Mohon tunggu...
amaziarachel
amaziarachel Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Seni Indonesia

Seorang mahasiswi Institut Seni Indonesia yang memiliki ketertarikan dalam berbagai bidang fashion, perfilman, dan masih banyak lagi!

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Blangkon dan Anak Muda: Mempertahankan Warisan di Tengah Arus Modernisasi

2 Januari 2025   14:35 Diperbarui: 2 Januari 2025   14:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampun Blangkon, Serengan, Surakarta

Resiko Modifikasi dan Simbolis Budaya

”Mungkin aku ingin bentuk sekian, jadi sebagai pengrajin tetep melayani konsumen, bentuk apapun sesuai dengan konsumen kita harus melayani dengan keadaan apakah itu bisa dan apakah itu tidak bisa,” ujar pak Agung. Dengan adanya terlalu banyak modifikasi dapat mengakibatkan menghilangnya nilai simbolis. Namun, mereka tetap berusaha memenuhi permintaan konsumen tanpa menghilangkan esensi budaya Solo. Meskipun ada permintaan untuk bentuk-bentuk tertentu, pengrajin tetap berpegang pada pakem tradisional untuk menjaga keaslian budaya.

Proses Pembuatan dan Pengiriman

”Untuk kelas menengah, bisa memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan untuk kelas atas, seperti untuk dalang dan pejabat, bisa memakan waktu hingga dua jam,” Pak Agung menjelaskan bahwa proses pembuatan blangkon bervariasi tergantung pada kelasnya. Pengiriman blangkon tidak hanya terbatas di Solo, tetapi juga telah mencapai Bali, Jember, Surabaya, Malang, dan berbagai kota besar lainnya di Indonesia. Sekitar 40% blangkon di 34 provinsi di Indonesia berasal dari Solo, menunjukkan masih tingginya permintaan akan produk tradisional ini.

Kesimpulan

Anak muda memang menghadapi arus modernisasi yang kuat, namun bukan berarti mereka sepenuhnya meninggalkan budaya tradisional. Pengrajin blangkon di Solo menunjukkan bahwa masih ada permintaan dan minat dari berbagai kalangan, termasuk anak muda. Sebagai penerus budaya, penting bagi generasi muda untuk terus menjaga dan melestarikan warisan ini di tengah perkembangan zaman.

Penulis: Amazia Rachel Nugroho. Program Studi Film dan Televisi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun