Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Adian Trigger Perubahan, dari Jalanan Layak Pimpin Indonesia

22 Februari 2022   08:28 Diperbarui: 22 Februari 2022   09:30 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Adian (Foto Tribunnews)


FIGUR
muda yang dikenal masih konsisten memperjuangkan nasib rakyat termarginal. Jebolan aktivis 1998 yang tampil di publik dengan totalitasnya berpihak pada rakyat. Dialah sosok Adian Napitapulu. Ketika tampil di Media Massa, Bung Adian mengarahkan konsentrasi dan perhatiannya pada kepentingan rakyat. 

Tidak seperti Ali Mochtar Ngabalin, yang menjengkelkan, membabi buta membela pemerintah. Sehingga nyaris tenggelam rasionalitas dan nalar kritisnya. Bagaimanapun reputasi aktivis bukan semata pemuja pemerintah. Perlu ada narasi bermutu. Ada usul kritis dan koreksi.

Pria yang bernama lengkap Adian Yunus Yusak Napitupulu, S.H, merupakan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Dalam proyeksi politik, regenerasi kepemimpinan nasional, rasanya sangat layak figur pemimpin muda seperti Bung Adian diorbitkan dalam Pilpres 2024. Figur di internal PDI-P yang layak diberi tempat dalam bursa Capres dan Cawapres. Untuk kalangan muda progresif di PDI-P, diantaranya Bung Adian, Bung Budiman Sudjatmiko, Ahmad Basara, dan Bung Ara atau Maruar Sirait.

Terlebih Bung Adian, yang menurut saya memiliki keunggulan dan nilai lebih. Pria kelahiran Manado, 9 Januari 1971 itu memiliki sejumlah pengalaman berharga. Selain dikenal sebagai aktivis mahasiswa tulen, legislator jalanan. 

Sebelum masuk ke parlemen sebagai wakil rakyat. Memang suara kritis Bung Adien selalu membuat bising telinga penguasa. Analisis kritisnya menyilaukan mata, membuat risih kaum oligarki. Bagi kaum aktivis mahasiswa, pasti terpesona, salut dan bersimpati pada sosok yang satu ini.

Bung Adian menjadi magnet pergerakan mahasiswa di zamannya. Bahkan sampai saat ini. Tidak berlebihan, politisi lulusan Universitas Kristen Indonesia (UKI) tersebut dikenal punya komitmen besar membela kawan-kawan juangnya. Demi kolektifitas perjuangan, Bung Adian rela mengantri dan menjadi martir reformasi.

Mengakomodasi perjuangan sahabat juangnya, menurutnya sudah aktivis 98 menguasai penggung pemerintahan. Sebab, mereka berjasa besar dan juga bertanggung jawab menjaga, menyelamatkan Indonesia. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari rongrongan kelompok intoleran.

Dalam sejumlah kesempatan, narasi dan edukasi yang disampaikan Bung Adian selalu saja diarahkan untuk optimalisasi serta konsolidasi demokrasi. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila, menjauhkan rakyat dari anasir-anasir yang mempolarisasi. Tradisi jegal menjegal dilawannya. Saatnya kolaborasi.

Indonesia jangan disekat dalam ruang sempit. Yang kemudian melahirkan disintegrasi bangsa. Bung Adian berpolitik dengan berdiri di atas kepentingan semua golongan. Dengan prinsip gotong royong, Bung Adian menganeksasi kepentingan rakyat di jantung-jantung kekuasaan.

Potret politisi populis, representatif kaula muda yang kritis ini tercatat relatif lama menyandang status sebagai mahasiswa (kurang lebih 16 tahun). Sejak 1991 menempuh studi di UKI Jakarta, pada tahun 2007 baru berhasil meraih gelar Sarjana. Tentu bukan karena kemalasan belajar, atau tidak pandai. Bung Adian doyan berkelana intelektual, menciptakan forum ilmiah, menghadiri seminar dan diskusi-diskusi kritis untuk mengasa diri sekaligus memberi pencerahan kepada publik. Tanpa henti, kegiatan literasi dilakukannya.

Pendiri Forum Kota (FORKOT) tahun 1998 itu telah berkali-kali menjadi wakil rakyat. Dalam posisi sebagai pejabat publik tidak membuat Bung Adian lantas tumpul dan redup suara kritisnya. Keterlibatan aktif, bahkan ia menjadi pioneer dalam tiap momentum penting kemajuan di republik Indonesia tercinta. 

Bung Adian juga punya cerita kedekatan, bersenyawa semangatnya, keberpihakan memperjuangkan Presiden Joko Widodo. Dua sosok ini bukan sebagai antitesa. Melainkan perannya saling menguatkan. Yang satunya di Parlemen (Legislatif), dan satunya lagi di top Eksekutif. Kerja-kerja kolaboratif selalu diutarakannya saat sesi dialog publik, dicontohkan Bung Adian. Layak menjadi role model, yang melahirkan legacy.

Tidak hanya itu, Bung Adian yang merupakan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Daerah Pemilihan Jawa Barat V ini sangat layak direkomendasikan sebagai Capres agar roda perjuangan pembaharuan, kemajuan Indonesia terus bergerak. Keberlanjutan pembangunan dari Jokowi perlu dihidupkan. Api akselerasi pembangunan jangan dipadamkan. 

Tak boleh tonggak pembangunan Indonesia setelah Jokowi menjadi Presiden diberikan ke figur yang tidak tepat. Mereka yang tidak ikut terlibat, ahistoris terhadap kemajuan arah pembangunan Indonesia hanyalah membuat Indonesia menuju persimpangan. Membuat Indonesia terdegradasi.

Sejak menjadi mahasiswa sederet rekam jejak Bung Adian memberi inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa hari ini untuk konsep pada isu-isu kebangsaan. Bung Adian dikenal gemar demonstran. Karena aktivitas, produktivitas intelektualnya membuat kuliahnya diabaikan. Meski akhirnya selesai studi dengan gelar Sarjana Hukum (SH). Aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) itu dikenal vokal. Juga blak-blakan dan jelas keberpihakannya kepada rakyat kecil. 

Bacaannya terhadap masalah selalu multi-perspektif. Bung Adian komprehensif, detail, cermat, dan radikal membedah sebuah permasalahan. Sepertinya ia anti terhadap argumentasi yang dilandasi analisis parsial. Apalagi, statemen menghakimi, mendiskreditkan, atau cara-cara diskriminasi lainnya. Tokoh politisi yang begitu nasionalis, pemikiran nasionalisme mewarnai jejak karir Bung Adian.

Kurang lebih 16 tahun, Bung Adian menamatkan studi strata satu. Karakter sebagai aktivis 98 sangat kuat, terpancar dalam aktivitasnya. Hal ini ditandai dengan solidaritasnya yang tidak pudar. Bagi Bung Adian kritik dan antikritik perlu dihidupkan. Politisi PDI-P ini sangat marah terhadap pemimpin yang menyumbat, membungkam suara kritik. Seorang politisi yang bisa saya sebut sebagai politisi rasional-kritis. Terdidik di jalanan yang membuat Bung Adian terbiasa dengan gempuran, dan tahan banting.

Satu lagi, Bung Adian tak mengenal istilah lari atau mundur meninggalkan kawan juang di medan perjuangan. Saat gempuran senjata musuh dibunyikan, lantang dihadapinya. Perlawanan terhadap otoritarianisme, oligarki, politik aliran atau politik identitas, politik dinasti, hegemoni kapitalisme, selalu diperanginya. 

Bagi Bung Adian, praktek politik yang cenderung akan merusak dan merugikan kepentingan demokrasi. Kedaulatan rakyat digadaikan, dicuri kaum kapitalis. Kesewenang-wenangan dilanggengkan, inilah bahaya dan menjadi musuh kaum reformis. Sisi humanisme, kepekaan dan egaliternya Bung Adian telah teruji. Sehingga itulah, beliau layak diusung sebagai Capres di Pemilu 2024.

Selaku aktivis saya kagum, menaruh hormat terhadap figur yang satu ini. Diserang, dicaci maki, dialienasi, bahkan dipenjarapun sudah pernah dilaluinya. Bung Adian rupanya meyakini bahwa kehidupan harus dihadapi dengan hati yang tulus. Kedamaian, bukan peperangan yang dirindukan rakyat semesta. Namun jika rakyat diserang, dirampok hak-haknya, rakyat sipil wajib berkonsolidasi untuk bangun perlawanan. 

Disaat pemerintahan Jokowi, 'Tuama Manado' ini menyadari belum ada rasanya situasi kisruh, pelik. Problem akut seperti di era Orba belum ada menurut Bung Adian. Atas alasan itulah, ia menggalang seluruh elemen rakyat mendukung, menyukseskan pemerintahan Jokowi-KH Ma'ruf Amin.

Menirknya lagi, saya menilai Bung Adian mengerti betul anatomi intelektual. Dimana pada level tersebut, kuliah bukanlah kewajiban. Melainkan hanya tugas menjalankan amanah orangtua. Yang menjadi kewajiban, keharusan ialah belajar. Belajar yang sebetulnya menjadi prioritas. Melalui belajar tanpa henti, manusia akan merobohkan penjara kemiskinan dan penindasan lainnya. Harapan kita generasi muda, Pemilu 2024 dapat mengakomodasi aktivis 98 sebagai Capres dan Cawapres.

Anggota Komisi VII DPR yang saya dengan takzim menyebutnya sebagai singa podium ini sudah berada dalam spektrum kekuasaan. Mesti satu dua langkah lagi maju. Jangan terus-menerus menjadi pemantik, harus turun gelanggang sebagai kontestan di Pilpres 2024. Sudah saatnya kaum progresif revolusioner menginfiltrasi diri. Mengambil alih pertarungan, jangan rela dan membiarkan panggung politik kita didesain lagi kelompok tua.

Indonesia adil, makmur, berdaulat, dan maju bukan lagi mimpi jika Bung Adian menjadi Presiden. Penyederhanaan dan cara-cara efektif mengorkestrasi kebutuhan, kepentingan rakyat mahfum dilakukannya. Itu sebabnya, semua rakyat akan satu padu bila parpol menawarkan figur seperti Bung Adian. Publik menginginkan Indonesia maju, merdeka, mandiri, dan jauh dari kemiskinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun