Mohon tunggu...
Amar Reza Rafsanjani
Amar Reza Rafsanjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PIPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ingin menjadi penulis, namun enggan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Penggunaan AI Menurunkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa?

23 Desember 2024   20:32 Diperbarui: 23 Desember 2024   20:32 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecerdasan buatan (AI) kini telah menjadi bagian penting dalam dunia pendidikan, khususnya bagi mahasiswa. Mulai dari membantu menyusun esai hingga menemukan referensi akademik, AI menawarkan kemudahan yang tak terbayangkan sebelumnya. Namun, dengan kemudahan ini, muncul pertanyaan penting: apakah penggunaan AI justru menurunkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa?

AI adalah teknologi yang memungkinkan mesin melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti menganalisis data, memproses bahasa, dan mengambil keputusan. Alat-alat seperti ChatGPT, Perplexity, dan Quillbot telah menjadi pilihan utama mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai tugas akademik. Sementara itu, berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif, yang sangat penting dalam pendidikan tinggi.

AI: Membantu atau Membuat Malas?  

Penggunaan AI yang berlebihan dan tanpa pengawasan dapat memengaruhi kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Ketergantungan pada AI untuk menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks sering kali membuat mahasiswa melewatkan proses pembelajaran yang seharusnya terjadi, seperti membaca literatur secara mendalam atau membangun argumen yang logis.

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Padjadjaran, Bandung (2023) menunjukkan bahwa 60% mahasiswa cenderung menerima informasi yang diberikan oleh AI tanpa melakukan verifikasi ulang. Hal ini dapat melemahkan kemampuan mahasiswa untuk mengevaluasi informasi secara kritis. Ketergantungan ini berisiko membuat mahasiswa kehilangan keterampilan penting, seperti menganalisis data atau membangun pemikiran mandiri.  

AI Sebagai Alat untuk Berpikir Kritis  

Namun, bukan berarti AI hanya memiliki dampak negatif. Jika digunakan dengan bijak, AI dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Airlangga, Surabaya (2023) menunjukkan bahwa 38% mahasiswa mengaku bahwa AI membantu mereka untuk mengeksplorasi sudut pandang baru dan mengembangkan argumen yang lebih terstruktur.

Alat seperti ChatGPT dapat membantu mahasiswa menyusun kerangka tulisan, sementara Perplexity mempercepat pencarian referensi dengan lebih efisien. Selain itu, aplikasi seperti Grammarly dan Quillbot mendukung penyuntingan dan parafrase teks secara lebih baik. Dengan memanfaatkan alat-alat ini dengan tepat, mahasiswa dapat memperkaya wawasan dan memperkuat argumen mereka.

Namun, efektivitas penggunaan AI sangat bergantung pada tingkat literasi digital mahasiswa. Penelitian dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2024) menunjukkan bahwa mahasiswa dengan literasi digital tinggi mampu menggunakan AI untuk memperluas pemahaman dan meningkatkan berpikir kritis, sedangkan mahasiswa dengan literasi rendah cenderung hanya menggunakan AI untuk mencari jawaban instan tanpa memahami konteksnya.  

Pentingnya Literasi Digital  

Masalah utama bukan pada AI itu sendiri, tetapi pada cara mahasiswa memanfaatkannya. Tanpa literasi digital yang memadai, AI bisa menjadi alat yang malah melemahkan kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membimbing mahasiswa dalam menggunakan AI secara bijak.

Pendidikan mengenai literasi digital yang efektif dapat membantu mahasiswa memahami cara memanfaatkan AI untuk memperluas wawasan dan menggali informasi secara lebih kritis. Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat menjadi alat yang mendukung proses belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, bukan hanya sekadar alat instan untuk menyelesaikan tugas.

Kesimpulan  

AI merupakan teknologi yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan proses pembelajaran, asalkan digunakan dengan bijak. Ketergantungan berlebihan tanpa pemahaman yang baik dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama antara mahasiswa, dosen, dan institusi pendidikan untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara optimal.

AI tidak akan menggantikan kemampuan berpikir manusia. Namun, cara kita menggunakannya akan menentukan apakah mahasiswa tetap menjadi individu yang kritis atau hanya sekadar pengguna pasif dari teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun