Mohon tunggu...
Amelia Citra Agustin
Amelia Citra Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Sastra Melalui Teori Strukturalisme

6 Mei 2024   08:23 Diperbarui: 6 Mei 2024   08:26 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Strukturalisme juga mengklaim tempat istimewa dalam penelitian sastra karena berusaha membangun model sistem sastra sebagai referensi eksternal. Strukturalisme mementingkan pemahaman terhadap sistem secara menyeluruh, melihat karya individu, genre, dan sastra secara keseluruhan sebagai bagian dari sistem yang lebih besar dari kebudayaan manusia.

Berbicara tentang strukturalisme dalam penelitian sastra, bahasa, dan budaya, kita menyadari bahwa hal ini melibatkan sebuah doktrin atau metode yang memandang objek studi sebagai gabungan unsur yang berhubungan satu sama lain. Struktur adalah tata hubungan antar unsur, sehingga strukturalisme mencakup cara berpikir tentang dunia yang terutama terikat pada persepsi dan deskripsi mengenai struktur.

Dari sudut pandang sastra, pendekatan strukturalisme menolak campur tangan pihak luar dalam interpretasi karya sastra, melihat karya sastra berdasarkan strukturnya sendiri. Hal ini mencakup pengkajian unsur intrinsik sastra, latar belakang sosial, sejarah pengarang, dan kondisi lingkungan.

Dalam pendekatan bahasa, strukturalisme menganggap bahasa sebagai ujaran yang bertingkatan, dengan tiap tingkatan memiliki sistem yang berpola-pola. Sementara dalam pendekatan budaya, strukturalisme memandang kebudayaan sebagai titik inti kemanusiaan, dengan infrastruktur dasar yang meliputi sikap, nilai, cara berpikir, dan cara kerja manusia.

Semua tokoh dan teks ini menggambarkan strukturalisme sebagai pendekatan yang menekankan pentingnya memahami hubungan dan struktur dalam karya sastra, bahasa, dan budaya sebagai bagian dari sistem yang terorganisir secara kompleks.

Teori strukturalisme, seperti yang diuraikan oleh tokoh-tokoh seperti Ferdinand de Saussure, Jan Mukarovsky, Sklovsky, Roland Barthes, Julia Kristeva, dan Joseph, menekankan pentingnya menganalisis teks-teks sastra melalui pendekatan struktural yang menyoroti relasi antar-unsur dalam teks. 

Ferdinand de Saussure, pendiri mazhab Jenewa dalam linguistik, membedakan antara berbagai aspek linguistik seperti signifiant (bentuk, tanda, lambang) dan signifie (yang ditandakan), dan antara parole (tuturan) dan langue (bahasa), serta pendekatan sinkronik dalam linguistik.

Jan Mukarovsky menekankan bahwa sastra adalah fakta semiotik tetap, di mana teks-teks sastra dipandang sebagai tanda majemuk dalam konteks luas sistem sastra dan sosial.

Sklovsky dan konsepnya tentang otomatisasi dan deotomatisasi menyoroti gaya bahasa yang berbeda dalam sastra, yang sering kali menyimpang dari bahasa sehari-hari.

Roland Barthes dan Julia Kristeva, sebagai tokoh strukturalisme Perancis, menekankan kode-kode bahasa dalam teks sastra, termasuk retorika, psikoanalisis, dan sosiokultural, serta pentingnya memandang karya sastra secara otonom dengan penekanan pada aspek intrinsik seperti penggunaan bahasa yang khas.

Yoseph menjelaskan bahwa teori strukturalisme sastra melibatkan analisis teks secara menyeluruh dengan menekankan hubungan antar-unsur teks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun