Indonesia merupakan salah satu negara yang pluralisme terbesar di dunia. Pernyataan ini dapat dibenarkan ketika melihat kondisi sosiokultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas yang dimiliki Indonesia. Keragaman ini dapat menjadi rahmat sekaligus bencana apabila sesama anak bangsa tidak memahami hakikat berbangsa dan bernegara dalam naungan Bhinneka Tunggal Ika. Keberagaman budaya, agama, suku, dan adat istiadat di Indonesia menjadikan bangsa ini menjunjung tinggi keberagaman. Kondisi seperti ini mendorong terciptanya pendidikan multikultural, yang menekankan pentingnya wawasan dan sikap kemajemukan budaya, baik dari latar agama, suku bangsa, etnis, dan daerah yang berbeda namun tetap menjunjung tinggi sikap toleransi (M.Jalari & M Fajrul Falaah, 2022).
Indonesia memiliki 6 agama,300 kelompok etnik atau suku bangsa lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS1. Suku Jawa adalah kelompok terbesar di Indonesia dengan jumlah yang mencapai 41% dari total populasi dan 718 bahasa daerah. Dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok. Oleh karena itu, perlu kiranya dibangun kesadaran tentang multikultural pluralisme pada masyarakat kita agar tidak mudah terpecah belah akibat perbedaan yang ada. Ideologi pluralisme perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak kita sehingga karakter kebangsaan yang di miliki oleh masyarakat kita kuat. Hal ini dikarenakan banyak sekali hal-hal baru yang terus muncul dari budaya masyarakat yang senantiasa berkembang, sehingga pemahaman pluralisme tidak bisa dihentikan begitu saja pada tahap tertentu melainkan harus terus-menerus dikembangkan dan diresapi oleh masyarakat dalam kehidupannya.
Keberagaman merupakan salah satu identitas utama bangsa Indonesia. Indonesia adalah rumah bagi jutaan orang, dengan lebih dari 17.000 pulau, ratusan bahasa daerah, beragam suku, serta agama dan kepercayaan yang berbeda. Keberagaman tersebut bukan hanya sekedar fakta sosiologis, namun juga menjadi kekuatan suatu bangsa yang mampu melewati berbagai tantangan sepanjang sejarah. Namun menjaga keberagaman tersebut memerlukan upaya kolektif, terutama dengan mengajarkan nilai-nilai toleransi dan kerukunan sejak dini. Salah
satu institusi yang dapat berperan penting dalam hal ini adalah sekolah dasar (Kebudayaan, 2020).
Toleransi adalah sikap yang menghargai perbedaan dan mengakui hak semua orang untuk memiliki keyakinan, pandangan, dan budaya yang berbeda. Mengingat keberagaman Indonesia, toleransi menjadi dasar untuk menjaga kerukunan sosial. Tanpa toleransi, perbedaan dapat menjadi sumber konflik yang menghancurkan persatuan bangsa. Selain toleransi, saling menghormati juga harus menjadi prioritas. Saling menghormati berarti menghormati identitas budaya, agama, dan tradisi orang lain tanpa memaksakan keyakinan pribadi Anda kepada orang lain. Sikap ini menciptakan ruang di mana setiap individu merasa diterima sekaligus mengurangi potensi diskriminasi dan stereotip negatif. Nilai-nilai toleransi dan saling menghormati harus ditanamkan sejak dini. Anak yang memahami pentingnya keberagaman akan lebih mampu menghargai perbedaan saat dewasa. Sebagai pendidikan formal pertama bagi anak, sekolah dasar mempunyai peran strategis dalam mendidik siswa untuk bersikap toleran dan menghargai keberagaman.
Sekolah Dasar merupakan lingkungan tempat anak-anak dari berbagai latar belakang berkumpul dan belajar bersama. Dalam konteks ini, sekolah dapat menjadi laboratorium keberagaman dimana siswa belajar menghargai perbedaan budaya, agama, dan etnis. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan sekolah dasar untuk mengenalkan nilai-nilai toleransi dan kerukunan sebagai berikut:
1.Memasukkan nilai-nilai keberagaman ke dalam kurikulum
Nilai-nilai keberagaman dapat diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran seperti pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan. (PPKn), Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Kerajinan Tangan. Guru dapat menjadikan cerita dari berbagai daerah di Indonesia sebagai bahan ajar untuk tidak hanya mengenalkan siswa pada kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga mengajarkan mereka untuk memahami perbedaan. Misalnya pada mata pelajaran PKn, siswa dapat berdiskusi tentang pentingnya hidup rukun meskipun berbeda keyakinan. Pelajaran budaya mengajarkan siswa berbagai tarian dan lagu daerah sehingga mereka dapat mempelajari dan memahami keragaman budaya bangsa.
