Apa Pak X lupa ya kalau Bu X dan istri keduanya juga punya hati dan perasaan? Bukan sekedar mahluk bernyawa yang hanya merasa lapar? Mereka juga rindu dihargai, disayangi, diprioritaskan, dilindungi, dinafkahi lahir dan batinnya. Anak-anak yang tak pernah meminta dilahirkan itu juga butuh kasih sayang, perhatian dan terpenuhinya kebutuhan jasmani rohaninya. Mengapa justru orang-orang yang secara atribut keagamaan begitu mengidentikkan dengan Islam tapi dalam pelaksanaannya justru jadi suami dan ayah yang egois, tak punya hati, tak bertanggung jawab dan tak tahu batas dan kemampuan dirinya sendiri?" Lalu apa arti ibadahnya selama ini jika ada anak istrinya saja ia tak berlaku baik? Bukankah perlakuannya pun merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga?
Saya sedih, saya geram, saya benci. Perempuan, para istri yang menyerahkan hidupnya bulat-bulat dalam lembaga perkawinan mulai kini harus belajar mandiri. Entah kerja di rumah atau apapun, harus mulai mandiri dalam keuangan. Karena kesetiaan dan hati suami itu tak punya garansi, tak bisa kita pastikan expire date-nya. Setidaknya menabunglah untuk kepentingan anak-anak nanti. Membayangkan Bu X, Umar si sulung yang baru berusia 13 tahun beserta 6 adiknya hati saya perih. Tapi saya yakin, Allah pasti akan memberikan pertolongan bagi mereka.
Tolonglah mereka ya Allah, cukupkanlah dan baikkanlah hidupnya dengan cara ajaibMu yang penuh misteri. Amin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI