Mohon tunggu...
Amartha Putri Pramana
Amartha Putri Pramana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sociology

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sticker WhatsApp: Bentuk Budaya Komunikasi Massa Baru

5 Juli 2021   00:08 Diperbarui: 5 Juli 2021   00:50 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih jauh mengenai representasi Hall mengembangkannya dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan semiotik dan pendekatan diskursus. Pemikiran ini memiripkan wujudnya dengan konsep encoding dan decoding yang ditelurkan Hall dalam pengkajian media. 

Encoding adalah bagaimana informasi dikemas oleh sang penutur (pemroduksi informasi), sedangkan decoding adalah bagaimana pengonsumsi informasi merekonstruksi informasti tersebut (Storey, 2006: 11-12). 

Dalam kacamata Hall tentu saja stiker yang dikirim oleh pengirim merupakan bentuk Encoding, dan bagimana sang penerima memaknai pesan dari stiker tersebut merupakan bentuk dari Decoding.

Pendekatan semiotikanya diteruskan oleh tokoh sosiologi kebudayaan beraliran strukturalis yaitu Ferdinan de Saussure. Dalam perspektifnya Saussure menyatakan bahwa bahwa Bahasa itu hasil dari konstruksi makna, maka Bahasa selalu diperantai oleh tanda dan penanda. Dalam kasus stiker WhatsApp kita bisa menganalisisnya melalui kacama Saussure bahwa stiker dalam WhatsApp sendiri merupakan bagian dari simbol Bahasa. 

Bagaimana komunikasi antar individu melalui stiker bisa berjalan dengan baik karena keduanya saling memaknai apa yang mereka kirim dan apa yang mereka terima. Bagaimana cara memaknainya terbentuk dari apa yang mereka tafsirkan melalui ekspresi dari stiker yang dikirimkan. Stiker yang dikirim oleh pengirim adalah tanda, dan makna yang direkonstruksi oleh penerima adalah penandanya. 

Komunikasi di dalam WhatsApp dengan media stiker berjalan dengan demikian. Misalnya jika stiker tersebut mengirimkan foto atau gambar seseorang yang tengah tersenyum dan mengacungkan jempol, maka secara otomatis sang penerima akan memaknai tanda itu sebagai arti dari kesepakatan atau persetujuan.  Begitu juga dengan bentuk stiker yang lain. 

Cara kita memaknainya akan dipengaruhi oleh bagaimana masyarakat kita merekonstruksi makna simbol yang tersimpan secara kolektif dalam alam bawah sadar masyarakat kita. Misalnya dalam kasus yang sama, masyarakat Indonesia menyimbolkan kesepakatan dengan ekspresi senyum dan ibu jari yang diangkat, maka jika simbol tersebut diubah kedalam stiker otomatis penerima akan memaknainya sebagai tanda dari kesepakatan.

WhatsApp sampai saat ini masih terus berkembang seiring dengan perkembangan global. Berbagai pembaruan-pembaruan terus dilakukan sebagai bentuk pengembangan kemampuan teknologi komunikasi. 

Dalam sosiologi kebudayaan hal ini karena menjadi representasi budaya massa, Hall mengemukakan pentingnya representasi sebagai sarana komunikasi dan interaksi sosial, bahkan ia menegaskan representasi sebagai kebutuhan dasar komunikasi yang tanpanya manusia tidak dapat berinteraksi. 

Pemikiran ini memiripkan wujudnya dengan konsep encoding dan decoding yang ditelurkan Hall dalam pengkajian media. Stiker yang dikirim oleh pengirim menjadi suatu tanda dan makna yang direkonstruksi oleh penerima. 

Dengan adanya perkembangan WhatsApp yang semakin canggih, haruslah dapat diikuti pula dengan perkembangan pola pikir para penggunanya agar dapat memanfaatkan fitur-fitur dari WhatsApp sendiri, dalam hal ini yaitu sticker dengan bijak dan tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun