Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketum Parpol Seperti Tuhan Bagi Politisi

30 April 2022   17:21 Diperbarui: 30 April 2022   17:43 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam nalar politisi, untuk mengamankan segala kepentingannya, mereka lebih takut Ketum Parpol. Tuhan dalam urusan politik, terlebih bagi "politisi pelacur" tidaklah penting. Bagi mereka mengamankan kepentingan dan mendapatkan kekuasaan itu yang utama. Pergerakan otak mereka untuk takut selain Ketum parpol sementara waktu dimatikan.

Mereka yang karakternya seperti itu meyakini nasib, hidup matinya di dalam karir politik ditentukan Ketum parpol. Boleh saja di luar urusan politik para "politisi bandit" itu mengikuti, taat, dan takut terhadap Tuhan. Situasi tersebut dapat kita saksikan dalam panggung politik kita di Indonesia. Betapa loyalitas politisi kepada Ketum parpol begitu tinggi.

Politisi ini lupa bahwa yang membuat mereka ada yakni Tuhan. Untuk eksistensi politik, politisi ada dan dihormati karena ada rakyat. Harusnya pemahaman berlebihan seperti mendewakan "mengkultuskan" Ketum parpol dihilangkan. 

Para politisi mestinya mengistimewakan rakyat. Dalam urusan pengabdian sebagai politisi, tidak etis jika politisi lebih takut Ketum parpol. Kemudian, mengesampingkan kepentingan rakyat.

Kadang sikap politisi itu seperti tidak berimbang. Tidak tepat menempatkan seolah-olah Ketum parpol disewakan, Tuhan dan rakyat diabaikan. Contoh paling riil seperti yang dilakukan para politisi koruptor. Tidak jarang informasi yang kita dengar ialah para oknum Bendahara partai politik bekerja menjadi mesin pencari uang. Mereka diperintah Ketum.

Begitu tidak takutnya politisi jahat ini kepada Tuhan dan rakyat. Sungguh memalukan, tidak punya nurani, dan mencederai akal sehat publik. Ketum parpol begitu dihormati, didewa-dewakan. 

Lantas Tuhan dan rakyat diabaikan. Rakyat tidak dipandang lagi sebagai pemegang kedaulatan. Pantaslah, bencana demokrasi tidak berhenti datang di Indonesia ini. Karena ulah satu-dua oknum bejat itu, membuat rakyat menanggung akibatnya.

Pelaku, terlebih Terpidana korupsi yang adalah politisi telah membuktikan itu. Mereka membuktikan kalau Tuhan tidak mereka takuti. Bahwa sebagian politisi kita lebih takut Ketum parpol. Takut kepentingan pribadi diganggu, ketimbang Tuhan maupun rakyat. 

Mereka menganggap di internal parpol, Ketum itu seperti Nabi, bahkan menyerupai Tuhan. Sungguh luar biasa. Bisa saja politisi kita akan melakukan perbuatan menyekutukan Allah (syirik).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun