Mohon tunggu...
Shita Rahmawati Rahutomo
Shita Rahmawati Rahutomo Mohon Tunggu... Penulis - Corporate Communication, Corporate Secretary, Public Relation, ex jurnalis, akademisi, penulis, blogger, reviewer.

a.k.a Shita Rahmawati or Shita Rahmawati Rahutomo, corporate communication, public relation, officer, penulis, gila baca, traveler, blogger, cooking addicted, dreamer, social voluntary, akademisi, BRIN Awardee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat Terbuka untuk Mbak Risty Tagor dan Stuart Collin

4 Januari 2016   09:53 Diperbarui: 4 Januari 2016   11:27 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa banyak suami yang meninggalkan keluarga tanpa nafkah bertahun-tahun tanpa merasa bersalah dan memang tak meminta maaf pada anak istrinya?

Berapa banyak suami yang menularkan penyakit kelamin dan AIDS pada anak dan istrinya dan begitu pengecut tak pernah mau mengakui dan memperbaiki diri?

Berapa banyak suami yang memiliki wanita lain dan membawanya ke rumah dan mengajaknya tidur di kamar tempat ia dan istrinya menghabiskan malam selama bertahun-tahun? Tahu betapa remuknya hati para perempuan ini? 

Semua cerita di atas bukan rekaan, bukan karangan, bukan sinetron atau isi novel tapi kisah nyata yang disembunyikan para istri di balik senyum yang dipaksakan terlihat bahagia. Bukalah mata Mbak Risty, buka hatimu..

Banyak sekali Mbak Risty, tapi para istri ini, sungguh masyaAllah begitu berbesar hati memaafkan tindakan para suami, demi utuhnya rumah tangga dan membuat anak-anak tetap bisa melihat wajah ayah ibunya setiap ia bangun pagi? Renungkanlah...

Tak hendak memojokkan Mbak Risty di kasus ini, tapi cobalah renungkan, pikirkan lagi, bandingkan dengan kasus-kasus di atas, tapi yang tahu permasalahannya adalah kalian berdua, maka bicarakanlah berdua dengan hati terbuka, untuk sementara jangan libatkan keluarga besar dulu, kalian berdua mahluk dewasa, tahu apa yang diinginkan, dengarkan hati nurani, jika masih ada rasa cinta yang tersisa mengapa tidak mencoba untuk diperbaiki lagi? Bukankah cinta juga mennerima sisi baik dan buruk pasangan kita? Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki, dengan niat yang sungguh-sungguh tulus untuk memperbaiki keadaan. Ataukah cinta begitu cepat mati? lalu bergegas mencari cinta yang baru lagi? Bukankah cinta sejati itu tak mudah datang dan pergi? Jika cinta itu kita anggap berharga  bukankah menjadi kewajiban bagi kita untuk memeliharanya?

Buat Mas Stu, akuilah secara ksatria jika masih punya kesalahan, berbesar hatilah, akui di depan istri, minta maaf pada istri dan anak yang tersakiti, juga pada dua belah pihak keluarga. Lelaki sejati tak pernah malu mengakui kesalahan, yang terpenting adalah memperbaiki kesalahan itu, dan berjanjilah sungguh-sungguh pada diri sendiri untuk menjadi suami dan ayah yang baik. Yang bertanggungjawab, yang membuat adem hati istri dan anak, meskipun bukan anak kandung sendiri. InsyaAllah ada banyak kebaikan yang akan mengalir pada kehidupan sampeyan sekeluarga. Lihatlah Mbak Ashanti yang bisa menyayangi anak-anak tirinya dengan tulus dan lihatlah bahagianya keluarga ini.

Sebenarnya merebut kembali hati istri bisa dilakukan lagi. Perlihatkan perilaku yang baik, yang memang bersungguh-sungguh berusaha memperbaiki keadaan rumah tangga kalian. Bangun komunikasi dengan Arsen dan istri. Untuk memperoleh kepercayaan mereka lagi.  Terbukalah. Dengarkanlah...Apa sebenarnya yang diinginkan istri. Berusaha membahagiakan istri. Jika punya janji yang belum ditepati, bicarakanlah secara terbuka.

Kadang,.. perempuan itu bicara A tapi yang sebenarnya diinginkan A'. Jadi suami dan kepala keluarga memang berat Mas Stu. Memang harus pandai membaca pikiran istri. Susah mas? banget! Tapi jika pernikahan ini dianggap berharga, jangan putus asa mencoba. Jangan mudah menyerah. Kesungguhan sampeyan insyaAllah bisa meluluhkan hati istri. Jadikanlah permasalahan dengan istri saat ini sebagai hal terpenting untuk diselesaikan berdua.

Pernikahan adalah perjanjian besar di hadapan Tuhan. Sebuah mistaqan ghalidza, yang lebih besar dari perjanjian Nabi Musa As dengan Tuhan di Bukit Thursina. Ketika akad terucap, ribuan malaikat menjadi saksi dan mengamini doa bagi mempelai. Meskipun begitu mudah bagi kalian berdua untuk segera mencari ganti (saya yakin itu, dengan wajah kalian yang cantik dan ganteng) tapi pernikahan yang kalian lakukan bukanlah sebuah permainan atau adegan dalam sinetron. Ketika sutradara bilang "Cut!" semua selesai. Alat-alat dirapikan dan masing-masing pulang ke keluarganya. Tidak begitu. Ada janin yang ketika ia lahir berhak untuk bahagia, berhak untuk selalu dipeluk ayah ibunya kapanpun ia mau. Ada bayi yang berhak untuk merasa bahagia karena ia memperoleh cinta dan perhatian yang sama besar dari ayah ibunya. Apakah sebagai orang tua kalian berhak bersikap egois, merenggut kebahagiaan bayi kecil yang nanti lahir? Yang kalian bilang kalian cintai. Tapi tentu, need two to tango, butuh dua belah pihak untuk mempertahankan rumah tangga. Ada kemauan dan niat baik dari dua belah pihak untuk memperbaikinya.

Ah,.. nanti kan ada waktu buat ayahnya berkunjung kapanpun ia mau? Itu bullsh*t!!! Tak sesederhana itu ketika kalian sudah bukan suami istri. Apalagi jika masing-masing pihak sudah punya pasangan lagi. Pikirkanlah Mbak Risty,..dengan hati-hati. Maaf jika saya menitikberatkan pada mbak Risty, karena sepertinya andalah yang punya peranan lebih besar untuk membuat segalanya menjadi kembali baik. dan saya yakin Mbak Risty bisa berpikir jernih di sini. Bukankah lebih bahagia menjalani kehamilan dengan dukungan suami, dengan kasih sayang dan perhatian yang tulus dari bapak si bayi? Dan berbagi momen kelahiran berdua? Saling memandang dan berpegangan tangan untuk menguatkan ketika Mbak Risty berjuang melahirkan adik Arsen?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun