Mohon tunggu...
Amas Mahmud
Amas Mahmud Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi

Melihat mendengar membaca menulis dan berbicara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Adian Trigger Perubahan, dari Jalanan Layak Pimpin Indonesia

22 Februari 2022   08:28 Diperbarui: 22 Februari 2022   09:30 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Adian (Foto Tribunnews)

Bung Adian juga punya cerita kedekatan, bersenyawa semangatnya, keberpihakan memperjuangkan Presiden Joko Widodo. Dua sosok ini bukan sebagai antitesa. Melainkan perannya saling menguatkan. Yang satunya di Parlemen (Legislatif), dan satunya lagi di top Eksekutif. Kerja-kerja kolaboratif selalu diutarakannya saat sesi dialog publik, dicontohkan Bung Adian. Layak menjadi role model, yang melahirkan legacy.

Tidak hanya itu, Bung Adian yang merupakan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Daerah Pemilihan Jawa Barat V ini sangat layak direkomendasikan sebagai Capres agar roda perjuangan pembaharuan, kemajuan Indonesia terus bergerak. Keberlanjutan pembangunan dari Jokowi perlu dihidupkan. Api akselerasi pembangunan jangan dipadamkan. 

Tak boleh tonggak pembangunan Indonesia setelah Jokowi menjadi Presiden diberikan ke figur yang tidak tepat. Mereka yang tidak ikut terlibat, ahistoris terhadap kemajuan arah pembangunan Indonesia hanyalah membuat Indonesia menuju persimpangan. Membuat Indonesia terdegradasi.

Sejak menjadi mahasiswa sederet rekam jejak Bung Adian memberi inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa hari ini untuk konsep pada isu-isu kebangsaan. Bung Adian dikenal gemar demonstran. Karena aktivitas, produktivitas intelektualnya membuat kuliahnya diabaikan. Meski akhirnya selesai studi dengan gelar Sarjana Hukum (SH). Aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) itu dikenal vokal. Juga blak-blakan dan jelas keberpihakannya kepada rakyat kecil. 

Bacaannya terhadap masalah selalu multi-perspektif. Bung Adian komprehensif, detail, cermat, dan radikal membedah sebuah permasalahan. Sepertinya ia anti terhadap argumentasi yang dilandasi analisis parsial. Apalagi, statemen menghakimi, mendiskreditkan, atau cara-cara diskriminasi lainnya. Tokoh politisi yang begitu nasionalis, pemikiran nasionalisme mewarnai jejak karir Bung Adian.

Kurang lebih 16 tahun, Bung Adian menamatkan studi strata satu. Karakter sebagai aktivis 98 sangat kuat, terpancar dalam aktivitasnya. Hal ini ditandai dengan solidaritasnya yang tidak pudar. Bagi Bung Adian kritik dan antikritik perlu dihidupkan. Politisi PDI-P ini sangat marah terhadap pemimpin yang menyumbat, membungkam suara kritik. Seorang politisi yang bisa saya sebut sebagai politisi rasional-kritis. Terdidik di jalanan yang membuat Bung Adian terbiasa dengan gempuran, dan tahan banting.

Satu lagi, Bung Adian tak mengenal istilah lari atau mundur meninggalkan kawan juang di medan perjuangan. Saat gempuran senjata musuh dibunyikan, lantang dihadapinya. Perlawanan terhadap otoritarianisme, oligarki, politik aliran atau politik identitas, politik dinasti, hegemoni kapitalisme, selalu diperanginya. 

Bagi Bung Adian, praktek politik yang cenderung akan merusak dan merugikan kepentingan demokrasi. Kedaulatan rakyat digadaikan, dicuri kaum kapitalis. Kesewenang-wenangan dilanggengkan, inilah bahaya dan menjadi musuh kaum reformis. Sisi humanisme, kepekaan dan egaliternya Bung Adian telah teruji. Sehingga itulah, beliau layak diusung sebagai Capres di Pemilu 2024.

Selaku aktivis saya kagum, menaruh hormat terhadap figur yang satu ini. Diserang, dicaci maki, dialienasi, bahkan dipenjarapun sudah pernah dilaluinya. Bung Adian rupanya meyakini bahwa kehidupan harus dihadapi dengan hati yang tulus. Kedamaian, bukan peperangan yang dirindukan rakyat semesta. Namun jika rakyat diserang, dirampok hak-haknya, rakyat sipil wajib berkonsolidasi untuk bangun perlawanan. 

Disaat pemerintahan Jokowi, 'Tuama Manado' ini menyadari belum ada rasanya situasi kisruh, pelik. Problem akut seperti di era Orba belum ada menurut Bung Adian. Atas alasan itulah, ia menggalang seluruh elemen rakyat mendukung, menyukseskan pemerintahan Jokowi-KH Ma'ruf Amin.

Menirknya lagi, saya menilai Bung Adian mengerti betul anatomi intelektual. Dimana pada level tersebut, kuliah bukanlah kewajiban. Melainkan hanya tugas menjalankan amanah orangtua. Yang menjadi kewajiban, keharusan ialah belajar. Belajar yang sebetulnya menjadi prioritas. Melalui belajar tanpa henti, manusia akan merobohkan penjara kemiskinan dan penindasan lainnya. Harapan kita generasi muda, Pemilu 2024 dapat mengakomodasi aktivis 98 sebagai Capres dan Cawapres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun