Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Genggam Intregitas, Jadilah Pelajar yang Berbudaya dan Berprestasi

14 April 2018   15:00 Diperbarui: 14 April 2018   15:22 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak yang terjebak dalam arus trendmasyarakat yang menganggap jurusan IPA itu keren, anak IPA pasti calon orang sukses, dan berbagai paradigma lain yang tersebar dari mulut ke mulut. Keterpaksaan untuk mengikuti trendmasyarakat tentunya berpengaruh terhadap perkembangan psikologis maupun intelegensi peserta didik. 

Muhammad Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, disebutkan bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. Setiap individu mempunyai bakat yang menonjol pada suatu bidang, dan lemah pada bidang lainnya. 

Coba bayangkan jika seluruh pelajar memikirkan bakat yang dimiliki masing-masing untuk diperdalam di sekolah, yang terjadi adalah bakat setiap siswa akan semakin terasah dan menjadi lebih semangat dalam belajar sehingga memunculkan lulusan-lulusan terbaik. Ketepatan memilih jurusan juga dapat mengurangi resiko malas belajar sehingga siswa menjadi lebih semangat dalam menjalani kegiatan di sekolah sehingga sekaligus mengurangi bentuk kecurangan saat ujian berlangsung karena sudah memahami materi pelajaran dengan baik.

Nilai Moral Luhur yang Mulai Luntur

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka kenakalan remaja pada setiap tahunnya mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 kenakalan remaja di Indonesia mencapai 6325 kasus, naik menjadi 7007 kasus pada tahun 2014, dan mencapai 7762 kasus pada tahun 2015. Secara implisit hal tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi degradasi moral yang serius pada golongan remaja. Kita tidak bisa mengelak, kemajuan teknologi membawa perubahan besar pada perkembangan mental dan attitude remaja. 

Bagi remaja yang tidak mempunyai filter yang kuat dalam penggunaan teknologi, dampak buruk dapat menyerang kapanpun. Melihat masalah tersebut, perlu diberikan filter yang kuat bagi pemuda melalui pendidikan agar dapat dijadikan pelindung yang ampuh dalam menghadapi batu-batu tajam kehidupan.

Pendidikan Berkarakter, Fondasi yang Kuat untuk Membangun Indonesia Jaya

Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia mengemukakan konsep-konsep pendidikan yang dinamakan "Tri Sentra Pendidikan", yaitu sentra keluarga, sentra masyarakat, dan sentra perguruan. Takaran pendidikan  yang diperoleh setiap orang berbeda, namun sejatinya mempunyai pola yang sama. Pada dasarnya pendidikan yang paling utama dan pertama dimulai dari lingkungan keluarga. Saat bayi lahir ke dunia, waktu itu juga seorang manusia mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. 

Kedua orangtua mempunyai peran yang penting dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan kepada anak. Dimulai dari mengajarkan bagaimana cara makan dan minum, berjalan dan berbicara, mengenalkan nama-nama benda, hingga mengajarkan norma-norma. Seorang anak yang sudah dari kecil mendapatkan pendidikan dasar yang baik dari kedua orangtua, mempunyai peluang besar untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik di masa yang akan datang. 

Selanjutnya, seorang anak akan mendapatkan pendidikan dari mengamati apa yang ada di lingkungan sekitar. Disinilah anak akan mendapatkan teman baru, kebiasaan baru, ataupun pandangan baru yang akan semakin bertambah ketika seorang anak memasuki institusi pendidikan yang dibuat oleh pemerintah, yaitu sekolah. Melalui pendidikan inilah, diharapkan dapat menjadi fondasi yang kuat bagi kemajuan bangsa.

Ki Hajar Dewantara juga mengeluarkan semboyan pendidikan yang berbunyi ing ngarsa sun tuladha(di depan memberikan teladan), ing madya mangun karsa(di tengah menggugah semangat), tut wuri handayani(dari belakang memberikan dorongan).Semboyan tersebut mengandung makna yang besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Bahkan salah satu kalimat terakhir dari Ki Hajar Dewantara dijadikan tersebut dimasukkan dalam lambang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 6 September 1977, Nomor: 0398/M/1977 tentang penetapan Lambang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun