Artikel ini terinspirasi dari beberapa teman- teman di Kompasiana yang membahas mengenai polusi udara.Â
Saya tinggal di Tangerang Selatan, dan tinggal di sebuah cluster yang ada di Graha Raya. Di pemukiman daerah kami sudah marak berita mengenai keluhan beberapa warga mengenai asap pembakaran sampah daun di sekitar.Â
Ada di dekat perumahan kami ada warga yang masih rutin membakar sampah daun. Tentunya asap ini sangat menganggu dan ngebul. Pekat pula.Â
Asap ini jika mengenai jemuran baju otomatis meninggalkan bau yang tidak sedap. Menempel di baju. Padahal baju itu sudah susah payah di cuci bersih. Kena asap jadi bau lagi.Â
Saya bersyukur di blok kami tidak ada yang melakukan pembakaran sampah ini. Melihat hal ini rasanya gemas, pingin negur tapi khawatir ada konflik. Tapi pernah ada kejadian seperti ini dan di tegur oleh rukun warga.Â
Sebetulnya kita sebagai masyarakat mampu meminimalisir tingkat polusi di tingkat yang terkecil. Gak usah membayangkan menjadi pahlawan super yang memberantas kejahatan.Â
Cukup hal yang sederhana. Masalah polusi dan sampah plastik. Apa yang saya lakukan? Di mulai dari diri sendiri.
1. Membawa Tas Belanja Sendiri Ketika BerbelanjaÂ
Saya selalu menolak jika pedagang pasar memasukan sayuran ke dalam plastik di atas plastik.Â
"Ga usah di plastikin mang", ujar saya.
"Ah nanggung, gapapa lah", gausah saya lagi mengurangi sampah plastik di rumah dan sudah bawa tas kain sendiri. Sahut saya sambil tertawa.Â
Di pasar untuk mengurangi sampah plastik sepertinya agak sulit. Namun sudah terlihat beberapa pedagang yang memakai kertas untuk membungkus sayuran yang di beli konsumen. Kita sebagai konsumen kan bisa secara tegas memilih untuk tidak menerima bungkus plastik. Sederhana bukan? Untuk menampung belanjaan kita bisa bawa saja tas bahan kain dari rumah.Â
2. Memilih Berjalan Kaki Ketika Beraktivitas.
Terkadang menjadi keterlaluan ketika kita beraktivitas menuju tempat terdekat misalnya ; warung, masjid, tetangga, arisan warga, rapat warga pake motor. Padahal dekat jaraknya. Sadarkah kita tindakan ini menyumbang emisi karbon ke udara.
pengertian emisi karbon atau carbon emission adalah gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran segala senyawa yang mengandung karbon seperti CO2, solar, bensin, LPG, serta bahan bakar lainnya. Fenomena emisi karbon merupakan proses pelepasan karbon ke lapisan atmosfer bumi.Â
Saat ini, emisi karbon menjadi salah satu penyumbang terjadinya perubahan iklim dan pemanasan bersamaan dengan emisi gas rumah kaca. Keduanya menyebabkan naiknya suhu bumi atau efek rumah kaca. (Sumber : lindungihutan.com)
Selain itu, kemudahan melakukan kredit motor dan mobil merupakan godaan lain yang datang dengan mudah dan murah sehingga setiap bulan kemungkinan jumlah kendaraan bermotor terus bertambah. Motor dan mobil listrik apakah efektif?Â
Entahlah, apakah malah akan menambah kemacetan?
3. Membawa Tempat Minum Sendiri Ketika Beraktivitas Di Luar Rumah
Perlunya membawa botol air sendiri bisa berupa tumbler, botol air minum, akan mengurangi sampah plastik dan kemasan. Kok bisa? Jika anda dengan enteng bilang ; 'ah beli aja air mineral di mini market'.Â
Bagaimana nasib si botol air plastik yang di buang begitu saja dan mengendap beratus ratus tahun di tanah? Hal ini menjadi serius jika banyak orang yang tidak tahu efek serius ke depan.Â
Perlu sosialiasi secara global? Tidak usah banyak berharap kepada pemerintah. Mulailah dari diri sendiri.Â
4. Tidak Ikut - Ikutan Membuang Sampah Sembarangan
Hal ini biasanya di picu karena mencontoh orang lain yang melakukan dan merasa aman - aman saja. Seperti pada foto, sampah puing dan daun adalah hal yang tidak mudah untuk di buang begitu saja di komplek kami.Â
Saya pernah meminta pengurus lingkungan untuk menebang pohon beringin dan jambu di depan rumah. Namun pengurus berdalih kesulitan untuk membuang sampah pohon dan daun tersebut.
"Kita kesulitan untuk membuang sampahnya bu dan tiap bulan sampah daun hanya di angkut 1x saja, jadi kalo mau ibu bisa tebang sendiri pake jasa tebang pohon".Â
Antara kesal mendengar seribu satu alasan si pengurus lingkungan tersebut, namun, tetangga sebelah rumah saya tetap bandel dan nekat merapihkan pohon sebrang rumahnya dan menumpuk sampah di ujung blok. Seperti foto di bawah ini. Sampah batang pohon tetangga sebelah yang di tebang di tumpuk begitu saja tanpa di buang.Â
Akhirnya entah siapa yang menulis peringatan pada sebuah tripleks agar tidak membuang sampah puing sembarangan. Tindakan ini sudah merupakan tindakan peringatan dan sanksi sosial.Â
Bagi yang masih bandel melakukan aksi buang sampah , akan malu sendiri, terlebih jika saya berhasil mendokumentasikan siapa pelakunya.Â
Aksi nyata saya tidak ikut - ikutan 'panas' nekat merapihkan pohon dan membuang sampahnya begitu saja di ujung tanah pekarangan umum blok kami.Â
Hal ini cukup membantu karena saya tidak ikut menyumbang sampah. Dan membangun rasa tanggung jawab dan disiplin diri.Â
Sebagai warga negara yang baik walaupun ada dan tidak adanya sanksi sosial, baiknya kita tidak ikut - ikutan dalam tindakan yang tidak disiplin dan bertanggung jawab.Â
Sebagai masyarakat kita bisa beraksi untuk mengurangi polusi udara dan menjaga kelestarian lingkungan di mulai dari diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H