Mohon tunggu...
Amelia Citra Agustin
Amelia Citra Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Sastra Melalui Teori Strukturalisme

6 Mei 2024   08:23 Diperbarui: 6 Mei 2024   08:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan pendekatan ini, teori strukturalisme memberikan landasan untuk memahami dan menganalisis karya sastra secara mendalam, melihat struktur dan relasi antar-unsur dalam teks sebagai kunci untuk memahami makna dan efek estetik dari karya sastra.

Kelebihan pendekatan strukturalisme dalam kajian sastera adalah sebagai berikut:

1. **Langkah Pembukaan untuk Teori Lain**: Strukturalisme membuka jalan bagi perkembangan teori sastera mutakhir seperti pascastrukturalisme dan dekonstruksionisme.

2. **Analisis Struktural yang Sistematik**: Teori strukturalisme membolehkan analisis sastera secara sistemik, melihat karya sebagai struktur otonom yang bermakna dengan unsur-unsurnya yang saling berhubungan.

3. **Penekanan pada Bentuk dan Struktur**: Strukturalisme menekankan nilai bentuk dan struktur karya sastera lebih daripada makna yang ingin disampaikan.

4. **Kebebasan Interpretasi**: Strukturalisme membuka ruang untuk pelbagai interpretasi karya, dengan setiap pengkaji boleh menemukan tema dan persoalan yang berlainan, tanpa menerima satu interpretasi sebagai yang tunggal atau benar.

Kelemahan teori strukturalisme dalam kajian sastera dapat dirangkum sebagai berikut:

1. **Pemisahan dari Konteks Sejarah dan Sosial**: Strukturalisme cenderung mengasingkan karya sastera dari konteks historis dan sosialnya. Ini mengakibatkan hilangnya pemahaman terhadap pengarang, latar belakang, dan faktor-faktor luar yang mempengaruhi pembentukan serta interpretasi karya.

2. **Ketidakhadiran Pengarang dalam Analisis**: Teori strukturalisme tidak memberi perhatian kepada pengarang sebagai pemberi makna atau pencetus ide dalam karya sastera. Fokusnya terlalu kuat pada struktur dan elemen-elemen internal karya tanpa mempertimbangkan aspek eksternal yang dapat memberi makna tambahan.

3. **Pemahaman Murni Makna**: Strukturalisme menganggap makna karya sastera adalah sesuatu yang murni dan otonom, terpisah dari emosi pengarang semasa menciptakannya atau reaksi pembaca. Namun, hal ini dapat membuat interpretasi karya menjadi terlalu terbatas atau kehilangan dimensi psikologis dan historisnya.

4. **Keterbatasan pada Analisis Formal**: Terlalu berfokus pada analisis formal dan bahasa sastera, strukturalisme gagal mempertimbangkan aspek keindahan, konteks sejarah, atau peran pengarang sebagai pemberi makna yang penting dalam interpretasi karya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun