Mohon tunggu...
Amelia Afriani
Amelia Afriani Mohon Tunggu... Freelancer - English Study Program

Write, just write!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Aroma Karsa, Karya Dee Lestari

3 Desember 2019   23:21 Diperbarui: 3 Desember 2019   23:22 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Penciuman adalah jendela pertama manusia mengenal dunia. Dunia ini sesungguhnya dunia aroma."---Aroma Karsa, Dee Lestari.

Berawal dari sebuah ketertarikan karena membaca ulasan singkat di Instagram dan Twitter, akhirnya saya membaca Aroma Karsa, satu-satunya buku karya Dee Lestari yang saya punya. 

Saya punya paradigma bahwa karya-karya Dee pasti susah untuk dicerna otak kecil saya, mengingat Seri Supernova yang belum saya baca karena takut dengan bahasa yang berat. Tapi setelah itu, saya juga kagum sama diri sendiri karena berhasil menaklukan novel 700 halaman ini. Dan rasanya, menyenangkan. Dan inilah ulasan saya...

untuk pertama kali melihat buku ini, saya kagum dengan artworknya, covernya beneran cantik! Ditambah gradasi warna pada tulisannya, apalagi hurufnya timbul, itu cukup membuat saya bangga punya buku se-elegan buku ini. Nah, ketika mulai membaca sinopsis yang ada di cover belakang. Begini sinopsisnya:

Dari sebuah lontar kuno, Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang
 dikenalnya sebagai dongeng, ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.
 
 Obsesi Raras memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma, mempertemukannya dengan Jati Wesi.
 
 Jati memiliki penciuman yang luar biasa. Di TPA Bantar Gebang, tempatnya tumbuh besar,
 ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari berbagai pekerjaan yang dilakoninya untuk bertahan hidup,
 satu yang paling Jati banggakan, yakni meracik parfum.
 
 Kemampuan Jati memikat Raras. Bukan hanya mempekerjakan Jati di perusahaannya,
 Raras ikut mengundang Jati masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Bertemulah Jati dengan
 Tanaya Suma, anak tunggal Raras, yang memiliki kemampuan serupa dengannya.
 
 Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa,
 semakin banyak misteri yang ia temukan, tentang dirinya
 dan masa lalu yang tak pernah ia tahu.

Nah, dapat saya simpulkan bahwa yang menjadi topik hangat disini adalah Puspa Karsa dan indera penciuman sang tokoh sentral, Jati Wesi. Namun sebelum ke Jati Wesi, Dee mengenalkan pembaca kepada Raras Prayagung salah satu tokoh utama juga, yang dimana saya sangat mengagumi bagaimana Dee membuat saya seolah dekat sekali dengan Raras sampai tau betul bagaimana karakter Raras. 

Dengan kepiawaian Dee merakit kata, sudah tidak sadar saja rasanya bahwa saya telah melahap banyak halaman, pemilihan diksi yang sangat pas, yang membuat saya juga kagum dengan kemampuan Dee.

Cerita terus mengalir dengan rasa kagum saya. Sampailah saya di mana bab pengenalan Jati Wesi sendiri. Dari banyak ulasan, banyak pula yang jatuh cinta dengan karakter Jati Wesi. And so do I. 

Jati Wesi hidup di TPA Bantar Gebang, dan bekerja menjadi tukang kebun, juga peracik parfum di sebuah kedai parfum yang kecil. Hingga suatu hari ia membuat replika aroma parfum yang menjerumuskan dirinya ke penjara, dan bertemu Raras Prayagung.

Ternyata, aroma parfum yang dibuat Jati Wesi adalah milik Raras, yang dibuat langsung oleh anak semata wayang Raras, yaitu Tanaya Suma. Raras menghukum Jati dengan mempekerjakannya, dan demikianlah cerita bagaimana para tokoh sentral dan utama ini bersatu.

Sejujurnya, ada fase di mana saya merasa ceritanya sangat lama berkembang, seperti saat awal Jati bertemu Suma. Namun, Dee pintar sekali memanfaatkan celah, ada saja hal di bagian itu yang dilakukan Jati Wesi yang sangat mampu membuat saya tidak berhenti untuk membaca. 

Dan setelahnya, saya kembali menikmati alur, terbenam dalam semua konflik yang ada dan lagi-lagi kagum pada diri sendiri karena sudah membaca lebih dari tiga ratusan halaman.

Dan lagi, bagian yang membuat saya tidak bisa tidur dan menghabiskan semalaman membaca adalah saat ekspedisi sudah dimulai. Ekspedisi rancangan Raras, yang mengharuskan Jati dan Suma pergi ke gunung Lewu untuk mencari Puspa Karsa. 

Dibagian ini saya sadar bahwa buku ini, bukan sekedar buku novel biasa saja bagi saya, ini benar-benar mahakarya. Apa yang tidak saya duga ternyata dipadu-padankan dengan apik, seperti bau-bau mistis khas Nusantara, romansa, fiksi, bahkan saya rasa non-fiksi pun juga ada.

Saya, benar-benar menikmati novel ini, semua terasa selaras dan pas. Dee benar-benar penulis handal, saya nggak kebayang gimana bau bisa dideskripsikan lewat kata, namun Dee mampu meracik segalanya. 

Sejujurnya, saya yang nggak pernah terlalu perduli sama bau parfum sendiri, tapi sekarang sudah sangat cerewet ketika memilih parfum, berkat bacaan satu ini tentunya. HEHEHEHE.

Dan pastinya!!! Saya benar-benar merekomendasikan siapa saja untuk membaca. Karena saya tidak ingin dibuat kagum sendirian. 5/5 cinta saya pada Aroma Karsa! Kalian berapa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun