Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Dan Anjing Malang Itupun Berakhir Menjadi Sate

9 Juni 2024   08:51 Diperbarui: 9 Juni 2024   09:04 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Shutterstock

Ini bukan kisah KKNku tapi beneran kisah nyata. Bukan kisah bualan atau fiksi yang kultulis berdasar imajinasi. Sungguh kisah nyata. Menurutku ini sih masuk cerita horor. Pada perilaku manusianya yang menciptakan rasa horor itu.  Kalau kisah ini adalah sebuah drakor, maka aku bukanlah Female Lead (FL) dari drakor ini. 

Aku hanya sekedar pelaku figuran yang mungkin kehadirannya hanya sepintas lalu dan karena tak ada yang istimewa, jadi kehadirannya tak diperhatikan oleh penonton.

 Tak apalah.  Yah istilah kerennya cameolah. Meski kalau bintang tenar yang jadi cameo, bisa jadi salah satu daya tarik suatu drakor, seperti kehadiran Gong Yoo dalam drama "Squid Game" yang fenomenal itu (gila memang Korea Selatan), jadi tukang rekrut peserta dapat bonus namparin wajah peserta. Untung aja Bang, dikau ganteng. Jadi kelakuanmu menampari orang itu termaafkan dan kehadiranmu yang cuma berapa menit itu jadi omongan. 

Jadi kisah ini terjadi ketika aku masih mahasiswa di Jogja, baru semester 1 terus.. lagi dekat sama senior satu kampus tapi beda jurusan. Nah,.. karena dia masuk kelas ekstensi yang rata-rata mahasiswanya sudah pada kerja, maka tak seperti mahasiswa reguler yang KKNnya benar--benar pengabdian ke desa-desa terpencil, nah.. mereka ini KKNnya di kota Jogja saja karena mereka kan banyak yang sudah bekerja ya. 

Jadi, aku beberapa kali, diajak Si Kakak ini naik motornya menuju tempat pos KKNnya. Dikenalkanlah aku pada teman-temannya segang. Namanya bocah teknik sipil ya kan, rata-rata anak cowok lah peserta satu timnya. Mereka semua wellcome, ramah dan menyebutku "Dek" karena masih culun bocah junior semester satu. Muka ga bohong lah ya..kalau polos haha. Meski sekarang menyesal juga jadi orang itu jangan polos polos banget, jadi gampang dibohongi dan dimanfaatkan. 

Ya..sutralah. Karena bekerja, mereka rata-rata datang ke pos KKNnya dari setelah Ashar sampai jam 10 malam. Bikin program, ngobrolin proyek bareng, sabetan sebagai asisten dosen, dll, Nah Si Kakak nih (ehem..) karena pinter ya sering dapat proyek dari dosen tapi lumayanlah aku jadi sering ditraktir makan enak dan ketemu orang-orang pinter. 

Nah pos KKN mereka ini ada di jalan buntu, rumah di jalan terakhir yang disiapkan warga setempat dan kebetulan kosong jadi mereka juga leluasa di sana. Ada satu ekor anjing yang sering banget main ke sana.  Anjingnya jinak, meski bertemu orang baru seperti aku, si anjing tidak menyalak, tapi aku tak berani memegang sih,..repot kalau harus cuci tangan 7 kali. Tapi si anjing ini pinter gitu, diajak ngomong itu mendengarkan.

 Lucu sih..gemesh. Mana bulunya coklat terlihat bersih dan cukup berisi badannya. Mereka kasih dia nama Trimo, dan si anjing hooh aja menerima. Dia juga lahap kalau diberi makan. Terus menggonggong pelan seperti mengucapkan terima kasih. Aku mengertilah sekarang kenapa beberapa orang disebut memiliki mata "puppy eyes" karena mereka terlihat polos, manis dan kiyut. Aku nyaman sih berada di antara teman-teman si Kakak ini yang baik-baik dan lucu. Mereka juga pada bawa teman dekatnya ke pos, untuk menemani si Ayangnya masing-masing.

 Pos jadi rame. Bahkan beberapa orang mengajak kami main ke rumahnya. Bahkan nanti saat mereka lulus pun ada yang mengirim undangan pernikahannya. Aku ke pos KKN itu paling seminggu sekali di kahir pekan menyesuaikan jadwal si Kakak untuk menjemputku karena lumayan jauh juga dari tempat kosku dan g ada kepentingan juga kalau ke sana sendiri. 

