Dalam kesempatan minum-minum itulah, dia mengucapkan (semacam) pidato, dan semua orang menangis, lalu berjanji kepada diri mereka sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan itu sesegera mungkin. Biar saya parafrasekan saja pidatonya itu: "...saya sadari bahwa saya tidak disukai banyak orang sebagai pemimpin. Jika pekerjaan ini gagal, maka saya akan dipecat, dan kamu mungkin akan bersuka cita. Itu mungkin baik bagi kamu.Â
Tapi jika benteng ini tidak selesai dikerjakan, maka pihak musuh akan datang menyerang, dan yang mati tidak hanya saya dan kamu, tapi anak istrimu akan mati juga. Rumahmu akan dibakar. Kamu akan kehilangan segalanya: tanahmu, juga nyawa anak istrimu!" Yang terjadi kemudian, semua pekerja itu menangis, dan berjanji pada diri mereka sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan itu secepat mungkin. Sampai di sini. Apakah kelihaiannya mengagitasi orang menjadi alasan utama anda harus membaca novel ini? Hem, saya kira bukan.
Lalu apa alasannya? Lalu dalam masa perang itu, ada seorang ahli strategi perang yang menjadi musuh mereka, dan tugas Hideyoshi adalah membujuknya menjadi kawannya. Ahli perang itu sedang mengundurkan diri dari kancah perang, dan tugas membujuk seorang ahli tidaklah gampang. Apakah manusia berwajah monyet itu berhasil membujuknya? Tentu saja tidak! Apa yang dilakukan Hideyoshi supaya ahli perang itu mau berkawan dengannya? Dia mencoba membujuk lagi. Gagal. Coba lagi. Gagal. Coba lagi. Coba lagi. Coba lagi sampai hati ahli perang itu luluh. Dan pertanyaannya, apakah ini menjadi alasan utama anda harus membaca novel ini? Saya kira juga bukan.
(Helo. Helo. Lalu apa? Apa alasan kami harus membaca novel ini?) Baiklah. Alasan anda harus membaca novel ini, karena novel ini adalah pengabadian semangat sebuah zaman. Setelah membacanya beberapa tahun kemudian, saya menyadari bahwa Pengarang novel ini, Eiji Yoshikawa, sedang mengabadikan semangat sebuah zaman: Semangat Bangsa Jepang.Â
Dan Novel sebagai bentuk pengabadian semangat sebuah zaman ini, dibaca oleh anak-anak Jepang. Apa yang dilakukan sepanjang cerita, adalah semangat sebuah zaman, dan saya kira itulah alasan paling utama kita harus membaca novel ini. Semangat itu bisa mencerahkan kita dalam mengarungi kehidupan ini. Berkenalan dengan karya sastra, harus bisa membuat kita menjadi lebih bijak. Sastra, tentu saja berisi hiburan. Tapi dia pasti bisa mencerahkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI