3.Merayakan Hari Besar Keagamaan Secara Inklusif
Sekolah dapat merayakan hari besar keagamaan secara inklusif sehingga semua siswa, apapun agamanya, dapat berpartisipasi. Misalnya, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan bersama pada perayaan Idul Fitri, Natal, Waisak, dan Nyepi seperti: B. Bertukar cerita dan menyelenggarakan pameran budaya tentang makna hari raya tersebut. Melalui kegiatan seperti ini, siswa belajar memahami dan menghormati keyakinan agama lain.
4.Pendekatan Pembelajaran Kolaboratif
Metode pembelajaran kolaboratif seperti kerja kelompok dapat digunakan untuk mendorong interaksi antar siswa dari latar belakang yang berbeda. Dalam kerja kelompok, siswa belajar untuk menghargai pendapat dan kontribusi satu sama lain sambil mengembangkan keterampilan komunikasi dan kerjasama.
5.Peran Guru sebagai Teladan
Guru berperan penting dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi. Sebagai figur otoritas di kelas, guru harus bersikap inklusif dan adil terhadap semua siswa, apapun latar belakangnya. Guru juga perlu mewaspadai potensi konflik dan diskriminasi antar siswa serta mampu memberikan solusi pedagogi.
Peran sekolah dasar sangatlah penting, namun banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi. Salah satu tantangan terbesarnya adalah adanya stereotip dan prasangka yang sudah mendarah daging di kalangan pelajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan rumah dan media. Selain itu, kurangnya pelatihan guru tentang cara mengelola keberagaman di kelas juga dapat menjadi hambatan. Namun tantangan tersebut dapat diatasi jika sekolah, orang tua, dan masyarakat bekerja sama. Misalnya, orang tua dapat mendukung nilai toleransi dengan memberikan contoh yang baik di rumah. Di sisi lain, pemerintah dapat memberikan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam mengelola keberagaman di kelas ( Elias Kurniawan, 2024).
Keberagaman merupakan anugerah yang harus dijaga dan dipupuk oleh setiap individu di Indonesia. Toleransi dan kerukunan tidak hanya menjadi nilai penting bagi perdamaian sosial, tetapi juga menjadi landasan kelangsungan hidup suatu bangsa di masa depan. Sebagai tempat pertama pendidikan formal, sekolah dasar mempunyai peran strategis dalam mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi muda (Kebudayaan, 2020). Dengan memasukkan nilai keberagaman ke dalam kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, perayaan hari
raya inklusif, pembelajaran bersama, dan keteladanan guru, siswa dapat belajar menghargai perbedaan sejak dini. Dengan demikian, sekolah dasar dapat menjadi wadah yang mendidik siswa untuk hidup rukun sekaligus mempersiapkan mereka menjadi generasi penerus yang mampu menjaga keberagaman Indonesia.
Daftar Pustaka
Jalari, Muhammad., & Muhammad Fajrul Falaah. (2022). Peran Masyarakat dalam Merawat Keberagaman, Kerukunan dan Toleransi. AL-HAZIQ: Journal of Community Service, 1 (1), 1-2.