Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa per 2021, terdapat 29,3 juta penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia. Angka ini setara dengan 10,82% dari total penduduk di Indonesia. Telah terdata juga bahwa mayoritas penduduk lansia berasal dari rumah tangga dengan kelompok pengeluaran 40% terbawah sehingga ini perlu diperhatikan karena lansia bukan lagi usia produktif yang dapat bekerja, mereka hanya dapat bergantung pada keluarganya. Ini pun tidak menjadi jaminan karena tidak semua lansia masih punya keluarga atau keluarga yang mampu menambah tanggungan keluarga. Pemerintah mengambil peran untuk menolong hidup lansia dengan membuat program Posyandu Lansia.Â
Posyandu lansia merupakan tempat pelayanan kesehatan untuk masyarakat lansia di suatu wilayah yang bertujuan agar kesehatan lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Program yang gratis ini jelas membantu keadaan para lansia karena dapat memantau kesehatannya secara rutin tanpa dipungut biaya dengan lokasi yang berdekatan sehingga terjangkau dan tidak perlu diantar. Ini bisa menjadi sedikit peringanan bagi keluarga yang menanggung sang lansia ataupun memudahkan lansia yang hidup sendiri karena dengan program ini, setidaknya ia bisa diurus dari segi kesehatannya.
Penulis bersama dengan kelompok penelitian melakukan wawancara kepada saah satu kader Posyandu Lansia di RW 03 Kelurahan Pinang Ranti Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Di wilayah ini, Posyandu Lansia melakukan program turunan dari kelurahan sehingga pengurus RW tinggal menjalankan tugas yang diberikan.Â
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan pun telah disediakan dari kelurahan dan puskesmas. Adapun pihak yang ikut serta dalam program ini (atau bisa disebut dengan stakeholder) adalah petugas puskesmas sebagai pemeriksa kesehatan, relawan dari masing-masing RW sebagai kader posyandu, dan para lansia sebagai subjek kegiatan.Â
Ibu N yaitu salah satu relawan yang menjadi kader Posyandu Lansia bercerita kepada kami mengenai keadaan Posyandu Lansia di lingkungannya. Program ini baru mulai dijalankan lagi pada awal 2022 setelah 2 tahun terhenti akibat pandemi karena khawatir akan mewabahnya virus COVID-19 kepada para lansia yang merupakan kelompok rentan.Â
Ibu N menjelaskan bahwa Posyandu Lansia dilakukan sekali sebulan dengan kegiatan senam, pemeriksaan kesehatan, lalu pemberian makanan tambahan (PMT).Â
Namun, beliau juga bilang bahwa para lansia malas untuk senam sehingga langsung saja ke pemeriksaan kesehatan. Tak hanya itu, beberapa lansia mengomentari kegiatan posyandu yang seperti itu saja. Mungkin ini merupakan tanggapan dari mereka yang lebih mampu dan punya keluarga yang memperhatikan kesehatannya sehingga kegiatan posyandu tidak begitu penting bagi mereka.Â
Memang jika dilihat dari kegiatan yang terselenggara, Posyandu Lansia menyasar para lansia yang kurang mampu dan kurang diperhatikan.Â
Ibu N juga menceritakan bahwa kelurahan memberi kuota dan menargetkan kehadiran 50 orang lansia di posyandu tiap bulannya. Di satu sisi, ini kurang baik karena jumlah lansia di RW 03 Kelurahan Pinang Ranti berjumlah 204 orang sehingga target ini hanya menyasar seperempat lansia.Â
Namun, di sisi lain, ternyata jumlah lansia yang datang ke posyandu tiap bulannya tidak sampai 50 orang. Jika tidak mencapai target, para kader yang keliling ke rumah lansia untuk memeriksa kesehatannya dan memberi PMT supaya laporannya mencapai target. Lantas, mengapa dari sekian banyak lansia, seperempatnya pun tidak berpartisipasi dalam Posyandu Lansia?