2.Kegiatan Ekstrakurikuler untuk Meningkatkan Kesadaran akan Keberagaman
Kegiatan ekstrakurikuler seperti drama, tari, dan debat dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran akan keberagaman. Misalnya saja di klub drama, siswa dapat memerankan kembali cerita-cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan ini
tidak hanya merangsang kreativitas siswa, namun juga mengajarkan mereka untuk menghargai tradisi dan budaya lain (Kebudayaan, 2020).
3.Merayakan Hari Besar Keagamaan Secara Inklusif
Sekolah dapat merayakan hari besar keagamaan secara inklusif sehingga semua siswa, apapun agamanya, dapat berpartisipasi. Misalnya, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan bersama pada perayaan Idul Fitri, Natal, Waisak, dan Nyepi seperti: B. Bertukar cerita dan menyelenggarakan pameran budaya tentang makna hari raya tersebut. Melalui kegiatan seperti ini, siswa belajar memahami dan menghormati keyakinan agama lain.
4.Pendekatan Pembelajaran Kolaboratif
Metode pembelajaran kolaboratif seperti kerja kelompok dapat digunakan untuk mendorong interaksi antar siswa dari latar belakang yang berbeda. Dalam kerja kelompok, siswa belajar untuk menghargai pendapat dan kontribusi satu sama lain sambil mengembangkan keterampilan komunikasi dan kerjasama.
5.Peran Guru sebagai Teladan
Guru berperan penting dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi. Sebagai figur otoritas di kelas, guru harus bersikap inklusif dan adil terhadap semua siswa, apapun latar belakangnya. Guru juga perlu mewaspadai potensi konflik dan diskriminasi antar siswa serta mampu memberikan solusi pedagogi.
Peran sekolah dasar sangatlah penting, namun banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi. Salah satu tantangan terbesarnya adalah adanya stereotip dan prasangka yang sudah mendarah daging di kalangan pelajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan rumah dan media. Selain itu, kurangnya pelatihan guru tentang cara mengelola keberagaman di kelas juga dapat menjadi hambatan. Namun tantangan tersebut dapat diatasi jika sekolah, orang tua, dan masyarakat bekerja sama. Misalnya, orang tua dapat mendukung nilai toleransi dengan memberikan contoh yang baik di rumah. Di sisi lain, pemerintah dapat memberikan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam mengelola keberagaman di kelas ( Elias Kurniawan, 2024).
Keberagaman merupakan anugerah yang harus dijaga dan dipupuk oleh setiap individu di Indonesia. Toleransi dan kerukunan tidak hanya menjadi nilai penting bagi perdamaian sosial, tetapi juga menjadi landasan kelangsungan hidup suatu bangsa di masa depan. Sebagai tempat pertama pendidikan formal, sekolah dasar mempunyai peran strategis dalam mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi muda (Kebudayaan, 2020). Dengan memasukkan nilai keberagaman ke dalam kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, perayaan hari
raya inklusif, pembelajaran bersama, dan keteladanan guru, siswa dapat belajar menghargai perbedaan sejak dini. Dengan demikian, sekolah dasar dapat menjadi wadah yang mendidik siswa untuk hidup rukun sekaligus mempersiapkan mereka menjadi generasi penerus yang mampu menjaga keberagaman Indonesia.
Daftar Pustaka
Jalari, Muhammad., & Muhammad Fajrul Falaah. (2022). Peran Masyarakat dalam Merawat Keberagaman, Kerukunan dan Toleransi. AL-HAZIQ: Journal of Community Service, 1 (1), 1-2.
Elias Kurniawan. (2024). Pentingnya Keberagaman dalam Pendidikan. Kumparan.com
Kementrian Agama. (2024). Modul: Konsep Dasar Keberagaman Budaya dan Kemajemukan Indonesia. Pusdiklat Tenaga Administrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H