Mohon tunggu...
Ambar Puspita
Ambar Puspita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah membaca buku dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesetaraan Gender Kunci menuju Masyarakat yang Lebih Inklusif dan Berkeadilan

16 Oktober 2024   12:22 Diperbarui: 16 Oktober 2024   12:32 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh:Jily Rahar Frincia dan Ambar Puspita Diaazizah

Kesetaraan gender adalah salah satu isu paling mendesak dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan. Dibanyak negara, termasuk Indonesia, ketidaksetaraan gender telah muncul sebagai hambatan bagi kemajuan sosial, ekonomi, dan politik. 

Mencapai kesetaraan gender bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga memerlukan upaya kolektif masyarakat, lembaga, dan pemerintah. 

Ketika kesetaraan gender terwujud, semua individu, baik laki-laki maupun perempuan, diberikan kesempatan yang sama untuk terlibat dan berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan, bebas dari batasan yang diberlakukan oleh norma sosial yang diskriminatif.

Ketidakadilan gender mulai dirasakan perempuan dalam bentuk diskriminasi. Peran laki-laki lebih tinggi dan mendominasi dari perempuan karena dalam nilai gender kaum laki- laki menjadi pemimpin bagi kaum Perempuan contohnya menafkahi seorang istri dan anak anak, oleh karena itu masyarakat meyakini bahwa laki-laki lebih memiliki posisi yang lebih unggul dari pada perempuan.

 Lelaki juga menjadi kepala keluarga, pemimpin keluarga sehingga lelaki memiliki tanggung jawab yang memberikan hak dan kesempatan yang besar bagi laki-laki.Sedangkan wanita, mereka sedari kecil diharapkan untuk tumbuh menjadi orang yang feminim.

Apa Itu Gender?

Gender sering disamakan dengan jenis kelamin, dan hal ini tidak sepenuhnya salah karena Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan gender sebagai jenis kelamin. Namun, pemahaman ini perlu diluruskan karena sebenarnya ada perbedaan konsep antara gender dan seks (jenis kelamin). Menurut Smith (1999), konsep gender berkaitan dengan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk dari sejarah, bukan hanya berdasarkan seks.

Seks merujuk pada aspek biologis yang membedakan laki-laki dan perempuan secara fisik. Laki-laki memiliki penis, menghasilkan sperma, dan memiliki jakun, sementara perempuan memiliki rahim, menghasilkan sel telur, memiliki vagina, dapat mengandung, dan menyusui. Fungsi-fungsi biologis ini tidak dapat dipertukarkan, seperti laki-laki yang tidak bisa mengandung atau menyusui, dan perempuan yang tidak bisa memproduksi sperma. Inilah yang disebut sebagai kodrat Tuhan.

Setelah memahami seks, kita dapat membedakan konsep gender. Menurut Fakih (2013), gender adalah peran dan sikap yang dikonstruksi secara sosial dan budaya, yang menyebabkan peran laki-laki dan perempuan berbeda dalam kehidupan. 

Contoh stereotip gender meliputi anggapan bahwa laki-laki kuat, rasional, dan tidak pantas menangis, sementara perempuan dianggap lemah, emosional, dan mudah menangis. Fakih menegaskan bahwa sifat-sifat ini dapat dipertukarkan, di mana laki-laki bisa bersikap lembut dan emosional, dan perempuan bisa kuat dan rasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun