Mohon tunggu...
Amelia Daulay
Amelia Daulay Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi UNJ

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Posyandu Lansia di RW 03 Pinang Ranti, Jakarta Timur

14 Mei 2022   21:28 Diperbarui: 14 Mei 2022   21:52 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: paras.ngawikab.id

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa per 2021, terdapat 29,3 juta penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia. Angka ini setara dengan 10,82% dari total penduduk di Indonesia. Telah terdata juga bahwa mayoritas penduduk lansia berasal dari rumah tangga dengan kelompok pengeluaran 40% terbawah sehingga ini perlu diperhatikan karena lansia bukan lagi usia produktif yang dapat bekerja, mereka hanya dapat bergantung pada keluarganya. Ini pun tidak menjadi jaminan karena tidak semua lansia masih punya keluarga atau keluarga yang mampu menambah tanggungan keluarga. Pemerintah mengambil peran untuk menolong hidup lansia dengan membuat program Posyandu Lansia. 

Posyandu lansia merupakan tempat pelayanan kesehatan untuk masyarakat lansia di suatu wilayah yang bertujuan agar kesehatan lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Program yang gratis ini jelas membantu keadaan para lansia karena dapat memantau kesehatannya secara rutin tanpa dipungut biaya dengan lokasi yang berdekatan sehingga terjangkau dan tidak perlu diantar. Ini bisa menjadi sedikit peringanan bagi keluarga yang menanggung sang lansia ataupun memudahkan lansia yang hidup sendiri karena dengan program ini, setidaknya ia bisa diurus dari segi kesehatannya.

Penulis bersama dengan kelompok penelitian melakukan wawancara kepada saah satu kader Posyandu Lansia di RW 03 Kelurahan Pinang Ranti Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Di wilayah ini, Posyandu Lansia melakukan program turunan dari kelurahan sehingga pengurus RW tinggal menjalankan tugas yang diberikan. 

Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan pun telah disediakan dari kelurahan dan puskesmas. Adapun pihak yang ikut serta dalam program ini (atau bisa disebut dengan stakeholder) adalah petugas puskesmas sebagai pemeriksa kesehatan, relawan dari masing-masing RW sebagai kader posyandu, dan para lansia sebagai subjek kegiatan. 

Ibu N yaitu salah satu relawan yang menjadi kader Posyandu Lansia bercerita kepada kami mengenai keadaan Posyandu Lansia di lingkungannya. Program ini baru mulai dijalankan lagi pada awal 2022 setelah 2 tahun terhenti akibat pandemi karena khawatir akan mewabahnya virus COVID-19 kepada para lansia yang merupakan kelompok rentan. 

Ibu N menjelaskan bahwa Posyandu Lansia dilakukan sekali sebulan dengan kegiatan senam, pemeriksaan kesehatan, lalu pemberian makanan tambahan (PMT). 

Namun, beliau juga bilang bahwa para lansia malas untuk senam sehingga langsung saja ke pemeriksaan kesehatan. Tak hanya itu, beberapa lansia mengomentari kegiatan posyandu yang seperti itu saja. Mungkin ini merupakan tanggapan dari mereka yang lebih mampu dan punya keluarga yang memperhatikan kesehatannya sehingga kegiatan posyandu tidak begitu penting bagi mereka. 

Memang jika dilihat dari kegiatan yang terselenggara, Posyandu Lansia menyasar para lansia yang kurang mampu dan kurang diperhatikan. 

Ibu N juga menceritakan bahwa kelurahan memberi kuota dan menargetkan kehadiran 50 orang lansia di posyandu tiap bulannya. Di satu sisi, ini kurang baik karena jumlah lansia di RW 03 Kelurahan Pinang Ranti berjumlah 204 orang sehingga target ini hanya menyasar seperempat lansia. 

Namun, di sisi lain, ternyata jumlah lansia yang datang ke posyandu tiap bulannya tidak sampai 50 orang. Jika tidak mencapai target, para kader yang keliling ke rumah lansia untuk memeriksa kesehatannya dan memberi PMT supaya laporannya mencapai target. Lantas, mengapa dari sekian banyak lansia, seperempatnya pun tidak berpartisipasi dalam Posyandu Lansia?

Kami menanyakan hal ini ke Ibu N untuk informasi lebih lanjut dan beliau menyampaikan beberapa faktor penyebabnya. Pertama, jarak yang cukup jauh dari rumah para lansia ke lokasi kegiatan. Posyandu Lansia diadakan di sekretariat RW yang berjarak cukup jauh dari beberapa RT. 

Beberapa lansia merasa kejauhan apabila harus mendatangi lokasi posyandu. Menurut penulis, masalah ini bisa teratasi dengan mengadakan lokasi posyandu di tiap RT agar lebih terjangkau atau bisa juga dengan mendatangi rumah-rumah para lansia khususnya mereka yang sudah sepuh. 

Kedua, acuh tak acuhnya para lansia terhadap program. RW mengaku telah menyebarkan informasi mengenai Posyandu Lansia ke setiap individu tetapi masih ada yang lupa atau tak tertarik. 

Perihal lupa, mungkin memang lebih sulit untuk mengingatkan lansia karena kebanyakan dari mereka tidak menggunakan handphone sehingga harus didatangi satu-satu atau dikirimkan surat dimana kedua pilihan ini menghabiskan lebih banyak uang/tenaga. Pengaruh kemonotonan program tadi juga membuat beberapa lansia malas. 

Dengan menambahkan inovasi pada program ini, menurut penulis para lansia akan lebih bersemangat untuk mengikuti Posyandu Lansia. Mungkin bisa dengan menambah kegiatan seperti membuat kerajinan atau agar lebih tepat, bisa dilakukan sebuah survei untuk para lansia mengenai harapan dan keinginan mereka terhadap Posyandu Lansia. 

Pada akhirnya, kegiatan yang diselenggarakan memang untuk mereka sehingga perlu dipahami kebutuhan dan keinginan mereka agar kegiatan pemerintah tidak terbengkalai sia-sia oleh mereka yang seharusnya menerima manfaatnya. 

Menurut penulis, Posyandu Lansia adalah iktikad baik dari pemerintah untuk para lansia agar kesejahteraan mereka yang sudah berumur tetap terjaga. Sayangnya, belum banyak lansia yang memanfaatkan dan menyadari bagusnya program ini khususnya di RW 03 Kelurahan Pinang Ranti sehingga partisipasi masyarakat dalam Posyandu Lansia masih rendah. 

Antara para stakeholder bisa didiskusikan mengenai bagaimana bagusnya untuk jalannya program ini di RW 03 Kelurahan Pinang Ranti karena antar daerah terdapat perbedaan antar masyarakat sehingga menurut penulis, program Posyandu Lansia perlu disesuaikan dengan masing-masing tempat. Apa yang berhasil di daerah A belum tentu berhasil di daerah B. 

Setiap anggota masyarakat perlu ikut serta dalam membawa kesejahteraan untuk lansia mulai dari lansianya sendiri dimana mereka butuh kesadaran, masyarakat lainnya dimana mereka bisa membantu lansia di sekitarnya dengan menjadi relawan, hingga pemerintah dimana merekalah yang menyelenggarakan kegiatan dan membuat kebijakan. 

Referensi

Jayani, Dwi H. 2021. "Lansia Paling Banyak dari Ekonomi Termiskin pada 2021 | Databoks." Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/23/lansia-paling-banyak-dari-ekonomi-termiskin-pada-2021.

Yuniati, Faiza, and Yustina Dewi. n.d. "Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun