Tampilan ruang baca ini sangat menarik perhatian saya, karena bentuk nya sekilas mirip kontainer , di cat dengan warna biru. Dan jendela kaca yang menarik perhatian orang - orang di sekitar untuk sekedar melirik ke dalam. Karena perjalanan saya sedang terburu - buru, sehingga tidak sempat melihat koleksi buku - buku nya.Â
Bersyukur nya saya sempat mengabadikan dalam jepretan kamera. Selain ruang baca yang eye catching, ada juga kedai kopi yang di serve oleh teman - teman difabel.
Rasa penasaran saya tertuju kepada sebuah papan tulis kecil bertuliskan ,
 " saya tuli". Cafe mungil yang berwarna coklat ini menarik perhatian saya. Di sana juga terdapat petunjuk bagaimana cara kita memesan kopi dalam bahasa isyarat.Â
Menarik dan berbeda dari yang lain. Kedai kopi yang gak biasa ini menarik perhatian saya di tengah hari yang terik. Walaupun lalu lalang orang yang santai di depan cafe difabel ini tidak serta merta menarik perhatian orang - orang untuk datang berkunjung. Tapi saya tertarik untuk menghampiri. Sayang, saya gak mampir untuk mencoba pengalaman memesan kopi dalam bahasa isyarat. Lain kali saya akan coba!
Next, setelah berpanas -panas berjalan kaki turun dari stasiun BNI City. Akhirnya, kami berjalan sampai stasiun Dukuh Atas untuk naik transjakarta menuju Blok M. D
Sesampai nya di Blok M. Ada satu restoran yang menarik perhatian saya.Â
Saya pernah membaca dari sebuah situs berita online. Kalau cafe Uma Oma ini ternyata beberapa pelayan di cafe ini adalah para lansia. Menurut situs Bisnis com, cafe ini hadir dengan suguhan masakan nusantara dan rasa yang autentik, konsep yang diusung kafe ini berhasil menarik perhatian banyak orang. Ditambah dengan peran para lansia sebagai pelayan yang menambah suasana kafe tersebut seperti di rumah nenek.