Beberapa novel yang saya baca kemudian tentu memiliki peran serupa: membangkitkan perasaan! Orhan Pamuk mungkin menjadi seorang pengarang yang sangat bagus dalam memekarkan perasaan-perasaan kita di dalam membaca karya sastra. Atau V.S Naipaul dalam Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas.Â
Novel ini menyimpan segala sesuatu, segala hal yang saya rasakan dan bayangkan, di dalam sebuah buku ataupun kehidupan nyata. Membaca novel ini seperti membaca salinan kampung halaman bersama budaya-budayanya.
Atau, seperti sewaktu membaca Kebangkitan karya Leo Tolstoy. Dan mungkin di sini, saya mengalami kejadian yang memalukan. Saya membaca buku itu, dan sampai pada halaman kesekian, saya menemukan beberapa kejadian yang ditulis hanya dalam beberapa paragraf. Adegan hanya dalam beberapa paragraf itu sangat sedih, membuat saya harus mengelap air mata di samping beberapa perempuan yang lagi sibuk membaca.
Tapi apakah ada kegunaan dari kegiatan-kegiatan seperti itu? Apakah ada kegunaan dari upacara tangis-menangis hanya karena membaca beberapa paragraf sebuah novel? Apakah ada kegunaan dari atraksi tertawa, lantaran mendapatkan kisah lucu dalam sebuah cerita?Â
Mungkin secara praktis, kegunaan buku dan membaca tidak seperti sebuah bom yang secara praktis mampu menghancurkan sebuah kota. Membaca buku karya fiksi juga tidak membuat anak-anak NTT akan kenyang dengan sendirinya. Karya fiksi memang tidak mewakili kegunaan-kegunaan praktis seperti itu.
Tapi satu hal yang pasti, semua hal yang dikisahkan pengarang dan kemudian dibaca oleh pembaca, saya ulangi, semua hal yang ditulis oleh pengarang, akan menjadi milik pembaca. Kita bertambah kaya dengan semua hal itu, dan bisa menjadi, barangkali, sesuatu yang berharga suatu hari kelak.Â
Semua nilai dan kejadian yang dipikirkan, ditulis, dihapus, ditulis lagi, oleh pengarang selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun, akan menjadi milik pembaca. Semua nilai dalam karya itu, mudah-mudahan, akan meresap dalam relung hati pembaca, dan menjadi harta kekayaan pembaca.Â
Tanpa teresapnya semua hal dan nilai yang tergambarkan dalam cerita itu, mungkin lebih baik kita tidak usah membaca. Karena, membaca itu sebuah pekerjaan yang membuang waktu. Kalau tidak banyak berguna, tinggalkan saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI