Kehidupan di desa kecil yang tenang berjalan perlahan, seperti aliran sungai yang membaginya. Desa ini dikelilingi oleh ladang hijau dan hutan keci, dengan bau bunga melati yang dibawa angin. Matahari perlahan bangkit dari tidurnya, memancarkan sinar lembut yang mengusir sisa-sisa malam yang kelam. Suara nyanyian merdu dari burung dan ayam yang bersahutan yang selalu terdengar di desa yang damai. Desa ini adalah rumah bagi keluarga Raka, sebuah keluarga yang penuh kasih sayang dan dedikasi. Hari ini adalah hari yang istimewa bagi mereka, karena Devano, anak pertama dalam keluarga Raka, akan menerima penghargaan atas pengabdian sebagai dokter di desa tersebut.
Di dalam rumah yang sederhana terdapat sepasang suami istri yang sedang duduk bersantai diruang keluarga, Raka dengan istrinya, Gendis. Mereka saling menatap foto-foto yang terpajang rapi diruang keluarga itu mengingatkan mereka pada perjalanan panjang yang telah mereka lalui bersama.
“Devano selalu bekerja keras,” kata Gendis dengan mata berkaca-kaca.
“Dia tidak pernah mengeluh lelah, meskipun banyak rintangan dan tugasnya yang sangat berat” lanjut Gendis sambil mengambil satu foto keluarga.
Raka tersenyum bangga “Dia belajar dari yang terbaik, yaitu kita berdua” jawabnya sambil merangkul pundak istrinya.
Lima belas tahun yang lalu, Raka dan Gendis adalah pasangan mudah yang penuh semangat dan dikenal oleh seluruh warga desa. Raka bekerja sebagai dokter yang selalu siap membantu warga desa ketika sakit, sementara Gendis merupakan seorang guru di sekolah dasar. Mereka adalah sosok yang dihormati dan dicintai oleh warga desa karena dedikasi dan pengabdian mereka.
Meskipun mereka hidup dalam kesederhana, Raka dan Gendis selalu memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang terbaik dan mendapatkan kasih sayang yang besar. Mereka menanamkan nilai-nilai kejujuran, kerja keras, tanggung jawab, betapa pentingnya pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat dalam setiap kesempatan dalam mendidik anak-anaknya. Devano, anak pertama mereka, tumbuh dengan menganggumi pengabdian orangtuanya, dan memberikan contoh baik untuk adiknya.
Sebagai anak pertama, Devano sering melihat bagaimana orangtuanya bekerja tanpa kenal lelah. Ia melihat ibunya dengan sabar dan tekun mengajar anak-anak desa, dan ayahnya yang sabar dan berusaha memberikan yang terbaik untuk pasiennya dari desa maupun luar desa. Pengabdian orangtuanya memberikan inspirasi yang mendalam bagi Devano, membutnya bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Devano mengenakan jas putihnya dengan rapi ketika dia berada di ruang tamu rumah Raka. Ia akan langsung menuju balai desa untuk menerima penghargaan. Wajahnya tampaknya tenang, tetapi hatinya berdebar-debar karena rasa takut, sedih, dan bahagia menjadi satu. Clara, adik satu satunya Devano. Ia melihat kakak satu satunya dengan bangga, karena ia selalu memberikan dukungan, semangat ketika Devano mengalami kesulitan selama berada di kota. Devano terharu mengingat masa-masa sulit ketika ia harus berjuang sendiri untuk mencapai posisinya saat ini.
Devano menyadari bahwa jalan menjadi seorang dokter akan sulit untuk ia hadapi tetapi ia memutuskan untuk tetap melakukannya. Untuk melanjutkan pendidikan di kota, ia harus meninggalkan desanya. Meskipun Raka dan Gendis tahu bahwa mereka akan merindukan kehadiran anak mereka, mereka tetap mendukung keputusan yang akan diambil Devano.
Meskipun Devano mengalami banyak kesulitan di kota tetapi ia mempunyai adik dan orangtua yang selalu memberikan dukungan, nasihat kepada dirinya. Ia harus tetap beradaptasi dengan kehidupan di kota yang berbeda jauh dari desa di mana ia dibesarkan. Namun, semangat dan tekadnya untuk kembali melayani desanya selalu menjadi sumber kekuatannya dalam berjuang.