Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mereka yang Merampok Atas Nama Tuhan, Apakah Akan Dibiarkan?

27 Juli 2016   08:07 Diperbarui: 27 Juli 2016   08:31 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ketika ayat suci disalahgunakan. Photo pribadi

Seperti lingkaran setan, proses Indoktrinasi, hilangnya akal sehat, brain wash,..mereka lakukan untuk mendapatkan lebih banyak lagi keuntungan pribadi. Sang korban membawa lingkaran pertemanan, persaudaraan untuk ikut serta dalam jamaah, tak sadar mereka memasuki lubang kelam kematian karakter pribadi yang mereka miliki sejak lahir, kematian akal sehat, kematian nurani, kematian tanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga dan sekitar.

Pemerintah,..kemanakah kami harus bernaung dan meminta perlindungan? Ketika mereka yang tersadar dari indoktrinasi dan mulai menggunakan akal sehat ingin keluar dari lingkaran kejahatan ini,…mereka diancam keselamatannya, juga anggota keluarganya. Para imam menggunakan jamaah yang masih dibawah pengaruh brain wash untuk mengawasi, memaksa, mengancam, mengindoktrinasi ulang apara anggota yang mulai menyadari jati dirinya?

Tolonglah kami MUI, tolonglah kami kementrian Agama,  tolonglah kami pak polisi, Kementrian Hukum dan Kejaksaan.... Sampai kapan orang-orang seperti ini membodohi umat?

Kami, keluarga yang sadar bahwa anggota keluarga kami menjadi korban, tak bisa melaporkan kasus ini pada polisi, karena korban belum sepenuhnya sehat nalarnya. Merasa bukan korban kejahatan. Mereka menyerahkan seluruh asset kekayaannya sendiri, tidak dipaksa, selalu itulah dalih yang digunakan sang pemimpin. Tapi sampai kapan kejahatan para imam aliran-aliran yang berkedok agama ini bisa merajalela mencari korban berikutnya dan menghisap habis kekayaan jamaahnya? Apakah kalian tak menyadari aliran-aliran menyimpang ini tumbuh subur di Indonesia? Karena tak ada yang mengawasi.

Para imam ini disembah layaknya raja, bahkan kentut mereka pun dianggap sewangi kesturi? Mereka juga manusia, yang punya ambisi, apalagi jika taka da yang berani mengkritisi.

Kemana kami, yang masih peduli pada keselamatan keluarga kami, meminta keadilan atas kejahatan orang-orang yang merampok atas nama Tuhan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun