Dimas ternyata art director iklan parfum Dave. Beruntung banget deh, aku kerjasama dengan teman kuliah. Tidak lama Dimas mengambil sebuah konsep iklan parfum D-Honest.Â
"Konsep nya kayak gini kurang lebih, Nda. Jadi tar mata lo di tutup topi atau scarf item. Identitas lo kita sembunyikan deh intinya. Gw tau lo pasti khawatir soal Diana. Gw sama Dimas uda mikirin dalem-dalem, supaya gak ada masalah di kemudian hari. Dan gw juga nolak make Agnes , model yang dia tawarin ke gw", David memberikan penjelasan kepadaku.Â
"Iya sih Dave, tadi Diana juga bahas soal itu pas gw meeting sama mas Arman. Dan aneh nya, tadi pas gw nemenin dia meeting, dia duduk di meja no 24 dan pesen kopi yang sama waktu itu ....", tiba - tiba aku memberhentikan kata-kataku.Â
"Oooh, iya, waktu lo ngopi sama Manda di Kitsune ?", tanya Dimas.Â
"Iya mas, yang gw bahas soal parfum", balas Dave.Â
"Btw, mas Arman itu , Arman Susilo?. Â Orang partai yang perawakan nya agak mirip Budi Djiwandono?", tanya Dimas.Â
"Iya , eh - kok tau?", tanyaku heran..
"Hmm... tadi Diana ada bahas - bahas soal kerjaan gak sama dia atau deal kerjaan...?", tanya Dimas.Â
"Ya, emang ada kerjaan kantor dan pribadi, mas Arman emang ada kerja sama pribadi sama Diana untuk direct pemotretan kampanye - nya. Tapi kok kalian tau soal mas Arman juga...?", tanyaku lagi - semakin penasaran.Â
Aku mengingat kembali kata - kata yang Diana bilang soal David tadi siang.Â