tidak biasa sehingga tidak dapat diterima dalam budayanya atau budaya orang lain (Noviyani, 2022).
Kesadaran Budaya Guru harus memiliki kesadaran budaya yang tinggi, pemahaman yang mendalam terhadap budaya sendiri dan budaya lain. Pengakuan ini dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain Mempelajari budaya lain melalui buku, artikel, film, dan media lainnya. Berinteraksi dengan orang-orang dari budaya berbeda. Berpartisipasi dalam pelatihan budaya dan keberagaman. Kesadaran adalah pemahaman yang mendasar, sensitivitas, dan apresiasi terhadap keragaman budaya, latar belakang, pandangan hidup, keyakinan-keyakinan, nilai- nilai, bias- bias, dan keterbatasan layanan terhadap yang beragam. Kesadaran multikultural untuk menyadari nilai- nilai budaya dirinya sendiri dan potensi bias- bias budaya yang ada didalamnya (Akhmadi, 2016).

B. Pengetahuan Multikultural ( Multicultural Knowledge )
Pengetahuan Multikultural Guru harus memiliki pengetahuan luas tentang berbagai budaya, termasuk sejarah, nilai, dan tradisinya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, misalnya Dengan mengambil mata kuliah studi multikultural. Membaca buku dan artikel tentang budaya yang berbeda. Berpartisipasi dalam kegiatan komunitas multikultural. Dan bisa juga mengikuti program studi atau pelatihan tentang pendidikan multikultural. Guru juga harus berinteraksi dengan orang orang dari segala budaya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, guru perlu memiliki pengetahuan tentang keberagaman dan pendidikan multikultural sehingga mereka dapat mengajarkan tradisi-tradisi umum yang mengatasi konflik dan permasalahan yang muncul di komunitas yang beragam. Tujuan utama  pendidikan multikultural adalah mengembangkan sikap menghargai perbedaan. 

Hal ini untuk menanamkan nilai-nilai yang memungkinkan peserta didik hidup rukun dan bersikap positif dalam realitas keberagaman, sehingga mampu menghadapi keberagaman dan bersikap positif tanpa kehilangan jati diri atau budayanya Nilai-nilai yang dimaksud adalah Toleransi, solidaritas, empati, musyawarah, egalitarianisme, kemurahan hati, keadilan, kerjasama, kasih sayang, nasionalisme, prasangka baik, saling percaya, percaya diri, tanggung jawab, kejujuran, integritas, dapat diandalkan Nilai-nilai tersebut merupakan prasyarat agar pendidikan multikultural dapat berfungsi secara efektif (Gunawan, 2022).

Pendidikan multikultural merupakan proses yang mencakup lima aspek yang  membantu guru menerapkan berbagai program yang responsif terhadap perbedaan siswa: (a) aspek integrasi konten dan materi (content integrasi dan mencakup pengintegrasian konten menggunakan contoh-contoh dari  budaya yang berbeda), Menjelaskan konsep dan ide dalam kurikulum atau  mata pelajaran Secara khusus,  guru memasukkan fakta tentang kepahlawanan kelompok yang berbeda ke dalam kurikulum mereka dengan membatasi kelompok tersebut. Desain dan unit pembelajaran tetap tidak berubah, dan guru cukup menambahkan beberapa unit atau topik yang khusus  berkaitan dengan materi multikultural. Aspek ini berkaitan dengan upaya  menghadirkan dimensi budaya yang ada ke dalam kelas Pakaian, tari, adat istiadat, sastra, bahasa, dll. 

Dengan cara ini, siswa harus mampu meningkatkan kesadarannya terhadap budaya kelompok lain. Konsep dan nilai tersebut dapat dituangkan ke dalam materi buku teks, metode pembelajaran, tugas/latihan, dan penilaian, (b) Aspek pendidikan yang setara atau berkeadilan (pedagogy of justice), pendidikan tidak cukup  membekali siswa dengan kemampuan membaca dan berhitung, tanpa menantang asumsi, paradigma dan ciri-ciri kekuasaan Pendidikan yang setara/adil membantu siswa menjadi warga negara yang aktif dan bijaksana dalam masyarakat  demokratis. Aspek ini menyesuaikan metode pengajaran dengan cara siswa belajar untuk mendorong peningkatan akademik bagi siswa yang berbeda ras dan budaya atau masyarakat, (c) Aspek penguatan budaya sekolah dan struktur sosial, yaitu menciptakan  budaya sekolah yang menghormati dan memperkuat semua budaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun