Tulisan ini sekaligus menyambung di artikel saya yang sebelum nya berjudul : "Suka Duka Hidup Jauh Dari Pasangan".
Setiap tahun, bulan Desember sd Februari adalah musim hujan dengan intensitas tinggi terjadi. Ketika ini, saya selalu di liputi perasaan was was, mana jauh dari suami.  Tidak pernah terpikirkan berada di situasi yang mengaharuskan saya menghandle sendiri kerjaan nukang, bahkan sampai beli bahan bangunan sendiri. Hal ini membuat saya  belajar hal baru , tidak mengeluh dan mengkotak - kotakan mana pekerjaan laki - laki dan perempuan. Saya jadi ingat teman saya yang nun jauh di Belanda. Ketika pindahan tempat tinggal, dia harus mengelem sendiri lantai keramik flat nya dengan lantai kayu. Sementara suami nya bekerja. " di luar negeri jangan harap masang lantai kayu kita manggil tukang", ujar nya.Â
" di sana tukang bangunan mahal tarif nya", lanjut nya lagi. Sehingga ia dan suami nya mengurus sendiri urusan pindahan rumah dan barang - barang nya tanpa menyewa jasa angkut barang. Hanya menggunakan mobil pribadi mereka.Â
Kembali ke tema artikel. Spesifik bangunan rumah saya tidak bertingkat, di atas atap kami sudah di dak dengan cor  an dan acian kasar serta tidak bergenteng. Sebelum di aci dengan semen, acian kasar itu di tumbuhi lumut. Dan jika hujan lebat ada beberapa titik air yang menetes tepat di atas kamar dan kamar mandi. Hal ini membuat kamar tidur menjadi lembab. Dan tidak nyaman. Bertahun - tahun acian kasar dan berlumut tidak kami perbaiki karena bukan prioritas utama. Kami berfikir ; " bocor , tampung saja pakai ember", tapi lama - lama gak nyaman dan tenang juga.Â
Pernah rumah kami tinggal seharian ketika lebaran 1 tahun lalu. Pulang berpergian , kami kaget. Kalau lantai kamar sudah mengenang air tetesan dari dak atas yang merembes ke gipsum. Pulang dengan badan yang lelah di tambah kerjaan yang melelahkan. Beres beres yang bocor. Hal ini ternyata terjadi juga kepada tetangga kami. Dia pun sama. Hanya bisa di diamkan saja yang bocor bocor tanpa manggil tukang. Jasa tukang yang selalu "waiting list" membuat nyari tukang gak gampang. Hampir semua tukang di tempat kami sudah di booking. Karena di cluster kami banyak rumah yang sedang di renovasi. Karena mencari tukang yang sulit , sehingga membetulkan yang bocor bukan prioritas.Â
Solusi dari masalah bocor - bocor ini hanya perlu di aci dan water proofing. Ternyata gak semudah itu. Sudah 3 tukang kami panggil , namun masih mentok di budget. Di sini saya jadi belajar, agar tidak kena tipu - tipu, berikut tips nya. Saya pelajari dari suami dan bapak saya hal ini dan saya rasa sebagai ibu rumah tangga perlu tahu juga.Â
1. Cari Opsi Kedua Soal Tukang
Mencari tukang bagaikan membeli kucing dalam karung. Kita tidak tahu bagaimana kualitas pekerjaan tukang tersebut, apakah rapih atau asal - asalan. Biasa nya saya punya tukang langganan, namun apa daya, jam terbang si tukang langganan yang kelewat tinggi , sehingga sulit untuk saya gapai. Akhir nya setelah tanya 2 tukang, jawaban untuk masalah bocor bocor di atas dak rumah kami beragam.
Tukang 1 bilang ;Â
A. Perlu 6 sak semen agar dak atas kami tidak hanya dapat 1x acian, jadi 2x aci lebih gobyos jos dan mantul licin. 1 sak semen dengan harga beragam, namun saya ambil dengan harga 50.000 / sak / berat 40 kg. Lalu perlu 2 kaleng aquaproof berat 4kg. Nah si aqua proof ini yang mahal. 1 kaleng dengan berat 4kg saja sudah 220.000 di toko bangunan daerah Tangsel. Sedangkan kami perlu 2 kaleng.Â
Setelah itu perlu papan gipsum dengan lebar kurang lebih 2 meter. Ongkos tukang 180.000 untuk 1 hari pengerjaan.
B. Tukang kedua dan ketiga bilang  ;
Cukup 3 sak semen saja, karena kalau banyak beli semen nanti jadi ga kepake malah nyimpen barang. 2 kaleng aquaproof. 1 - 2 lembar papan gipsum. Ongkos tukang sama.
Saya dan suami sudah menyisihkan uang untuk membeli aquaproof terlebih dahulu. Kalau gak begini gakan kebeli. 2 kaleng aquaproof dengan harga 440.000. Mengendap sampai kami cukup untuk mengupah tukang. Itu di bulan Januari. Belum juga kami pakai jasa tukang. Ternyata di bulan Februari, gispum kamar jebol sudah karena intensitas hujan yang tinggi. Pangkal masalah nya acian dak kami yang masih kasar sehingga air hujan menggenang dan menetes ke gipsum yang ada di bawah nya . Karena sudah mendadak, saya memanggil tukang yang sedang bekerja di blok belakang. Kejadian di hari Senin. Dan hari Minggu tukang mulai bekerja acian semen terlebih dahulu. Ternyata cuaca berkata lain. Baru selesai mencabut lumut di seluruh dak kami. Dan baru saja mengaci, hujan turun. Gemes banget rasa nya! Dan kerjaan tukang mundur 1 minggu lagi. Sementara itu, di kamar tidur kami gelap dan menganga lubang karena gipsum yang rontok sudah di copot tukang. Gak enak banget, di sabar sabarin deh 2 minggu berlalu. Sementara saya sudah gelisah dan pingin cepat cepat urusan beres.Â
Nukang lagi seminggu setelah nya, tukang meng aci dak kami dengan semen yang ternyata makan 1 hari. Hal itu membuat tukang minta 1 tukang lagi supaya kelar dalam 1 hari. Kata suami saya, itu trik tukang saja. Siapa yang berani jamin 1 hari dengan 2 tukang beres? Jadi kami tetep kekeh dan sabar saja jika harus nunggu lagi. Saya masih ingat di hari pertama puasa tukang bekerja finishing ketika musim panas sudah datang menyapa. Itulah sebab nya saya lebih suka musim kemarau ketimbang hujan. Kami harus menunggu 2 minggu untuk pengerjaan kedua. Di hari kedua, kerjaan tukang proofing dak atas dengan aqua proof sebanyak 2 kali supaya jos gandos!
"Kalo dak sudah di semen dan proofing aman buk", begitu kata mas Udin, si tukang kami. Selesai kerjaan proofing, tukang menambal gipsum kami yang bolong. Dan membersihkan noda noda rembesan dari tetesan air dari atas. Kirain gak perlu nambah belanjaan. Ternyata nambah lagi. Saya harus beli kasa, thinner, cat minyak, cat putih, cutter dan amplas. Di hari pertama nukang bertepatan dengan hari pertama puasa. Capek nya. Tapi jadi tenang. Itu pun masih ada pekerjaan lain besok nya. Steaming ac yang sudah netes juga gegara sudah kotor. Pekerjaan di kebut sebelum lebaran. Jadi lebaran sudah bisa leha - leha juleha, hahaha.... Â
Dalam hal apapun selalu gunakan second opinion agar terhindar dari tipu tipu dan menambah wawasan, walaupun itu soal pertukangan. Coba jika saya ngikutin estimasi tukang pertama, yang harus beli 6 sak semen. Kapan nukang nya saya? Dan saya mengumpulkan uang dengan suami patungan untuk beli bahan bangunan dan ngupah tukang , cash! tanpa kredit 😅😅  Inti nya sesuaikan dengan budget yang anda punya.Â
Ketika nukang, ibu rumah tangga seperti saya yang tidak tahu apa - apa, menanyakan soal nukang kepada bapak saya dan suami. Jadi gak main beli beli bahan atas inisiatif sendiri, namun, bertanyalah pada tukang terlebih dahulu. Karena tukang lebih paham mana yang perlu di beli dan tidak.
Terkadang ketika keadaan sudah terdesak dan mendesak barulah di kerjakan secara cepat dan tepat, dan opsi tukang kedua dan ketiga tepat, semen saya masih tersisa sedikit dan masih bisa terpakai. Selain itu, gipsum yang beli 2 lembar , masih utuh 1 lembar yang siapa tau akan terpakai di kemudian hari. Semoga tulisan saya bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H