Mohon tunggu...
Amelia DwiFironika
Amelia DwiFironika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Menuju Jas Putih

25 November 2024   13:22 Diperbarui: 10 Desember 2024   21:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Devano mengingat kembali saat ketika ia pertama kali kembali ke desa setelah menyelesaikan pendidikannya. Ia diterima dengan hangat oleh keluarga dan warga desa yang bangga melihat salah satu anak desa berhasil meraih kesuksesan. Devano merasa begitu bersyukur, namun ia juga menyadari bahwa ia tidak boleh hanya berhenti di titik itu. Ia harus memberikan lebih, tidak hanya sekadar menjadi dokter, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan yang lebih besar untuk masyarakat yang telah membesarkannya.

Setelah beberapa hari bekerja di puskesmas desa, Devano merasa betapa besarnya tanggung jawab yang ia tanggung. Tak hanya memberikan pengobatan, ia juga harus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup sehat, cara mencegah penyakit, dan cara menjaga kebersihan. Di balik setiap senyuman pasien yang sembuh, ada banyak tantangan yang ia hadapi. Ada mereka yang tidak memiliki akses mudah ke obat-obatan, ada yang merasa cemas dengan biaya pengobatan, dan ada juga yang hanya membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesah mereka.

Suatu hari, ketika Devano sedang mengunjungi rumah salah satu warga yang sakit, ia bertemu dengan seorang ibu yang tampak lelah dan cemas. Ibu itu bercerita tentang anaknya yang menderita demam tinggi, namun mereka tidak mampu membeli obat yang disarankan oleh dokter.

"Saya paham, Ibu," kata Devano dengan lembut. "Tapi kita bisa cari solusi bersama. Mari saya bantu carikan obat yang diperlukan dan kita pastikan anak Ibu mendapat perhatian yang tepat." Devano kemudian berusaha mencari jalan keluar dengan memanfaatkan jaringan yang dimilikinya, bekerja sama dengan apotek lokal dan beberapa organisasi sosial untuk memastikan keluarga itu mendapatkan bantuan.

Kisah tersebut bukanlah satu-satunya. Semakin lama, Devano semakin memahami betapa pentingnya kerja sama antar warga, serta pentingnya rasa saling peduli dan berbagi dalam membangun komunitas yang lebih sehat. Ia mulai mengorganisir kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis di berbagai sudut desa, menyebarkan pengetahuan tentang gizi yang baik, serta menyarankan cara-cara praktis untuk mencegah penyakit menular.

Namun, meskipun Devano merasa semakin terpenuhi dengan pekerjaannya, ada saat-saat ia merasa kelelahan. Waktu demi waktu, ia berjuang untuk menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Ada hari-hari ketika ia merasa terlalu lelah, saat masalah kesehatan yang rumit datang bertubi-tubi, atau ketika dirinya merasa kurang dihargai. Namun, ia selalu teringat pada komitmennya, pada momen-momen saat ia menerima pelukan hangat dari warga yang merasa dihargai dan dibantu. Semua itu memberikan kekuatan untuk terus maju.

Suatu malam, ketika sedang duduk di beranda rumahnya setelah seharian penuh bekerja, ayahnya datang duduk di sampingnya. "Nak, kamu sudah bekerja keras, tapi ingatlah untuk menjaga dirimu juga. Pengabdian yang sejati dimulai dari kemampuan kita merawat diri sendiri, agar bisa terus melayani orang lain." Devano tersenyum, merasa hangat mendengar nasihat itu. "Saya tahu, Ayah. Tapi saya merasa ini adalah jalan yang benar untuk saya. Saya ingin desa ini menjadi tempat yang lebih baik, tempat di mana setiap orang bisa hidup sehat dan bahagia." Ayahnya mengangguk, matanya penuh kebanggaan. "Kamu sudah banyak memberi, Nak. Jangan lupa bahwa hati yang sehat juga membutuhkan perhatian." Kata-kata ayahnya menyentuh hati Devano. Ia menyadari bahwa meskipun ia terus berjuang untuk desa, ia juga harus menjaga keseimbangan dalam hidupnya. Ia mulai meluangkan waktu untuk lebih banyak berkumpul dengan keluarga, beristirahat sejenak, dan menyegarkan kembali semangatnya.

Suatu hari, ketika Devano tengah berkeliling desa, ia bertemu dengan seorang wanita tua yang duduk di pinggir jalan dengan wajah penuh senyum. Wanita itu, yang sudah lama tidak pernah berobat, melihat Devano dan berkata, "Dokter Devano, saya tidak pernah merasa sesenang ini melihat anak muda seperti Anda kembali ke desa ini. Terima kasih sudah membuat kami merasa diperhatikan."

Kata-kata wanita itu menyentuh hatinya, mengingatkan Devano akan alasan utama mengapa ia memilih jalan ini. Tidak hanya untuk memberikan pengobatan, tetapi untuk memberi harapan, untuk menunjukkan bahwa setiap individu, tanpa memandang usia atau latar belakang, layak mendapatkan perhatian dan pengabdian yang terbaik.

Keesokan harinya, Devano kembali ke puskesmas dengan semangat yang lebih besar, menyadari bahwa perjalanan panjang yang ia tempuh ini, meskipun penuh tantangan, adalah perjalanan yang memberi makna mendalam dalam hidupnya. Dengan tekad yang semakin bulat, ia melanjutkan pengabdiannya, tahu bahwa setiap langkah yang diambil adalah bagian dari perubahan yang lebih besar—perubahan yang dimulai dari hati yang tulus untuk memberi yang terbaik bagi masyarakat yang dicintainya.

Setelah acara penghargaan selesai, Devano kembali ke rumah bersama orangtuanya. Di perjalanan pulang, mereka disambut dengan ucapan selamat dari warga desa. Senyum bangga terukir di wajah Raka dan Gendis, orang tua Devano, yang merasa sangat bahagia melihat keberhasilan anak mereka. Mereka tidak hanya melihat seorang dokter muda yang telah meraih prestasi, tetapi juga anak yang tetap rendah hati dan penuh kasih kepada mereka yang ada di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun