Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Uang 100 Perak dan Membangun Cinta yang Sederhana

19 September 2023   09:40 Diperbarui: 19 September 2023   09:46 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di lain kisah, pada artikel yang sebelumnya saya tulis. Suami saya bekerja jauh dari keluarga, bukan hal yang 'sudah biasa' terutama bagi keluarga muda. Sebelum suami pergi bekerja di luar kota, beberapa pelajaran berharga yang saya dapat, mengenai kesederhaan dan menghargai sekecil apapun nominal sebuah uang. Bahkan uang receh pun. 

Kebahagiaan yang sederhana tidak di nilai dari seberapa banyak uang yang kita punya. Bahkan kebahagiaan tidak bisa di beli dengan uang. Pelajaran lain adalah, seberapa pun hasil jerih payah pasangan kita dalam mencari nafkah, di terima dengan lapang dada dan bersuka cita. Sebagai istri mungkin tidak mengetahui seberapa menantangnya pekerjaan para suami di lapangan seperti apa. Karena, pejuang nafkah ini jarang berkeluh kesah betapa berat nya pekerjaan yang di lalui. 

Dari situ saya berpikir, berapapun hasil nafkah yang di bawa suami pulang , sebagai seorang istri patut menerima nya dengan senang hati. Yang penting kebutuhan pokok terpenuhi, tanpa mencibir. 

Sering sekali kita membaca berita di media, suami dan istri cekcok akibat masalah ekonomi yang tidak ada habis nya. Sang istri menuntut uang bulanan yang naik seiring naik nya harga kebutuhan pokok. Sedangkan suami sudah ' mentok'usaha nya sehingga tidak bisa menaikkan uang bulanan. Masalah ini pun pernah terjadi kepada saya. Awal nya sulit menerima keadaan, kalaupun ribut tidak akan menyelesaikan masalah malah menambah masalah. Saya dan suami memilih untuk berdiskusi apa yang harus nya kita lakukan dan mencari solusi.

Saya menghindari kalimat - kalimat seperti ; " coba dulu gak usah berhenti kerja, seandainya dulu kita..... dan lain lain", percuma menyesali masa lalu, justru masalah yang harus di hadapi adalah masa depan.

Kembali ke topik judul artikel. Uang sekecil apapun nominal nya tetap lah uang yang memiliki nilai. Sama hal nya seberapa pun uang hasil jerih payah suami bekerja walaupun itu kecil nilai nya, patut di terima dengan suka cita, karena berat perjuangan seorang ayah dalam mencari nafkah patut di hargai. Walaupun ayah bekerja di kantor yang nyaman , megah, tidak serta merta tidak ada tantangan dalam pekerjannya. Namun , di balik nilai nominal uang yang kecil dan ada nya cinta yang sederhana, menjadi tidak sulit untuk bahagia. Bahagia itu sederhana dan tidak mahal. Dapat tercipta dari hal hal yang kecil. Semoga artikel saya bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun