"Hot banget", jawabku sembari mengacak - acak rambutnya dengan iseng.Â
"Kenapa sih kamu selalu membuatku berdebar - debar. Terutama pas pertama kali gw liat Manda pemotretan parfum di studio. Awal dari semua ini adalah -parfum yang David buat karena ingin menghipnotis perhatian seseorang", ujarnya tiba - tiba saja ia menarik tanganku.
Teriakan mas Aryo dari jauh dengan megaphone membuat buyar perhatian ku padanya.Â
"Manda , David, kita bahas soal iklan di dalem studio ya"!, serunya.
Dimas menghampiri kami berdua.
"Gw ga nyangka, ternyata Manda emang bakat seni peran ya", kata Dimas.
"Gw malah grogi banget dan takut", tukasku. Emang takut. Takut tidak bisa mengontrol perasaan. Melihat si Dave, yang sepanas kopi Vietnam. Atau, sepanas Tom Hardy. Tapi tidak ada yang lebih 'panas' , ketika Dave sedang menunjukkan keahliannya berselancar, tertawa dengan renyah. Dan bermain - main dengan olahraga ekstrim.Â
Kru di lokasi syuting mulai merapihkan peralatan. Kami masuk ke dalam studio di dalam ruangan. Studio ini betul-betul fantastis. Di dalam ruangan, kami duduk di ruang tengah , ruangan bergaya tropical. Bangku - bangku dari rotan, meja kayu. Di sudut ruangan terdapat beberapa tanaman Monstera dan Janda Bolong.
"Jadi gimana Manda, syutingnya?, gw gak liat kamu grogi sama sekali dan adegan terakhir itu sebetulnya cuma narik baju aja loh", kata mas Aryo.
"Gw sih mau nya lebih, mas", ujar David sambil tertawa.Â
"Di storyboard gak ada adegan narik rambut, tapi bagus sih justru itu kesan sensual dari parfum nya", kata mas Aryo.Â