Mohon tunggu...
ameliana t p novianti
ameliana t p novianti Mohon Tunggu... Guru - GURU KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA/DKV SMK

Bertugas di SMK Negeri 1 Simpang Katis Kab. Bangka Tengah Prov. Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akankah Kehadiran Covid-19 Membuat Satuan Pendidikan Kita Berintrospeksi?

20 Mei 2020   06:56 Diperbarui: 20 Mei 2020   06:55 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulisan opini ini diawali dengan senyuman manis dari bibir saya. Mengapa? Karena saat saya membuat tulisan tentang Corona ini, saya teringat bahwa empat hari mendatang, saya dan guru-guru lain, utamanya yang bertempat tinggal lebih dari 70 kilometer dari sekolah secara legal diperbolehkan untuk tidak ke sekolah selama sekurangnya empat hari. Wadidaw bukankah itu sesuatu yang wajib untuk disenyumi?

Eh, bagaimana dengan siswa-siswanya? nah, siswa kelas XII yang sedang melaksanakan UNBK dan Ujian Sekolah tetap melaksanakan sesuai jadwal dengan memperhatikan protokol kesehatan. Siswa kelas X dan XI "lebih beruntung" karena selama kelas XII melaksanakan ujian, mereka belajar dirumah masing-masing melalui pembelajaran daring (dalam jaringan) yang diberikan oleh guru. 

Begini, karena Corona telah membuat sebagian besar negara dari berbagai belahan dunia gugup. Terlebih ketika WHO (World Health Organization) mengumumkan bahwa Corona merupakan sebuah Pandemi yang sampai saat opini ini ditulis, telah menginfeksi sedikitnya 201.436 orang di 156 negara termasuk Indonesia.

Sebanyak dua warga Indonesia positif Corona diumumkan Presiden Jokowi pertama kali saat melakukan Press Conference tertanggal 8 Maret 2020, membuat Indonesia menyandang gelar darurat Corona. Enam hari kemudian, BNPB  mengubah status Indonesia dari baik-baik saja menjadi bencana nasional non-alam dan status ini berlaku hingga 29 Mei 2020.

Mau bagaimana lagi, dunia memang sedang sakit karena ulah virus berukuran 400 micro ini. Lantas, untuk menghidari penularan dan menularkan, pemerintah menginstruksikan  kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas diluar rumah dan menghindari kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Hal ini berimbas pada tak sedikit  karyawan yang diminta melakukan pekerjaannya dirumah bahkan sampai ke ranah kegiatan pembelajaran disekolahpun dintruksikan untuk "dirumahkan" saja.

Sebagai guru, kebijakan "merumahkan" kegiatan pembelajaran yang biasanya dilakukan disekolah memiliki efek dua sisi mata uang. Sisi pertama, secara pribadi saat ini saya suka kegiatan ini, karena waktu mengajar yang fleksibel dan kebetulan saya sedang menyelesaikan best practice untuk seleksi lomba guru berprestasi tahun ini. otomatis waktu penyelesaian best practice saya bertambah. 

Saya juga memiliki banyak waktu untuk mencari referensi dalam menangkal dan menghalau feedback dari juri dalam memberikan pertanyaan atas best practice saya nantinya.  Sisi kedua, saya pikir satuan pendidikan kita terlalu gugup menyikapi si Corona ini, padahal menurut hemat saya, disaat seperti inilah peran nyata satuan pendidikan dibutuhkan. 

Disaat genting inilah gagasan para cendikiawan dan akademisi dibutuhkan untuk melakukan aksi nyata di tengah masyarakat. Bukankah, di masa lalu selalu lahir gagasan-gagasan fenomenal dan brilian dari ruang-ruang pendidikan? Disaat inilah kita membuktikan bahwa apa yang selama ini kita pelajari harus diterapkan. Setidaknya kemampuan softskill seperti kepedulian terhadap sesama, ikut berpartisipasi mencegah penularan virus dalam diri dengan menggunakan masker dan sarung tangan ketika sedang dilanda bersin, pilek, dan antek-anteknya. 

Melakukan sosial distancing itu perlu tapi bukan berarti malah mengurung diri dirumah. Saya jadi ingat dengan perkataan narasumber Bapak Sabarudin pada diklat best practice pertengahan Maret lalu bahwa softskill sekarang ini sangat amat urgensi untuk diajarkan ke siswa tanpa mengesampingkan kemampuan hardskill juga.

Betapa absurdnya lagi-lagi menurut saya, "merumahkan" kegiatan pembelajaran yang diintruksikan itu. "merumahkan" kegiatan pembelajaran saya maknai sebagai pengubahan kegiatan pembelajaran tatap muka menjadi kegiatan pembelajaran daring (dalam jaringan), yang artinya pembelajaran dilakukan dengan jaringan internet dan ketersediaan paket data. Halo, saya lambaikan tangan kepada bapak/ibu pengambil kebijakan pendidikan sektor hulu maupun hilir dirumah manapun kalian berada. 

Asal anda tahu saja, tanpa mendeskreditkan salah satu atau salah banyak satuan pendidikan, masih banyak loh satuan pendidikan yang sekedar ada website saja, bahkan sangat banyak satuan pendidikan yang tidak memiliki website. Lalu, pembelajaran daring yang mana yang anda maksud? Yang pakai link-link website yang itu.... yang itu sono? Duh ya, saya guru multimediapun masih harus belajar dulu untuk menggunakannya dan tak jarang mendapat "pujian" dari teman sejawat karena kebingungan menemukan tombol dan menu-menu perintah pada aplikasi pembelajaran daring. 

Pakai media sosial aja gitu? Ya Salam, coba deh bapak/ibu cek dilapangan, ada berapa banyak sih guru yang mahir menggunakan aplikasi pembelajaran-pembelajaran daring dan media-media sosial gitu? Seluruh guru? Setengahnya? Seperempatnya? Baiklah untuk menjawabnya memang hanya Allah yang tahu. Intinya apa? Intinya adalah teknologi pembelajaran pendidikan daring untuk satuan pendidikan itu belum siap! Sudah itu saja.

Pastinya nanti bakal banyak yang berkomentar, solusinya bagaimana? Nah, yang terpikirkan oleh saya saat ini untuk sektor hilir pendidikan adalah dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi semua guru berkaitan dengan soft skill dan hard skill pembelajaran dalam jaringan serta menyeragamkan penggunaan aplikasi yang berbasis daring tersebut. Penyeragaman ini penting karena satu aplikasi dengan aplikasi lainnya memiliki cara penggunaan yang berbeda. 

Yang sudah ahli bagiamana? Ya terserah dia. Namanya juga sudah ahli, bisa gonta-ganti aplikasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Asal yang lain jangan iri saja. Hahaha. Jika ada yang berkomentar sebaiknya guru belajar sendiri, Aduh, ini pernyataan mengandung unsur retoris. Terus terang saya yang seorang guru multimediapun mengikuti pelatihan loh sebelum menggunakan aplikasi pembelajaran daring, pelatihannya secara tatap muka maupun online terus pelatihannya berbayar lagi. Huft... menghela nafas dulu ya! Lanjut....

Disamping keprihatinan terhadap pemaksaan pembelajaran daring yang sejatinya kita memang belum siap untuk itu, lebih memprihatinkan lagi, ada saja orang yang membuat meme Corona, membuat lagu Corona, bahkan menjadikan si Corona ini lelucon. Ya Tuhanku yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, izinkan saya mengatakan kepada mereka bahwa Corona tidak sebercanda itu. 

Tau gak sih sodara-sodara sebangsa dan setahan air! Sedikitnya 4.984 orang didunia telah meninggal akibat terinfeksi Corona Virus Disease -- 19 (Covid -- 19) dan itu bertambah setiap harinya! itu nyawa loh bukan kaleng-kaleng. Apakah tidak lebih baik kita berkontribusi menyampaikan hal-hal positif seperti cara screening awal diri sendiri dari Virus Corona atau mengedukasi masyarakat bahwa Virus Corona itu dapat dicegah masuk ke tubuh kita  dengan menjaga kebersihan, kebugaran, dan psikis kita untuk selalu berbahagia.

Tak perlu over worried namun tak juga meremehkan, saya terinspirasi dari sebuah postingan foto penyanyi Indonesia, Krisdayanti di instagram makrumpita. Ahay, saya memang lebih memilih memfollow akun sejenis itu daripada akun para artis demi kemudahan akses pembaruan gosip terkini yang lagi viral. Emm tampak Krisdayanti bersama suami dan dua orang anaknya sedang bergaya bahagia namun tetap menggunakan masker dan sarung tangan. Data lokasi pada foto, Krisdayanti dan keluarga sedang berada di Zurich Airport. 

Pesan yang saya baca dari foto tersebut adalah sebaiknya kita tak usah terlalu panik menanggapi Virus Corona ini. Tetap menggunakan masker dan sarung tangan jika berpergian ke daerah yang sudah terpapar Virus Corona. Tetap bergerak, tetap bercengkrama dengaan orang-orang di sekitar namun tetap ada jarak (social distancing). Kemudian sekali lagi saya katakan, jaga kesehatan, jaga kebugaran, dan tetap berbahagia. Anyway, Salam mager bagi kaum rebahan. Tetap semangat bagi yang harus berpergian. Rememeber, Be Happy ya....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun