Sore itu hujan deras. Perut rasanya minta diisi. Kami bertiga bersepakat membeli makanan. Setelah melaksanakan metode keberuntungan (adu suit), akhirnya sayalah yang berangkat.
Duh, tidak ada mantel. Payung pun nihil. Bagaimana perginya.?
Ketika sedang rumit memikirkan urusan negara (eh, perut), ada adik angkatan datang. Rasanya lega. Bersyukur banget. Kedatangan dia menjadi penting, karena dia bawa payung. (jahat mode on). Hehe
Tanpa basa-basi langsung kudekati.
"Dik, pinjam payungnya ya.?"
"Buat apa, kak.?"
"Buat mencari sinyal. Niatnya mau membuat parabola. Miris melihat channelnya cuma sedikit."
"He.? Beneran kak.?"
"Tidak. Saya cuma bercanda. *grr.."
"Oh, saya kira serius..hehe"
"Jadi boleh kan.? Buat membeli makanan."
"Silakan."
"Terima kasih."
Setelah kulipat baju dan celana (tidak sempat disetrika sekalian), saya langsung mengambil langkah 500. Takut dia berubah pikiran.
Setelah agak jauh, saya kurangi kecepatan. Sampai akhirnya berhenti di depan sebuah minimarket. Masuk ke dalam. Membeli yang diperlukan, dan kemudian keluar.
Tanpa tengok kanan kiri (bukan lagi sholat atau mau menyeberang jalan sih), saya langsung mengambil payung. Baru beberapa langkah, saya mendengar suara merdu. Suara wanita.
"Mas, payungnya mas.!"
Kubalikkan badan. Ternyata 2 orang gadis cantik. Pantas suaranya merdu. Setelah mengumpulkan kelereng (eh, keberanian), akhirnya terucap juga kata-kata dari pita suara ini.
"Mba memanggil saya (padahal keliatannya seumuran deh).?
"Iya. Mau mengambil payung. Payung yang dipegang mas itu punya saya."
"What.?" Batinku
"Kok diem, mas.? Sini payungnya, mas. Saya sudah ditunggu."
"
"Eh, iya. Silakan. Saya lupa (kejangkitan alzheimer). Maaf."
"Iya tidak apa-apa. Ini payung pinjaman soalnya."
"Sekali lagi saya minta maaf."
"Forget it."
Kupandang ia sampai berlalu. Kemudian kuedarkan pandangan. Mataku terpaku pada sosok itu. Sosok yang membuatku malu. Payung pinjaman. Sama seperti gadis tadi. Bedanya saya lupa, dan dia ingat dengan barang pinjaman. Tapi untunglah dia ingat.
Kubayangkan jika diantara kami lupa semua. Mungkin kami akan membawa payung yang salah. Meski malu, tapi ambil positifnya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H