Mohon tunggu...
Amarsha Auranada
Amarsha Auranada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

enfj

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Courage, Dear Heart

18 Juni 2024   19:55 Diperbarui: 18 Juni 2024   20:07 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 foto oleh Buzzfeed https://pin.it/4hLR8Sl

Can we still believe in humanity?

"Courage, dear heart," adalah kutipan dari C.S. Lewis yang sudah lama tergantung di dinding kamar saya dan merupakan kutipan yang sama yang selalu saya ulang-ulang seperti mantra setiap kali saya merasa tidak tenang, yang mampu memberikan sedikit dorongan untuk mengeluarkan pikiran-pikiran berat yang membebani saya akhir-akhir ini.

Pada saat saya menulis ini, saya akan berbohong jika saya mengatakan bahwa saya tidak takut. Saya hanya lelah diam. Setidaknya, saat ini saya mencoba untuk berani.

Saya harap ini sudah cukup.

Can we still believe in humanity?

Saya sudah cukup vokal mengenai kondisi Palestina saat ini---genosida yang sedang terjadi di depan mata kita. Namun, saya menyadari bahwa postingan yang saya bagikan, retweet di media sosial, dan pemikiran tengah malam yang berubah menjadi tulisan yang keluar dari amarah, hingga jeritan untuk kemanusiaan yang saya lontarkan di grup chat keluarga saya (mengapa ada yang tega untuk melakukan hal yang begitu mengerikan kepada seseorang yang setara dengan mereka sebagai manusia? mengapa masih ada orang yang mendukung mereka yang saat ini sedang melakukan genosida? mengapa orang-orang yang berkuasa memutuskan ini dan itu?), rasanya masih belum mampu mengangkat beban di hati saya. Itulah mengapa saya memutuskan untuk menulis tulisan ini, katakanlah sebagai sebuah seruan frustasi agar manusia menjadi manusiawi.

Untuk Palestina.

Can we still believe in humanity?

Sejujurnya, dengan banyaknya berita mengenai genosida di Palestina yang terus-menerus membanjiri media sosial, hal ini membuat saya merasa semakin sulit untuk melanjutkan menulis cerita dan puisi di platform menulis saya. Saya terus melihat kembali draft-draft tulisan saya, tanpa ada sumber kekuatan untuk melanjutkan menulis sama sekali. Namun saya menyadari bahwa jauh di dalam lubuk hati saya, itu karena saya tahu bahwa ada hal yang lebih penting untuk ditulis saat ini.

Palestine matters.

Tulisan-tulisan saya yang lain bisa menunggu, karena rakyat Palestina membutuhkan kita untuk bersuara. Untuk menggunakan suara kita sekeras yang kita bisa, dengan turut berjuang untuk dan bersama mereka. 

Can we still believe in humanity?

Saya diingatkan kembali oleh sebuah bait puisi yang saya tulis ketika saya masih duduk di bangku SMP,

"we all tried today

but our opinion is being hurled

the worst circumstances are having a replay

'cause still, there's no peace in the world"

Bait yang saya tulis sekitar 5-6 tahun yang lalu tersebut rasanya dapat menggambarkan pikiran dan perasaan saya saat ini dengan sempurna. Hati saya rasanya sangat berat, pikiran saya kosong, dan saya merasa ingin muntah setiap saat setelah menyaksikan berita dan video mengenai keadaan Palestina saat ini.

Betapa memuakkannya dunia ini yang memalingkan wajahnya dari Palestina, terutama setelah mendengar ada 14 negara yang menentang dan 45 negara yang abstain dalam resolusi untuk membuka jalan bagi gencatan senjata untuk pertama kalinya pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sampai sekarang masih belum juga adanya gencatan senjata atau pun keputusan yang datang dari mereka yang memiliki kekuasaan untuk mengakhiri genosida di Palestina oleh Israel ini. Miris dan ironis rasanya  setelah mengingat kembali tulisan saya di bangku SMP mengenai dampak genosida terhadap umat manusia. Haruskah orang-orang yang mendukung Israel, memilih untuk bersikap netral, atau memilih untuk diam saja membaca tulisan dari seorang anak berusia 14 tahun, yang menulis karya tulis tersebut untuk ujian praktek Bahasa Indonesianya, sebelum akhirnya mengambil sikap? Untuk akhirnya mengambil sikap dan menegaskan posisinya atas nama kemanusiaan?

Can we still believe in humanity?

Saya tidak akan pernah bisa mengerti mengapa seseorang melakukan hal-hal yang mengerikan seperti halnya dengan genosida, serta pemikiran di balik tindakan mereka, yang tidak dapat dijustifikasi dengan apa pun. Bencana yang terjadi saat ini bukan hanya invasi ke sebuah negeri, pembantaian massal, atau bahkan perang, di mana hanya ada satu negara yang memegang senjata dan menyerang anak-anak, perempuan, laki-laki, manusia dengan bom, ini adalah tindakan genosida terhadap rakyat Palestina oleh Israel.

Saya juga tidak akan pernah bisa memahami mereka yang memilih untuk berdiri bersama para penindas. Apa kepentingan mereka sehingga memutuskan untuk mengabaikan kemanusiaan? Mereka yang memegang posisi dan jabatan kekuasaan? Mereka yang hanya mengatakan "berpihak pada kemanusiaan" sebagai kata-kata kosong dan tidak ada tindakan yang dilakukan sama sekali?Apakah ini berarti mereka mengatakan ya untuk genosida dan berpaling dari Palestina?

Saya mengutuk mereka yang melakukannya.

