Berdasarkan hasil periksa fakta AFP, Vinita Dubey, Petugas Kesehatan Asosiasi Medis dari Toronto Public Health mengatakan bahwa jika digunakan dengan benar, masker kain mungkin tidak akan mengurangi oksigen yang cukup sehingga tidak menyebabkan kekurangan udara.
"Secara umum, masker kain itu tidak ketat menutup wajah, masih ada ruang terbuka kecil di sekeliling masker dan juga pori-pori kain yang bisa melewatkan oksigen sambil menghalangi partikel pembawa virus," jelasnya.
Isu yang mengklaim bahwa mengenakan masker "meningkatkan risiko keracunan CO2 juga dibantah oleh Dubey.
"Penggunaan masker wajah untuk waktu yang lama, termasuk N95, belum terbukti menyebabkan keracunan karbon dioksida pada orang sehat. Jika CO2 perlahan-lahan menumpuk di dalam masker dari waktu ke waktu, kadarnya rendah dan sebagian besar dapat ditoleransi," jelas Dubey.
Namun, ada beberapa keadaan khusus dimana beberapa orang mungkin tidak nyaman mengenakan masker terlalu lama, dan menyebabkan kecemasan.
"Kecemasan atau panik tersebut lah dapat menyebabkan hiperventilasi (pernapasan cepat) yang dapat menyebabkan kadar CO2 turun dan gejala sakit kepala ringan, pusing serta kebingungan," ujar Dubey.
Dengan demikian, penggunaan masker yang tepat tidak menimbulkan dampak negatif seperti yang banyak beredar di masyarakat. Selama kamu mengganti masker maksimal 4 jam sekali, menjaga kebersihan tangan, mencuci muka sebelum dan setelah memakai masker, kamu akan terhindar dari dampak negatif apapun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H