Selayaknya manusia pada umumnya, guru tak selalu tahu semua hal. Guru kini tak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu. lebih-lebih dizaman sekarang. Yap. Begitulah adanya!
Tak percaya? Lihat saja anak-anak kecil disekeliling kita, mahir benar menggunakan perangkat android bahkan acapkali mengajari orangtuanya menggunakan berbagai aplikasi didalam perangkat yang bersistem operasi linux tersebut.
Tahu dengan Shabira Alula? Seorang anak berusia 3 tahun yang viral karena kepiawaiannya menggunakan bahasa baku dan jago public speaking. Jika tidak tahu, searching saja di internet, ketik nama Shabira Alula maka jrengg muncul banyak informasi tentang anak yang ternyata ibunya berasal dari Desa Sunghin, Kec. Merawang, Provinsi Bangka Belitung.
Shabira Alula adalah cermin bahwa anak sekarang memang berkembang lebih cepat. Situs Netmums berpendapat bahwa masa kanak-kanak kini berakhir pada usia 12 tahun. Jadi wajar saja jika guru dapat belajar hal baru dari siswanya. Terlebih guru SMK. Hal ini penulis aminkan sebab penulis juga banyak belajar dari siswa beberapa pekan lalu.
Penulis yang notabene adalah Guru di SMK Negeri 1 Simpangkatis ditugaskan menjadi pembimbing lomba FLS2N tingkat SMK kategori lomba Film Pendek (Fiksi) dengan tema Talenta Merdeka, Menginspirasi Kebebasan yang Bermartabat dan Berprestasi. Kriteria karya adalah film mikro atau micro movie cerita fiksi yang menyentuh dari sebuah perjuangan dengan maksimal durasi 3 menit tanpa adanya dialog, narasi, monolog, voice over / suara yang direkam terlebih dahulu kemudian dimasukkan kedalam film, maupun direct address / percakapan yang mana tokoh didalam adegan berbicara langsung kepada penonton. Ibarat kata, karya film mikro ini adalah film bisu. Suara yang diperbolehkan hanya audio instrumen saja dengan catatan audio instrumen besutan sendiri atau bisa juga audio instrumen dari internet asalakan no copyright alias bebas hak cipta.
Lanjut cerita, setelah membentuk kru produksi film yang beranggotakan siswa-siswi kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Simpangkatis yang diproduseri oleh Widya Panduwinata siswi kelas XI MM 1, sutradara Enda Maharani siswi kelas XI MM2, kameraman utama Wulandari Maharani siswi kelas XI MM 2, tentu tahap selanjutnya adalah proses kreatif dalam melahirkan konsep dan ide cerita sesuai tema FLS2N tahun ini. Mencari-cari cerita sederhana tapi menyentuh. Disinilah uniknya proses kreatif siswa.Â
Mereka mencari inspirasi dengan berjalan-jalan dipasar, dipusat keramaian, dijalan-jalan kampung hanya untuk melihat apa sih yang sehari-hari dilakukan orang perorang, mencari sesuatu yang unik dari hal-hal yang tak dilirik, menangkap momen-momen berharga yang menyentuh. Mereka juga makan makanan kreatif dengan pergi ke toko buku; melihat dan membaca buku disana, menonton film, mendengarkan musik, dan tidur. Ya tidur! Siswa-siswa kru film ini mengajarkan penulis bahwa tidur juga merupakan bagian dari proses kreatif sebab menurut mereka tak mungkin bisa menghasilkan karya yang kreatif dan relevan jika kita berkegiatan terus menerus tanpa jeda dan istirahat. Otak bisa buntu!
Yap. Kemudian penulis tersadar seyogiyanya kita memang harus tahu limit diri kita sendiri, kapan kita harus berlari, kapan harus berjalan, kapan harus berlari kencang. Seperti adakalanya kru kami dengan santai duduk dilobi sekolah memperhatikan warga sekolah yang lalu lalang dan pernah juga kru kami lembur syuting saat mendapatkan momen disuatu lokasi yang sangat-sangat tepat dan sayang untuk dilewatkan.
Semangkuk Inspirasi
Semangkuk Inspirasi adalah judul karya micro movie kru kami dari proses kreatif yang dilakukan kru selama satu bulan lebih. Kru kami mengintegrasikan adegan-adegan menyentuh hati tentang sebuah perjuangan menempuh pendidikan dari kaum termarjinalkan yang jauh dari dalam lubuk hatinya bercita-cita untuk membuat ibunya bahagia dengan membantunya berjualan makanan dipasar sepulang sekolah. Semua orang bisa berjualan, tapi dengan bersekolah di SMK Jurusan Multimedia, ia bisa membantu ibunya berjualan dengan mengikuti tren kuliner jaman now. Harapannya sederhana, ia hanya ingin makanan yang mereka jual habis agar ia dapat melihat senyum ibunya setiap hari.
Mikro film menyentuh hati yang mengangkat kisah sehari-hari yang ada disekitar kita memungkinkan kita meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan universal, membuka mata kita lebih lebar bahwa ada kemudahan dan kenikmatan didunia ini yang tak semua orang mendapatkannya, bahwa hari yang indah bukan hanya milik orang-orang kaya saja. Hari yang indah bukanlah hari dimana semuanya sempurna.
Berbagi Cerita Proses Kreatif
Jika kita membahas tentang produksi film, baik itu amatir ataupun professional sebenarnya setiap kru produksi memiliki caranya masing-masing, mempunyai pendekatannya masing-masing sebab produksi film itu selalu diawali dengan mendapatkan ide dengan cara yang berbeda-beda. Penulis akan berbagi cerita hal-hal yang penulis pelajari dari diskusi dan pengalaman dilapangan pada saat produksi mikro film berjudul Semangkuk Inspirasi. Produksi film ini dari mulai ide sampai credit title benar-benar murni dikerjakan oleh orang-orang yang saat ini berstatus sebagai siswa dikelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Simpangkatis.Â
Giat penulis sebagai pembimbing siswa ya dengan meminjamkan mereka alat-alat jurusan yang diperlukan untuk sinematografi, diskusi dan memastikan ide mereka layak untuk diangkat menjadi sebuah cerita mikro film, memberi semangat, jatuh bangun bersama, lelah; penat; capek; jenuh bersama, menangis bersama, dan tertawapun bersama. Tak lupa mengambil bagian dalam hal merevisi jika ada scene atau adegan yang kurang pas selama produksi mikro film Semangkuk Inspirasi. Â Â
Pasca ide sudah ditetapkan, kru produksi mulai memikirkan treatment dalam mikro film Semangkuk Inspirasi. Treatment adalah hal yang utama dan mutlak ada dalam pembuatan film sebab treatment merupakan cara kru produksi menerjemahkan perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh talent-talent atau pemain-pemain dalam film.
Treatment yang dilakukan oleh kru produksi Semangkuk Inspirasi adalah treatment sinematografi. Kru produksi Semangkuk Inspirasi menggunakan 4 aspek sinematografi dalam menerjemahkan perasaan pada setiap adegan. Komposisi, warna, pencahayaan, dan pergerakan kamera. 4 aspek ini digunakan oleh kru produksi Semangkuk Inspirasi sebab kru merasa 4 aspek ini amat penting untuk mempengaruhi perasaan penonton untuk terbawa perasaan saat menonton mikro film Semangkuk Inspirasi. Kru produksi Semangkuk Inspirasi memiliki pendirian untuk membuat tiap adegan bukan sekedar talentnya kelihatan saja tetapi ikut hanyut dengan perasaan yang dirasakan talent.
Sebelum mengambil video scene, kameraman Semangkuk Inspirasi selalu memikirkan letak objek didalam frame dan membuat objek tersebut lebih menonjol daripada objek-objek yang ada disekelilingnya untuk membangun cerita sesuai agar maksud cerita tersampaikan dengan tepat. Inilah yang dinamakan aspek sinematografi komposisi sehingga kameraman Semangkuk Inspirasi selalu mengaktifkan grid rule of third pada kamera dan memastikan garis horizontal pada rule of third lurus dengan obyek apapun yang ditangkap layar kamera.
Dengan car aini, dapat dipastikan shoot yang akan diambil tidak akan miring. Kedua, kameraman Semangkuk Inspirasi meletakan talent didalam garis rule of third baik itu disebelah kiri maupun disebelah kanan rule of third sebab ilmu fotografi menyebutkan penonton cenderung merasa nyaman dan menyatu melihat obyek yang ada di titik-titik rule of third. Tentunya kita ingin penonton betah melihat film kita. Ya kan!
Warna tak kalah penting memainkan peranan dalam alur cerita mikro film Semangkuk Inspirasi. Ketika scene kembali ke peristiwa dimasa lampau, warna dalam scene berubah menjadi hitam putih. Ketika scene hujan, warna yang digunakan adalah warna flat tanpa memainkan color grading. Warna flat mengisyaratkan perasaan sendu. kru produksi Semangkuk Inspirasi sangat hati-hati dalam melakukan color grading karena kru produksi paham bahwa setiap warna memberikan mood yang berbeda-beda kepada penonton.Â
Konsistensi warna antar scene juga menjadi hal yang wajib. Kru produksi Semangkuk Inspirasi memastikan tone warna setiap scene sama sehingga emosi yang tercipta dari satu adegan dapat berlanjut ke adegan lainnya. Kru produksi Semangkuk Inspirasi menggunakan palet warna untuk menjaga konsistensi tone warna pada tiap-tiap scene. Untuk mendapatkan color grading sinematik yang sesuai dengan suasana yang ingin dihadirkan dalam film seorang editor film harus menguasai tentang highlight, midtone, dan shadow pada warna.
Pada umumnya, kameraman menggunakan aspek pencahayaan untuk membuat penonton melihat atau tidak harus melihat apa yang ada di dalam scene. Namun lebih dari itu, kameraman Semangkuk Inspirasi membuat pencahayaan pada mikro film ini dapat memberikan perasaan-perasaan tertentu.Â
Ada scene-scene dalam mikro film Semangkuk Inspirasi diambil dengan pencahayaan yang terang untuk membangkitkan mood yang positif. Ketika mood yang akan dibangkitkan adalah mood yang sedih, maka kameraman akan mengambil scene dengan pencahayaan yang redup. Biasanya kameraman Semangkuk Inspirasi mengatur pencahayaan pada kamera dibagian histogram; underexposure lebih kearah redup atau overexposure lebih kearah terang, namun sebaiknya memang properly exposure atau pencahayaan yang pas sesuai kebutuhan adegan.
Pergerakan kamera memainkan peranan dalam menggambarkan aktivitas talent dengan detil. Dalam mikro film Semangkuk Inspirasi pergerakan kamera yang dipakai adalah still yakni kamera tidak ada pergerakan sama sekali sehingga kameraman Semangkuk Inspirasi memasang tripod pada kamera. Pergerakan kamera selanjutnya yang dipakai adalah tracking (track in mendekat ke objek, track out menjauh dari obyek), kameraman Semangkuk Inspirasi menggunakan track in pada adegan ekspresi wajah talent agar penonton dapat lebih fokus pada emosi diraut wajah talent dan menggunakan track out pada adegan menjauhi talent seolah meninggalkan cerita si talent disana.
Kameraman Semangkuk Inspirasi juga menggunakan crabbing atau pergerakan kamera dari kanan ke kiri atau kiri ke kanan. Shoot dengan pergerakan kamera crabbing pada mikro film semangkuk inspirasi memperlihatkan kesan menunggu. Terakhir, kameraman Semangkuk Inspirasi menggunakan handheld semacam kamera sengaja digoyangkan sehingga memberikan kesan alami pada shoot seakan-akan momen yang ada di scene tersebut natural dan tak dibuat-buat.
Pengalaman membersamai siswa-siswa yang hebat ini dalam memproduksi mikro film Semangkuk Inspirasi mengajarkan penulis untuk jangan pernah berhenti berkarya, jangan pernah berhenti latihan sebab disetiap langkah karya, kita pasti kita belajar dari situ untuk kualitas yang lebih baik. Jangan takut salah, jangan malu salah, biarkan saja orang mencemooh, biarkan saja orang meremehkan, bodo amat dengan apa kata orang, yang terpenting kita berkarya dari diri kita sendiri, kita berkarya secara jujur, dan kita bisa berlatih dari trial and eror karya kita untuk kemajuan dari kualitas karya kita. Bukankah sering kita melihat ada pelangi setelah hujan? Semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H