Setelah ada empat kali datang ke sana, dan ketika ke sana lagi aku tidak merasakan kehadiran Si Trimo. Biasanya kalau ada yang datang Trimo akan menggonggong selamat datang. Tapi dia ga ada. Aku mencari-cari ke belakang bangunan siapa tahu dia lagi tidur tapi dia ga ada juga. Padahal aku dah bawa makanan untuk Si Trimo. Tapi aku segan juga tanya-tanya pada para senior. 

Begitu si kakak mengantarkanku kembali ke kkos malam itu, karena penasaran aku bertanya,"Kok aku ga lihat Si Trimo ya? Apa sakit?" 

Eh dia seperti mengalihkan pembicaraan, menghindar menjawab. Kan aku jadi makin penasaran. "Apa sudah ditemukan pemiliknya?" aku mengejar jawabannya. Akhirnya dengan segan dia menjawab, "Trimo sudah mati. "

"Hah..kenapa?" Aku penasaran dong, perasaan tuh anjing sehat dan baik-baik saja. "Kenapa... Si Trimo matinya kenapa? Makan makanan beracun?"

Ia menggeleng. "Aku cerita tapi kamu ga boleh heboh ya.. ga boleh ribut..diem saja..pura-pura ga tahu." Aku mengangguk dengan tak sabar menunggu jawabannya. Ia melihatku dengan tatapan, ah bocah ini kenapa sih kepo? 

"Trimo ditangkap Bimo sama Andre (nama samaran) dengan dipancing makan. Terus dimasukin karung biar ga menggonggong dan suaranya kedengeran warga, diikat mulutnya terus digebukin dalam karung sampai mati." Aku melongo... tega-teganya..terbayang wajah Si Trimo yang kiyut manis dengan puppy eyesnya. Si Kakak juga terlihat tak nyaman menceritakannya tapi dia tak mau berkonflik dengan teman-temannya yang karakternya keras.  

"Lah memangnya Si Trimo salah apa? Nyolong makanan mereka? Bukannya malah mereka yang sering kasih makan?" Aku nyerocos terus. 

"Bukaaan, Trimo ga nyolong. Ditangkap buat dimakan..dibikin sate minggu kemarin. Makanya kamu ga aku ajak ke sana. Aku aja ga ikutan. Ga tegalah...tapi kamu dah janji lho bakalan diam saja ga ngomong apa-apa." Lalu aku membayangkan sosok Bimo yang mukanya g ada jahat-jahatnya kalau Andre karena dari suku yang kalau ngomong kenceng ga terlalu kaget sih. 

"Jadi selama ini mereka kasih makan Trimo biar gemukan dulu."

Aku melongo jawdrop, tak percaya. Orang makan anjiiing? Mahluk semanis itu dimakan? Sebagai orang dari satu kota wilayah Pantura (Antropolog Clifford Geertz dalam penelitian kualitatifnya yang melegenda hingga saat ini, membagi masyarakat Jawa dalam tiga golongan yaitu abangan, santri dan priyayi. Daerahku di wilayah Pantura termasuk wilayah santri). 

Di kotaku dulu, anjing saja jarang kutemukan kecuali di rumah teman yang non muslim atau China, mendengar orang kok makan anjing rasanya horor gitu. Serem. Bapakku yang punya temen kokoh-kokoh kalau pas ke rumahnya, kadang aku ikut Bapak nganter rambutan kalau pas panen, sering lihat istrinya si Kokoh gendong-gendong anjing mungilnya. Beneran aku takjub.

Lalu pekan berikutnya ketika si Kakak mengajakku kumpul lagi sama mereka, karena sudah mendekati akhir program KKN mereka mengajak kita makan-makan di bebek cak Koting. 

Sebelahku ada Mia (bukan Miyabi) pacar salah satu peserta KKN dan hubungan kami lumayan dekat ya. Setelah acara makan-makan selesei, dan bentar lagi bubaran, aku berbisik ke telinga Mia,"Mia..kamu tahu gak kalau Trimo dibunuh pakai karung terus dibikin sate?"

"Tahu lah.. wong aku ikut makan kok. Enak tahu... Apalagi kalau dibikin rica-rica. Cuma kalau habis makan badan rasanya jadi panas gitu. " Dengan enteng dia menjawab. Sungguh jawaban diluar perkiraan BMKG. Aku speechless. Melongo. Horror kali mereka ini.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun