Bayangkan, sudah berapa uang yang hilang dari pemasukan para perusahaan pembuat film hanya karena para penonton lebih memilih mengunduh bajakannya secara gratis daripada membayar tiket bioskop.
5. Pengusaha/pegawai toko komputer dan laptop
Dari segi pelanggaran etika berinternet, sudah terlihat jelas para pengusaha ini sering terlibat kasus pembajakan aplikasi, seperti yang terjadi pada desainer grafis dan editor video.Â
Orang-orang awam yang membeli laptop akan meminta para pengelola toko memasang aplikasi-aplikasi untuk menunjang kinerja laptop baru mereka. Biasanya para pengunjung menolak membayar lebih untuk memasang aplikasi berbayar yang original. Selain itu, mereka akan komplain jika masa registrasi habis dan aplikasi mereka tidak bisa digunakan.
Pengusaha-pengusaha nakal lalu memilih mengambil jalan pintas dengan langsung memasang aplikasi bajakan yang mereka dapatkan di internet. Dengan cara ini, mereka dapat menghindari komplain pembeli. Kadang kala mereka berhasil mendapatkan uang tambahan dari pembeli yang bersedia membayar biaya instalasi.
Bukan hanya itu, para pengusaha yang kurang jujur juga sering menjual barang-barang palsu atau tiruan. Mungkin tidak akan ada masalah jika mereka denga jujur menulis bahwa barang tersebut adalah tiruan. Akan tetapi jika mereka tidak menuliskannya maka sudah termasuk dalam penipuan.Â
Pengusaha ini akan melanggar etika berinternet (berbohong dan melakukan penipuan) jika mereka menjual barang-barang palsu ke situs e-commerce tanpa mencantumkan status asli barang.
--
Itulah kelima profesi yang tanpa sadar melakukan pelanggaran terhadap etika berinternet. Mereka membenarkan segala cara yang penting tugas mereka telah terselesaikan dan tidak perlu mengeluarkan uang lebih.Â
Kita harus lebih berhati-hati dalam berselancar di dunia maya agar tidak menjadi pihak yang merugikan orang lain. Apabila terdapat orang yang masih suka melanggar etika berinternet di sekitar kita, tidak perlu sungkan untuk menegur mereka.