Apakah mereka menyadari dan mengakui bahwa rakyat Palestina juga manusia seperti kita semua? Selama bertahun-tahun saya telah menyaksikan hal yang sama terus berulang-ulang terjadi, dengan sekarang tindakan genosida dilakukan di tanah Palestina. Tetap saja, tidak adakah yang berubah? Akankah semua ini berubah menjadi lebih baik? Untuk kehidupan dan kemakmuran rakyat Palestina di tanah mereka sendiri?

Can we still believe in humanity?

Mereka tidak bisa melarikan diri dan mengungsi. Rumah, rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, dan bahkan tenda pengungsian dibom dan dihancurkan. Israel bahkan tidak mengizinkan air, obat-obatan, listrik, bensin, dan berbagai kebutuhan dasar manusia, yang merupakan hak-hak mereka, masuk ke Gaza. Masyarakat Palestina terperangkap di dalam penjara terbuka, di tanah mereka sendiri.

Mengapa masih ada orang yang menolak untuk mengambil sikap mengenai Palestina? Ketika semua informasi dan sumber-sumber, kebenarannya, dapat diakses hanya dengan sekali klik di smartphone kita?

Mengapa kita tidak melakukan hal yang sama untuk Palestina seperti yang kita lakukan untuk negara-negara lain yang pernah dan sedang menghadapi konflik dan perang? Bagaimana mungkin nyawa sekelompok orang lebih berharga dari yang lain? Bagaimana bisa mereka memperlakukan kehidupan orang-orang Palestina seolah-olah mereka kurang penting dari yang lain?

Can we still believe in humanity?

Meskipun keluarga saya sudah lama tidak memiliki koneksi dengan keturunan Arab kami, jauh di lubuk hati saya tahu bahwa saya akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh kakek buyut saya, yaitu pergi dari Yaman. Sejujurnya, seandainya beliau memutuskan untuk tidak  datang ke Indonesia, saya tidak yakin saya akan berada di sini hari ini.

Anda tidak perlu menjadi seorang Muslim atau seseorang yang pernah mengalami perang, seperti yang dialami oleh rakyat Palestina selama 75 tahun, untuk berdiri bersama Palestina dan menggunakan suara anda untuk menyuarakan masalah ini, bukan? 

Hari ketika kita semua kehilangan kepercayaan pada kemanusiaan berarti hari itu adalah akhir dari dunia. Anda hanya perlu menjadi manusia, itu saja sudah cukup, karena kita tidak bisa diam, tidak untuk hal-hal yang penting, karena PALESTINE MATTERS. 

Can we still believe in humanity?

Saya bukan ahli dalam hal ini, dengan 75 tahun sejarah konflik dan penjajahan Palestina, jauh sebelum saya lahir. Saya masih terus belajar dengan terus membaca dan menonton berita dari semua sumber yang  dapat dipercaya serta berdiskusi dengan keluarga dan teman-teman saya.

Tetapi seharusnya tidak ada pertanyaan dan keraguan yang muncul untuk memutuskan di pihak mana kita berdiri.

Jika anda percaya pada perdamaian, cinta, keadilan, dan kemanusiaan, anda berdiri bersama rakyat Palestina.

Untuk tanah mereka.

Untuk kebebasan mereka.

Untuk hak-hak mereka.

Untuk kehidupan mereka.

Anda tidak perlu menjadi seorang ahli untuk mengetahui hal ini, itu sudah pasti. Sikap apatis tidak memiliki tempat di masyarakat karena kita semua terhubung sebagai satu kesatuan, sebagai bagian dari warga dunia, sebagai manusia. Jadi gunakan platform anda, teruslah mengedukasi diri anda sendiri, berdonasilah jika anda mampu, perjuangkan kebenaran dan keadilan, sebarkan kesadaran melalui sumber terpercaya di media sosial, lakukan aksi boikot dan berdemonstrasilah untuk mereka, ungkapkan pendapat anda, dan gunakanlah suara anda sekeras mungkin.

Berikut ini adalah kutipan dari Desmond Tutu yang sangat menyentuh hati saya, "Jika Anda bersikap netral dalam situasi ketidakadilan, Anda telah memilih untuk berpihak kepada pihak yang menindas. Jika seekor gajah menginjakkan kakinya di atas ekor seekor tikus, dan Anda berkata bahwa Anda netral, tikus itu tidak akan menghargai kenetralan Anda."

Can we still believe in humanity?

Saya sangat berharap kita masih bisa berpegang pada harapan itu.

Hangat rasanya ketika melihat teman-teman, keluarga, dan tokoh-tokoh masyarakat yang menggunakan platform mereka untuk berbicara tentang masalah ini dan mendukung Free Palestine, terutama ketika melihat foto-foto dari demonstrasi untuk Palestina di Jakarta, Seoul, London, Brooklyn, Madrid, Sydney, dan masih banyak lagi. Rasanya seperti saya telah diyakinkan dan ditenangkan kembali ketika mengetahui bahwa masih ada banyak orang yang berdiri bersama Palestina, bukti bahwa masih ada banyak orang di dunia yang tidak berpaling dari perdamaian, cinta, dan kemanusiaan. Seperti halnya yang dikatakan oleh Bunda Teresa, "Jika kita tidak memiliki perdamaian, itu karena kita lupa bahwa kita adalah milik satu sama lain."

Saya berharap kita dapat berpegang pada harapan akan perdamaian dan saya berharap harapan itu dapat segera terwujud. Semoga kita bisa terus berdiri dan berjuang bersama rakyat Palestina, menuntut gencatan senjata, dan menghentikan genosida terhadap rakyat Palestina.

In the Name of Allah the Merciful, the Compassionate (بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ), from the river to the sea, Palestine will be free.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun