Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pola Asuh Bayi dan Anak Ala Barat yang Membentuk Kemandirian pada Bayi dan Anak

24 Agustus 2023   17:38 Diperbarui: 24 Agustus 2023   17:46 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ilustrasi seorang anak yang merapihkan mainan nya sendiri (foto: dok RS Annisa)

Tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi.

Masih melekat di ingatan saya ketika saya baru melahirkan anak pertama. Betapa banyak "petuah - petuah yang tidak jelas" berasal dan di sampaikan oleh orang - orang yang kata nya lebih berpengalaman mengurus anak. Seperti ; 

" Jangan sering - sering gendong bayi, nanti bau tangan".

" Kalau bayi cegukan, tempel kertas atau kain di dahi supaya berhenti".

"Kalau nyuapin anak diem di kursi ga abis makan nya dan di emut, harus di bawa jalan - jalan biar habis". 

"Anak makan di suapin aja , biar ga berantakan dan cepet habis".

"Kalau bayi gak gemuk, kasih sufor aja sedikit biar isian badannya. Kadang - kadang Asi bikin ga kenyang".

Karena baru pengalaman punya anak satu, di kala itu saya masih bimbang dan antara percaya gak percaya dengan semua mitos - mitos tersebut. Tapi yang gak masuk akal sama sekali memang saya tidak mau percaya, termasuk soal Asi yang bikin bayi ga kenyang sehingga membuat bayi hanya "ngempeng" dan berpengaruh ke berat badan. Di saat itu saya mendapat masukan dari ibu mertua untuk mencampur Asi dengan susu formula agar bayi kami cepat gemuk. Karena hal ini "menggangu" prinsip saya, akhir nya saya tanyakan ke dokter spesialis anak ketika kami melakukan imunisasi rutin ke rumah sakit.

"Tidak perlu tambahan susu formula jika bayi ibu mau menyusu, kecuali jika ibu Asi nya gak keluar, itu pun harus di pantau takaran susu formula nya", ujar dokter spesialis anak kami. 

Dokter anak kami tidak menyarankan penambahan susu formula atas inisiatif sendiri. Jika ingin memberikan susu formula harus atas dasar tertentu. Saya dan suami membesarkan anak - anak kami tanpa ikut campur pihak ke tiga seperti keluarga dan asisten rumah tangga. Keadaan darurat pun, sebisa mungkin, kami tidak menitipkan anak - anak kepada orang lain, termasuk ke kakek, nenek, tante dan lain lain. Kalau sering "nitipin" anak - anak, pola asuh yang berbeda walaupun cuma nitip 1 hari, pasti berantakan pola asuh yang kami terapkan sehari - hari di rumah selama ini. Karena penasaran, lalu saya mencari tahu pola asuh bayi orang Barat itu seperti apa saja. Dan ketika membandingkan sendiri dengan budaya Indonesia yang sangat berbeda, justru saya lebih sreg dengan pola asuh bayi ala orang Barat. Bukan gak cinta Indonesia, hanya saja mitos mitos di atas tidak masuk akal bagi saya. Pola asuh bayi ala orang tua Barat seperti apakah yang malah mendapat cibiran dari beberapa kerabat saya. Dan menurut kacamata pribadi penulis.

1. Bayi Tidur Sendiri Di Box Bayi

Memang awal nya tidak mudah , terlebih ketika bayi bangun malam untuk menyusu. Harus angkat dari box dan meletakan nya lagi bukan lah hal yang mudah. Pasti satu gerakan saja , bayi terbangun. Belajar dari anak pertama yang akhirnya tertidur pulas di tempat tidur bersama saya dan suami. Akhir nya saya terapkan ke anak kedua dan ketiga.

Hal ini pun melalui proses observasi saya terlebih dahulu, setelah membaca di sebuah artikel ibu dan bayi dan bertanya di grup parenting ibu dan bayi. Namun, hal ini ternyata kontradiktif dengan beberapa pendapat kerabat dekat kami. 

"Biar ga repot gendong bayi turun dari box, mending di kasur saja, kan lebih gampang", saran salah satu kerabat kami. Saya hampir ingin menyerah , karena jika bayi tidur di box akan lebih nyaman dan terhindar dari himpitan kami. Saya pun lebih leluasa dan tidur pun berkualitas. 

Selain itu box bayi membawa manfaat lain, ketika saya beberes rumah, bayi lebih aman di box. Selain aman dari gangguan serangga, seperti nyamuk, bayi lebih nyaman dan aman dari resiko terjatuh, selain itu box bayi memakai kelambu. Saran saya jika anda yang baru punya bayi, memiliki box bayi saya rekomendasikan. Walaupun hal ini mendapat cibiran, saya tetap menjalankan pola asuh ini karena saya sendiri yang menjalankan dan mendapatkan manfaat nya. Berawal dari melihat adegan di salah satu film barat, yang menidurkan anak di box bayi. Membuat saya mencari tahu mengenai pola asuh ini.  Selain bayi lebih disiplin dan mandiri.

2. Baby Lead Weaning 

adalah metode memperkenalkan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan membiarkan anak memilih dan memakan sendiri semua makanannya tanpa disuapi. BLW sudah bisa Bunda terapkan saat Si Kecil mulai mendapatkan MPASI, yaitu di usia 6–9 bulan. (Sumber : Alodokter)

Anak - anak kami di biasakan makan dengan duduk di kursi makan untuk bayi. Hal ini memudahkan saya agar bayi kami mandiri. Walaupun berantakan. Namun fase inilah yang akan menentukan jalan kemandirian anak di masa yang akan datang. Biasa nya ketika sore, banyak balita dan batita Mpasi di ajak jalan jalan sore sambil di suapi makan oleh asisten rumah tangga. Dimana terkadang pemandangan nya seperti ; menyuapi anak - anak dengan semilir angin, debu, asap rokok , orang yang batuk, bersin dan lain lain. Hal ini pasti nya menimbulkan ketidak higienis nya makanan yang di makan. Sebagai orang tua yang mengurus anak sendiri tanpa asisten rumah tangga, rasa nya lebih aman dan terkendali karena tidak menitip anak kepada orang lain dengan segudang aturan yang kita atur sendiri dan belum tentu di turuti oleh orang lain.

Ketika kakek dan nenek anak - anak datang ke rumah, melihat bayi kami yang makan dengan tangan sendiri, mereka bilang cara makan seperti itu berantakan dan belepotan. Yah begitulah, belepotan tinggal di lap saja. Gampang toh. Kemajuan nya, ketika anak saya yang kedua dan ketiga 1 tahun, sudah terbiasa makan sendiri. Saya pun ga repot - repot harus nyuapin terus. Bukan karena ibu nya malas. Karena memang toh ketika mereka besar akan makan sendiri kan? 

3. Mengambil Makanan dan Minuman Sendiri

Di rumah anak - anak sudah terbiasa mengambil makanan dan minuman sendiri, baik anak terkecil kami yang berusia 5 tahun. Si adik paling kecil bahkan tidak takut ke kamar mandi sendiri malam - malam ketika ingin berkemih. Tentu nya di bawah pengawasan saya. Mereka sudah terbiasa melakukan semua itu sendiri. Lain hal nya ketika kami berkunjung (lagi - lagi) ke rumah kakek dan nenek mereka. Dimana di sana kakek nenek mereka membantu mereka mengambil makanan dan minuman sendiri. Namun, saya memberitahu kakek dan nenek bahwa, di rumah kami, mereka sudah terbiasa mandiri, jadi saya tidak akan membantu mereka karena mereka sudah terbiasa. Kalau air tumpah pun, di rumah mereka harus mengepel sendiri.

4. Membereskan Mainan Sendiri

 Ilustrasi seorang anak yang merapihkan mainan nya sendiri (foto: dok RS Annisa)
 Ilustrasi seorang anak yang merapihkan mainan nya sendiri (foto: dok RS Annisa)

Hal ini yang menjadi list panjang pekerjaan rumah sang ibu. Ketika sudah lelah memasak , harus membereskan mainan anak anak yang banyak dan membuat seisi rumah berantakan. Hidup anak anak terkait dengan mainan. Namun, Sebagai orang tua kita bisa berfikir dengan bijak bagaimana memanjakan anak dan mendisiplinkan mereka di saat yang bersamaan. Salah satu nya membelikan dan merapihkan mainan mereka sendiri.

Saya bukan hanya sekedar bicara saja, mendisiplinkan anak dengan cara ini bukan tanpa tantangan. Gak gampang menyuruh anak merapihkan mainannya sendiri. Karena terkadang mereka masih ingin bermain. Tapi bukan berarti tidak bisa. Bisa. Masing masing orang tua punya cara nya. Jika anda tidak ingin berusah payah membereskan mainan anak anak. Cara memanjakan mereka , ya hindari membelikan mainan anak anak yang seperti rakitan, lego, puzzle, blok kayu merupakan mainan jenis rakitan. 

"Loh? Itu kan mainan yang mencerdaskan anak anak dan melatih kreativitas".  Tentu saja, tapi apakah anda akan terus menemani anak anak main rakitan sepanjang hari? tidak kan? Belum lagi jika mainan ini terinjak kaki , tertelan dan lain lain. Selain menimbulkan rumah berantakan, masih banyak mainan jenis lain yang akan "menolong" kita sebagai seorang ibu yang sudah lelah dengan pekerjaan rumah tangga. Banyak juga orang tua memilih untuk membereskan mainan yang berantakan ini tanpa melibatkan sang anak. Akhirnya anak jadi tidak belajar bertanggung jawab. 

5. Memasak Sendiri

Ilustrasi seorang anak sedang memasak bersama orang tua (Foto: The Asianparent)
Ilustrasi seorang anak sedang memasak bersama orang tua (Foto: The Asianparent)

Anak anak memasak sendiri ? Bisa ? Tentu saja bisa. Hal ini di lakukan anak pertama saya yang berusia 9 tahun. Karena ia anak laki - laki yang tidak sabar menunggu untuk makan, sehingga ia memasak sendiri nasi goreng, goreng telur, tahu dan tempe sendiri. Semua tentu nya di bawah pengawasan saya. Kemandirian ini sangat membantu saya karena sudah seharusnya mereka mandiri dan sudah siap jika saya tidak ada. Bukan tidak memanjakan anak. 

Pada saat nya mereka akan mengerjakan sesuatu dengan kemandirian. Hal ini kemudian menular ke adik adik nya yang ingin mengerjakan sesuatu nya dengan sendiri. Sungguh, sebagai orang tua,  saya bagaikan memetik buah kesabaran dengan hampir berhasil mendidik mereka dengan kemandirian. Semua keadaan ini lahir dari kesederhanaan hidup dan jauh dari bantuan pola asuh orang lain, sehingga saya dan suami memegang kontrol penuh mengurus dan mendidik mereka. 

Setiap anak pasti bisa mandiri, entah dengan cara orang tua yang beragam membuat anak itu mampu mandiri. Keadaan setiap orang tua yang berbeda beda membuat anak mandiri dengan cara yang berbeda jua. Ada anak yang mandiri di tinggal orang tua bekerja dengan fasilitas lengkap. Namun anak itu mandiri dengan cara nya sendiri.  Ada juga anak anak dengan kondisi dan keadaan yang mau tidak mau harus mandiri. Setiap anak spesial dan cerdas. Sebagai orang tua harus bijak menerapkan displin dan kemandirian sesuai kemampuan anak. 

Semoga artikel saya bermanfaat. Tanpa bermaksud mengeneralisasi dan menggurui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun