Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat Terbuka untuk Mbak Risty Tagor dan Stuart Collin

4 Januari 2016   09:53 Diperbarui: 4 Januari 2016   11:27 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dikutip dari tabloid Bintang karya Akrom Sukarya"][/caption]

Assalamualaikum wr wb

Apa kabar mbak Risty dan Mas Stu? Semoga kalian berdua selalu dirahmati Allah SWT. Kebetulan hampir dua minggu libur membuat saya punya kesempatan banyak untuk menonton televisi. Kebetulan saat pulang kampung dan di luar hujan, iseng-iseng saya nyetel infotainment yang isinya ngrasani para selebriti. Kadang ngrasani orang itu memang sedep padahal tahu kalau itu tidak baik.

Lalu,..saya lihat di situ, ada Mbak Risty dan Mas Stu lagi duduk di sidang cerai di Pengadilan agama. Pembawa acara menjelaskan bahwa Mbak Risty bersikeras untuk bercerai sementara Mas Stu bersikeras untuk mempertahankan rumah tangga kalian yang bahkan belum seumur jagung siap panen itu. MasyaAllah,... hati saya perih melihatnya.

Saya tidak punya kapasitas untuk membenarkan atau menyalahkan tindakan kalian. Masing-masing orang punya nilai sendiri apa yang dianggapnya sebagai kesalahan fatal yang tak perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan lagi.

Mas Stu memang telah berbuat kesalahan fatal, (yang disebutkan media) bertindak kasar pada anak tirinya dan membuat mbak Risty merasa dibohongi karena ketika masih pedekate sikapnya baiiiik sekali pada Aksayna.  Jadi kemarin sikap itu palsu? Sekedar usaha untuk merebut hati supaya mau dijadikan istri? Yah,.. kalaupun saya juga yang berada di pihak Mbak Risty juga pasti sakit hati anak kita disakiti dan kita merasa dibohongi.

Tapi Allah itu sungguh Maha Pengampun, sebesar apapun kesalahan yang pernah kita lakukan selama tobatnya tobat Nasuha, berjanji bersungguh-sungguh untuk memperbaiki diri dan tak mengulang kesalahan yang sama Allah pasti mengampuni. Jika Tuhan pemilik jagat raya yang Maha diatas segala Maha itu bisa mengampuni,... mengapa tidak memberi kesempatan yang sama pada suami untuk memperbaiki sikapnya? Memaafkan sepenuh hati,.. mencoba berkhusnudlon dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri untuk menjadi suami dan ayah yang lebih baik lagi? Bukankah Stu terlihat menyesali perbuatannya dan berkali-kali mencoba bertemu untuk menjalin komunikasi lagi dengan istri dan anaknya?

Mbak Risty tahu,... di luar sini, dalam kehidupan nyata yang jauh dari gambaran sinetron Indonesia, begitu banyak tragedi rumah tangga yang tak terekspos di media?

Berapa banyak para suami yang melakukan perselingkuhan berkali-kali?

Berapa banyak suami yang melakukan KDRT berkali-kali,..membuat istrinya harus kehilangan gigi, patah tulang dan remuknya harga diri?

Mengabaikan anak istri berkali-kali, lalu kembali pulang tanpa beban dan rasa bersalah?

Berapa banyak suami yang meninggalkan keluarga tanpa nafkah bertahun-tahun tanpa merasa bersalah dan memang tak meminta maaf pada anak istrinya?

Berapa banyak suami yang menularkan penyakit kelamin dan AIDS pada anak dan istrinya dan begitu pengecut tak pernah mau mengakui dan memperbaiki diri?

Berapa banyak suami yang memiliki wanita lain dan membawanya ke rumah dan mengajaknya tidur di kamar tempat ia dan istrinya menghabiskan malam selama bertahun-tahun? Tahu betapa remuknya hati para perempuan ini? 

Semua cerita di atas bukan rekaan, bukan karangan, bukan sinetron atau isi novel tapi kisah nyata yang disembunyikan para istri di balik senyum yang dipaksakan terlihat bahagia. Bukalah mata Mbak Risty, buka hatimu..

Banyak sekali Mbak Risty, tapi para istri ini, sungguh masyaAllah begitu berbesar hati memaafkan tindakan para suami, demi utuhnya rumah tangga dan membuat anak-anak tetap bisa melihat wajah ayah ibunya setiap ia bangun pagi? Renungkanlah...

Tak hendak memojokkan Mbak Risty di kasus ini, tapi cobalah renungkan, pikirkan lagi, bandingkan dengan kasus-kasus di atas, tapi yang tahu permasalahannya adalah kalian berdua, maka bicarakanlah berdua dengan hati terbuka, untuk sementara jangan libatkan keluarga besar dulu, kalian berdua mahluk dewasa, tahu apa yang diinginkan, dengarkan hati nurani, jika masih ada rasa cinta yang tersisa mengapa tidak mencoba untuk diperbaiki lagi? Bukankah cinta juga mennerima sisi baik dan buruk pasangan kita? Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki, dengan niat yang sungguh-sungguh tulus untuk memperbaiki keadaan. Ataukah cinta begitu cepat mati? lalu bergegas mencari cinta yang baru lagi? Bukankah cinta sejati itu tak mudah datang dan pergi? Jika cinta itu kita anggap berharga  bukankah menjadi kewajiban bagi kita untuk memeliharanya?

Buat Mas Stu, akuilah secara ksatria jika masih punya kesalahan, berbesar hatilah, akui di depan istri, minta maaf pada istri dan anak yang tersakiti, juga pada dua belah pihak keluarga. Lelaki sejati tak pernah malu mengakui kesalahan, yang terpenting adalah memperbaiki kesalahan itu, dan berjanjilah sungguh-sungguh pada diri sendiri untuk menjadi suami dan ayah yang baik. Yang bertanggungjawab, yang membuat adem hati istri dan anak, meskipun bukan anak kandung sendiri. InsyaAllah ada banyak kebaikan yang akan mengalir pada kehidupan sampeyan sekeluarga. Lihatlah Mbak Ashanti yang bisa menyayangi anak-anak tirinya dengan tulus dan lihatlah bahagianya keluarga ini.

Sebenarnya merebut kembali hati istri bisa dilakukan lagi. Perlihatkan perilaku yang baik, yang memang bersungguh-sungguh berusaha memperbaiki keadaan rumah tangga kalian. Bangun komunikasi dengan Arsen dan istri. Untuk memperoleh kepercayaan mereka lagi.  Terbukalah. Dengarkanlah...Apa sebenarnya yang diinginkan istri. Berusaha membahagiakan istri. Jika punya janji yang belum ditepati, bicarakanlah secara terbuka.

Kadang,.. perempuan itu bicara A tapi yang sebenarnya diinginkan A'. Jadi suami dan kepala keluarga memang berat Mas Stu. Memang harus pandai membaca pikiran istri. Susah mas? banget! Tapi jika pernikahan ini dianggap berharga, jangan putus asa mencoba. Jangan mudah menyerah. Kesungguhan sampeyan insyaAllah bisa meluluhkan hati istri. Jadikanlah permasalahan dengan istri saat ini sebagai hal terpenting untuk diselesaikan berdua.

Pernikahan adalah perjanjian besar di hadapan Tuhan. Sebuah mistaqan ghalidza, yang lebih besar dari perjanjian Nabi Musa As dengan Tuhan di Bukit Thursina. Ketika akad terucap, ribuan malaikat menjadi saksi dan mengamini doa bagi mempelai. Meskipun begitu mudah bagi kalian berdua untuk segera mencari ganti (saya yakin itu, dengan wajah kalian yang cantik dan ganteng) tapi pernikahan yang kalian lakukan bukanlah sebuah permainan atau adegan dalam sinetron. Ketika sutradara bilang "Cut!" semua selesai. Alat-alat dirapikan dan masing-masing pulang ke keluarganya. Tidak begitu. Ada janin yang ketika ia lahir berhak untuk bahagia, berhak untuk selalu dipeluk ayah ibunya kapanpun ia mau. Ada bayi yang berhak untuk merasa bahagia karena ia memperoleh cinta dan perhatian yang sama besar dari ayah ibunya. Apakah sebagai orang tua kalian berhak bersikap egois, merenggut kebahagiaan bayi kecil yang nanti lahir? Yang kalian bilang kalian cintai. Tapi tentu, need two to tango, butuh dua belah pihak untuk mempertahankan rumah tangga. Ada kemauan dan niat baik dari dua belah pihak untuk memperbaikinya.

Ah,.. nanti kan ada waktu buat ayahnya berkunjung kapanpun ia mau? Itu bullsh*t!!! Tak sesederhana itu ketika kalian sudah bukan suami istri. Apalagi jika masing-masing pihak sudah punya pasangan lagi. Pikirkanlah Mbak Risty,..dengan hati-hati. Maaf jika saya menitikberatkan pada mbak Risty, karena sepertinya andalah yang punya peranan lebih besar untuk membuat segalanya menjadi kembali baik. dan saya yakin Mbak Risty bisa berpikir jernih di sini. Bukankah lebih bahagia menjalani kehamilan dengan dukungan suami, dengan kasih sayang dan perhatian yang tulus dari bapak si bayi? Dan berbagi momen kelahiran berdua? Saling memandang dan berpegangan tangan untuk menguatkan ketika Mbak Risty berjuang melahirkan adik Arsen?

Begitu banyak jomblo di Indonesia ini, yang begitu ingin segera menikah. Yang berusaha keras untuk memperoleh satu orang saja sebagai pendamping. Yang begitu besar keinginannya untuk mewujudkan cita-cita mulia menikah dan membangun keluarga. Yang sepenuh hati bermunajat tiap malam untuk segera memperoleh pasangan, membangun rumah tangga dengan mimpi-mimpi yang jauh lebih sederhana dari kalian berdua tapi belum memiliki kesempatan mewujudkannya. Dan kalian, apakah ingin menyia-nyiakan anugerah ini?

Dan begitu banyak suami istri yang mati-matian berjuang mempertahankan rumah tangganya mesti harus menyeberangi lautan darah. Yang ingin keluarganya tetp utuh namun dipaksa untuk menyerah. Dan kalian,... tidakkah tindakan kalian ini menyakiti hati begitu banyak orang yang sungguh-sungguh ingin memiliki keluarga? Pikirkanlah lagi.

Dan keluarga besar kedua belah pihak, dinginkanlah hati, bijakkanlah tindakan. Doronglah keduanya bertemu, beri kesempatan mereka bicara dari hati ke hati tentang apa yang mereka ingin lakukan. Beri mereka dorongan untuk melakukan perbaikan, dan bukan dengan saling menjatuhkan satu sama lain. Mari menjadi orang tua dan saudara yang bijaksana.

 

NB : Tak ada niat buruk ketika menuliskan semua ini untuk Mbak Risty dan Mas Stu, hanya ingin melihat kalian memiliki cerita yang berakhir bahagia. Ingin melihat anak-anak yang tumbuh bahagia dalam keluarga yang utuh. Karena kalian adalah contoh bagi banyak pasangan muda Indonesia.  Kalian bisa dan mampu. tanya hatimu sendiri.

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun